Permisii, numpang submit review dari blog ane hehehe /// semoga berkenan
http://techlabindo.blogspot.co.id/2015/ ... one_2.html
Review
Oneplus One 64GB Sand Stone
Benarkah ia Berkualitas Layaknya Flagship?
12-2-2015
Pada minggu lalu, ada seorang teman yang menitipkan satu dari ponselnya untuk saya jual. Selama menunggu ponsel ini laku, saya sempatkan untuk menguji pakai selama beberapa hari. Ponsel itu adalah : Oneplus One 64GB.
Pertama kali diluncurkan pada Januari 2015 secara resmi di Indonesia dengan metode pre-order dahulu, Oneplus One (atau saya singkat menjadi OPO) sangatlah ditunggu-tunggu oleh para pecinta ponsel. Ia patut ditunggu dahulu karena menawarkan spesifikasi yang setara dengan ponsel flagship seperti Samsung Galaxy S5, namun dengan harga hampir separuhnya saja, yaitu 4.5 juta. Tadinya ponsel ini dijual dengan sistem Invitation atau undangan bagi orang yang beruntung mendapatkannya, namun belakangan sudah dapat dibeli secara bebas. Namun ketika tulisan ini dibuat, anda bisa mendapatkannya dengan hanya 3.999 juta rupiah saja di Lazada.
Spesifikasi yang ditawarkan memang hebat, namun malah membuat saya bertanya-tanya : Apakah OPO betul bisa mengalahkan atau minimal menyamai performa ponsel yang berharga jauh lebih mahal darinya, atau malah sebaliknya?
Dimulai dari paket penjualan, sudah berhasil membuat saya kagum. Packagingnya sangat besar dibandingkan ponsel jaman sekarang yang biasanya dusnya imut-imut, dan dusnya terasa sangat... Tebal dan mewah. Gambaran mewah di sini adalah seperti contoh : aksesoris terutama kabelnya sangat mewah, adaptor diberi box spesial, kain lap diberi gratis di paket penjualan, dan bahkan plastik pembungkus yang membungkus aksesorisnya saja berbahan plastik tebal yang halus dipegang. Isi dari paket penjualannya adalah : berbagai macam ukuran dus yang berisi adaptor 2.1A, kabel yang sangat cantik & tebal, buku panduan, ejector simcard, dan ponselnya sendiri. Sayangnya , handsfree tidak diberikan di sini.
Bodi ponsel berukuran 152.9 x 75.9 x 8.9 mm ini berbahan plastik, namun ada yang unik di bagian backcover belakang. Saya baru pertama kali menemukan ponsel yang menggunakan bahan seperti kertas amplas namun lebih halus seperti pada OPO. Teman-teman di sekitar saya berpendapat bahwa backcover ini memberikan rasa risih dalam menggunakan OPO, namun banyak juga yang berkata backcover sand stone terasa unik dan mewah juga enak digenggam. Saya sendiri lebih setuju dengan pendapat yang kedua.
Ponsel berukuran layar 5.5 inci biasanya terasa berat dan bulky (seperti pada Samsung Galaxy Note II milik saya pribadi), tetapi OPO tidak mempunyai kesan tersebut. Ia terasa ringan dengan berat hanya 162g, dan sangat nyaman berada di genggaman meskipun ketipisannya biasa saja. Modelnya saya rasa cukup cantik, dengan bagian depan full kaca hitam dan nuansa sand stone di belakang, kesan mewah kesan mewah menjadi kuat terasa..
Bagian depan OPO terdiri dari panel layar 5.5 inci besutan JDI (Japan Display) 1080p IPS, earpiece, kamera 5MP wide-angle, dan tiga tombol kapasitif berlampu biru muda yang bisa diaktifkan atau di non aktifkan fungsinya (di foto saya non aktifkan sehingga otomatis yang muncul adalah virtual softkey android). Beralih ke samping kanan, hanya terdapat tombol lock. Bagian kiri dihuni slot MicroSIM dan tombol volume. Di atas ada jack 3.5mm, sedangkan di bawah ada dua speaker dan slot MicroUSB. Terakhir, di bagian belakang ini hanya terdapat lensa kamera 13MP dengan dual-LED flash
Layar produksi JDI yang dimiliki OPO terasa cukup baik, dengan warna yang natural sekali, dan tone warna yang adem di mata. Namun, menurut saya belum masuk ke ranah ponsel flagship karena putihnya agak kurang terang dan natural (namun sebetulnya sih tidak masalah, cuma karakter layarnya saja yang memang begitu). Kerapatan pixel tidak bisa terlihat dengan mata telanjang, thanks to 1080p screen resolution.
Respons layar sentuh multi-touch 10 jari termasuk bisa disejajarkan dengan ponsel flagship. Sekali sentuh sedikit, ponsel langsung merespons, dan salah pencet dan typo pada mengetik tidak pernah terjadi selama saya memakainya.
Antarmuka ponsel ini menurut saya lebih mirip ke Android vanilla alias standar yang dipasangkan dengan launcher bawaan Cyanogen, namun ada banyak hal yang bisa di kustomisasi. Saya paling senang dengan tombol kapasitif yang bisa diaktifkan atau dinonaktifkan lalu diganti dengan on-screen virtual key, lalu warna LED notifikasi juga bisa diganti dengan pilihan banyak kombinasi warna, status baterai bisa diganti ikonnya, lalu ada menu Themes dari Cyanogen yang menyediakan beberapa puluh macam pilihan tema ponsel.
