Nimbrung ah.
Kebetulan sawah tempat saya nyangkul porsi jualannya 70% expor 30% lokal, impornya sekitar 20%-30%an lah.
Kebetulan juga ikut ngalamin USD loncat jauh dari Rp 2500 ke Rp 15000 hanya dalam beberapa bulan, kemudian
bunga deposito mencapai angka astronomikal hingga 60%. Temen kantor yang baru pulang dari overseas mendadak jadi milyuner.
Vendor asing pada nolak L/C yg kita keluarin, mereka minta payment 100% cash.. in advance lagi. Untungnya kita punya celengan USD
dari hasil ekspor lumayan, selamet deh kita masih bisa impor raw materials dan machineries.
Beberapa pertanyaan dari rekan di sini saya coba jawab berdasarkan pengetahuan dan pengalaman secuil saya dlm international trading
(sebagian IMO, belum tentu benar).
1. Kenapa USD laku di mana2?
Silahkan gugel "Marshall Plan" dan "Bretton Woods System".
Itu cikal bakal kertas buatan USA laku di mana2.
Singkatnya, USA pernah menggelontorkan milyaran USD ke negara2 eropa pasca WW2 untuk recovery negara2 eropa yg sempat luluh lantak
diratakan Hitler. Sejak itu USD bills menjadi sangat populer dan jadi andalan buat belanja, hingga ke seluruh dunia, hingga sekarang.
USA knows how to create demand.
2. Kenapa Rupiah ngga laku di mana2 dan bahkan nilainya terpuruk terus?
Jawabannya rada panjang.
Saya pernah ngalamin di dompet ada 7 mata uang berbeda dlm waktu hampir bersamaan.
Dari Indo berbekal USD, dan tentu masih ada IDR buat bayar airport tax , nasi padang dan porter.
Sampe Amsterdam tuker ke EUR. Lalu ke Czech, beli CZK. Lalu ke Denmark beli DKK.
Lalu ke Swedia beli SEK. Terus ke Swiss dan beli CHF.
Sebelum balik ke Indo, duit apa yg saya sisakan? Tentu saja USD (disamping the lovely IDR, buat bayar taksi dan nasi padang lagi).
DKK, SEK, CZK, CHF dan EUR saya tinggalkan di negaranya masing2 aja.
Karena di money changer belum tentu mau terima CZK, DKK atau SEK, kalaupun ada yg mau nerima rate nya bakalan digetok rendah sekali.
CHF atau EUR masih ok lah, tapi sebagai penganut paham ogi (ogah rugi) saya lebih PD bawa USD.
(belakangan CHF melambung edan2an setelah Swiss unpeg mata uangnya terhadap EUR, rada nyesel juga kenapa dulu recehan CHF ngga saya simpen).
Jadi kalo orang bijak bilang "kejujuran adalah mata uang yg laku di mana2", saya mau nambahin "kejujuran dan USD adalah
mata uang yg laku di mana2".
Kita (dan seluruh penghuni planet ini) percaya dengan kondisi negara USA biarpun USA tidak pernah menjamin nilai mata uangnya
karena sudah tidak dibackup lagi dgn cadangan emas pasca Bretton Woods, makanya di $ bill ditulis "in God we trust"
(dgn kata lain pemerintah USA mau bilang "jangan percaya sama (duit buatan) gua, percaya sama Tuhan aja").
Jadi nilai mata uang erat sekali kaitannya dengan KEPERCAYAAN.
Mengapa IDR terpuruk terus? Jawabannya ya simpel aja: orang ngga percaya sama (pemerintah) Indonesia.
Makin ngga dipercaya, makin terpuruk.
Jaman krismon '98, USD pernah melambung sampe Rp 15-17 ribu, lalu Soeharto lengser dan diganti Habibie.
Di akhir pemerintahan Habibie, rupiah sempat perkasa sampe Rp 6500.
Suka atau tidak suka, apapun alasannya, pemerintahan Habibie berhasil meningkatkan kepercayaan orang untuk pegang IDR lagi.
Dari 15000 ke 6500, dengan kacamata hari ini, itu adalah hal yg amazing.
Kondisi seperti itu tidak pernah berulang sampai sekarang, malah makin parah.
3. Apakah emas masih bisa diandalkan untuk investasi?
Jawabannya YA, dengan Y dan A kapital.
Selama tidak ada teknologi yg bisa menciptakan emas, maka nilai emas akan tetap berkilau sampe kiamat.
Jangan liat fluktuasi harga emas dalam 1-3 tahun. Lihatlah dalam 10-30 tahun.
Dulu saya beli cincin kawin harga per gram cuman 25-30 ribu. Sekarang udah 10x lipat, bahkan lebih.
Harga emas yg konsisten melambung ditunjang 2 hal: barangnya semakin jarang dan nilai mata uang yg semakin turun.
Menyimpan emas ngga bikin kita makin kaya, tapi menjaga kita tetap kaya.
Emas sama likuidnya dengan uang, itu yg menguntungkan dari nyimpen emas (instead of sawah, ruko atau apartemen).
Dengan melihat regime yg sekarang dimana presiden malah milih kapolri yg udah jadi tersangka kpk, lalu para pimpinan kpk
dijadikan tersangka dan ratusan polisi sujud di jalanan becek ketika atasannya bebas dari tuntutan kpk, belum lagi komentar2
para menterinya yg jauh dari profesional, maka dengan berat hati harus saya bilang pada diri saya sendiri bahwa saatnya sekarang
untuk mencemplungkan IDR ke tong sampah, ganti dgn barang lain spt USD, emas, properti, atau MOBIL (biar masih nyambung dgn forum SM)

.
Cukup sisakan IDR buat beli sembako dan bayar anak sekolah.
Btw, 2 minggu lalu saya inden Yamaha NMax, kemaren malem SPG nya nelpon "Pak, kalau belinya cash harganya naik 1,5 juta ya".
Sial, baru 2 minggu padahal.
BTT: apakah IDR bisa sampe 15000?
Forecast Bloomberg untuk transaksi forward sampai Q1 2016 adalah USD 1 = Rp 14200 dan hingga 2017 adalah Rp 15700, dan 2019 adalah 17300.
Jadi "masih ada waktu" sekitar 2 tahun untuk tembus 15000 (dgn kata lain, jangan terlalu berharap IDR bakal terus menguat, hehehe).