madcat015 wrote:Dilurusin... *sounds ravishing*
=================================
Ane sih menganggap fenomena LGBT sebagai satu morning call bagi kita sendiri. Psikologi manusia 1001 macam. Apa karena berbeda kita sampai mengutuk, mengucilkan, dan menganggap mereka bukan manusia?
Masalah LGBT dari genetik, pergaulan, atau bahkan menular lewat doktrin dan lain2, itu bisa dikesampingkan. Sh1t happens to them, mereka juga ingin hidup sesuai dengan kehidupan yang mereka inginkan.
Jika disangkut pautkan dengan agama, who are we to judge?
Ane gak bilang kalau gereja "melarang" LGBT loh... malah kita sangat welcome terhadap mereka karena justru orang-orang begini yang perlu "diluruskan" dan "dijangkau"... malah bagus kalau mereka mau ke tempat ibadah, they seek God, they seek the truth, daripada ke klab malam atau rendeman, ya gak?
Tapi untuk merestui gay marriage jelas sangat-sangat ditentang, ane pun gak setuju dengan gay marriage. Tetep, kodratnya manusia ya pria dan wanita. Tuhan menciptakan begitu, nggak menciptakan selain 2 itu.
Kita menghargai mereka sebagai sesama manusia, tapi bukan berarti melegalkan gay marriage, ini yang bikin orang kadang salah persepsi. Kita welcome ke kaum LGBT dibilang melegalkan dan dibilang aliran sesat... Padahal ya gak juga...
Kita nolak mereka, mereka mah gak apa-apa sebenernya... Mereka punya community sendiri, mereka malah lebih "merdeka" daripada kita... Cuek bebek aja sih mereka. The truth is, they don't care what we say about them.
ini berdasarkan paper mahasiswa theology yang lagi praktek di gereja ane, same topic.
*yah kayaknya nggak pada tempatnya bahas pandangan teologis terhadap LGBT di forum non-agama