Berjalan dengan OS besutan Cyanogen versi 12.1 (Android L 5.1.1) dan dipadukan dengan spesifikasi sangar ala ponsel flagship, tentu saja hal inilah yang menjadi nilai jual utama dari OPO. Snapdragon 801 dengan 2.5GHz quadcore krait 400, GPU Adreno 330, RAM 3GB, tentu jika melihat spesifikasi kinerjanya diduga OPO akan bebas lag dan kuat melahap aplikasi android terberat sekalipun.
Saya mengetes ponsel dengan menginstalasikan aplikasi sosial media seperti LINE, Instagram, dan Path. Lalu ada juga aplikasida kenyataannya, dugaan tersebut benar adanya. Ponsel ini bebas dari segala lag, multitasking berjalan dengan halus, membuka banyak aplikasi secara bersamaan dan bahkan menjalankan game berat secara bersamaan tidak akan membuat aplikasi mereload ulang, dan grafik pada game (saya mengujinya dengan game NFS dan Asphalt) yang disajikan oleh OPO sukses memanjakan mata saya.
Skor pada benchmark sintetis seperti Antutu menunjukkan angka hingga 44-45.000. Untuk ponsel seharga 3 jutaan, tentu hal ini cukup membanggakan. Intinya, untuk urusan performa ponsel, anda sama sekali tidak perlu khawatir akan mengalami gejala hang dan lemot dengan OPO.
Speaker OPO berkualitas cukup baik. Suaranya keras dan jelas tanpa terjadi distorsi, namun saya rasa tingkat bassnya kurang. Treble lebih dominan, tidak seperti Samsung Note II saya yang sekencang OPO namun tetap memiliki sedikit bass sehingga tidak terdengar nyaring.
Kamera OPO menggunakan lensa Sony Exmor IMX214 dengan aperture f/2.0, beresolusi 13MP. Jika melihat embel-embel Sony lens, maka kesan pertama yang muncul adalah : kameranya pasti bakalan bagus. Pada kenyataanya, hasil yang ditangkap memang cukup baik. Ketika cahaya melimpah di siang hari, noise tidak terlihat, detil tetap terjaga, dan warna tertampil natural, hanya sedikit kurang terang. Shutter speed kencang dan mudah untuk mendapatkan foto yang stabil. Contoh foto seperti di bawah berikut :
Sedangkan pada keadaan dalam ruangan, noise hanya sedikit, detail foto terjaga, tetapi warna menjadi kurang wah (sedikit adjustment kontras, saturasi, dan brightness akan banyak membantu memunculkan warna). Shutter speed tetap cepat, namun butuh tangan yang tidak bergoyang sedikitpun agar mendapat hasil baik. Contoh foto dalam keadaan indoor seperti berikut :
Untuk kondisi dengan pencahayaan sangat redup, saya lupa memindahkan hasil fotonya. Hasil yang ditampilkan semakin pucat, dengan hiasan noise dimana2, dan tangan harus sangat stabil dalam memotret objek. Kehadiran dual LED flash membantu menghasilkan foto yang baik di pencahayaan redup.
Perekaman video mendukung hingga 2160p, namun saya lupa menguji hasil perekaman videonya.
Kamera depan 5 megapiksel dengan lensa wide-angle mampu menghasilkan foto yang baik. Detail oke, warna cukup, namun noise cukup jelas tertampil dalam indoor, namun sebetulnya tidak terlalu penting karena jika dipakai untuk selfie sudah mencukupi (toh biasanya juga dikasih filter fotonya

). Kulit dan rambut terlihat jelas, dan wajah tertampil dengan baik. Hasil fotonya seperti gambar di bawah berikut :
Bagian satu ini adalah bagian yang paling saya sukai dari OPO, yaitu : daya tahan baterai. Biasanya, ponsel berperforma tinggi seperti OPO mempunyai daya tahan baterai yang tidak terlalu tahan lama, hanya bertahan dari pagi sampai siang/sore dengan pemakaian normal.
Namun, hal itu tidak akan terjadi di OPO. Saya menggunakan ponsel ini untuk beraktivitas moderat seperti sosial media, browsing, gaming sesekali, dan messaging, dan OPO sukses bertahan hingga 24 jam sebelum minta diisi ulang. Pengisian baterai menggunakan charger bawaan 2.1 Ampere hanya memerlukan waktu tidak sampai 2 jam dari keadaan baterai low (belum habis). Menurut saya, hal ini adalah poin plus yang paling menyenangkan dari OPO, bisa menikmati performanya dengan nyaman tanpa harus membawa powerbank.
Kesimpulannya, ponsel ini merupakan alternatif di harga 4 juta (bila membeli dalam keadaan seken cukup mengeluarkan uang sekitar 3-3.4 jutaan) yang super value for money. Meskipun memiliki beberapa kekurangan seperti layar yang sedikit kurang memuaskan level putihnya jika dibandingkan dengan ponsel flagship pabrikan ternama (akan tetapi sangat nyaman dipandang berlama-lama, dan sebenarnya hal ini lebih penting), hasil kamera saat indoor yang tergolong kurang 'wah' warnanya, dan layanan purnajual yang kurang jelas bagaimana pelayanannya, namun saya rasa masih dapat ditolerir mengingat harganya yang murah namun mendapatkan packaging yang mewah, ponsel yang penampilan fisiknya elegan, dan spesifikasi hardware papan atas. Update OS juga sepertinya akan terus berlangsung, sehingga tidak perlu khawatir akan ketinggalan mendapatkan Android versi terbaru.
Lalu, apakah ponsel ini berkualitas layaknya flagship? Jawabannya adalah : 90% ya.
