Isu yg menarik.
Saya mau meninjau dari sisi yg lain aja.
Pernah terpikir kenapa ada satu produk sedemikian laku dan produk lain tidak begitu laku, padahal secara kualitas sebetulnya
tidak terlalu berbeda signifikan.
Contoh produk air mineral. shampo, sabun, pasta gigi, rokok, hingga makanan.
Kenapa yg merajai pasar itu Aqua, Clear, Pepsodent, Gudang Garam/Djarum/Sampoerna, dan Indomie ?
Padahal rasa air kemasan sebetulnya ya gitu2 aja, tawar.
Shampo dan pasta gigi juga sebetulnya ngga ada yg spesial antara satu dan lainnya.
Semua mengklaim anti ketombe, anti rambut patah, bisa memutihkan gigi dan membunuh bakteri.
Apalagi rokok, semuanya beracun, tapi selalu ada racun yg lebih digemari dibanding racun lainnya.
Kenapa bisa begitu ya?
Ternyata penyebab dari semua itu, IMO, jawabannya satu saja: IKLAN.
Ya, frekuensi iklan yang jor-joran bisa mem-brainwash orang untuk selalu ingat dengan brand yg diiklankan.
Hal inilah yg membuat kaki kita berhenti tepat di depan bungkus Indomie, bukan Nissin mie atau whatever-mie, saat jalan2 di supermarket.
Jadi iklan adalah gerbang utama sebuah produk untuk menguasai pasar, gerbang lainnya ada juga: rasa, kualitas, penampilan dsb., tapi
gerbang utamanya ya iklan.
Perusahaan dengan budget promosi yg minim jangan harap bisa jadi market leader.
Itulah sebabnya kenapa rokok tetap di-iklankan biarpun jaman sekarang ada aturan iklan rokok dilarang menampilkan orang lagi merokok,
bahkan menampilkan bungkus rokoknya aja ngga boleh.
Tujuan iklan rokok hanya satu: supaya pemira tau rokok merk itu masih eksis, masih ada lho, biarpun pemirsa kadang bingung apa hubungannya
iklan rokok dengan orang yg terjun dari pesawat, atau nyenggol spion mobil.
Yang satu generasi dengan saya mungkin masih inget merk rokok Filtra? Itu keluaran Djarum. Entah masih ada apa ngga. Djarum
udah males ngiklanin Filtra, mendingan fokus jualan Djarsup.
Dan produsen shampoo Clear rela bayar mahal CR7, biarpun kagak ada hubungan samasekali antara ketombe dan maen bola (atau ada?).
Hal ini pula yg jadi cikal bakal kita punya banyak anggota DPR dan kepala daerah dari kalangan pelawak, artis sinetron, dan penyanyi.
Karena mereka sudah lama "pasang iklan" dibanding orang lain yg ngga pernah tampil di sampul buku tts sekalipun tapi kualitasnya
bisa jadi 100x lebih baik dari para selebritis itu.
Manusia umumnya akan punya pikiran "lebih baik milih yg saya pernah lihat daripada yg ngga dikenal samasekali".
Dan ini berlaku buat semua hal, mulai dari pilkada, pilsampo, piljodoh dan juga pilmobil.
Terlepas dari soal kualitas dan ASS, Toyota, Honda, Suzuki iklannya bisa diliat mulai di jalan tol sampe tv, buat yg tunanetra malah bisa denger iklannya di radio. Chevy Spin? Kapan terakhir kita liat iklannya? Di mana? Majalah keluaran Garuda Airways? Banner di detik.com yg paling duluan
di-close sama visitornya?
Memang sih ada produk2 tertentu yg ngga pernah pasang iklan tapi tetep dicari orang, misal pisang bolen Kartikasari, bakso tenis Blok S,
ganja dan produk narkoba lainnya, itu semua ga perlu diiklankan tapi ngga pernah kekurangan peminat. Penyebabnya satu: punya
sesuatu yg sangat spesial.
Jadi kalau you punya wajah pas2an tapi pengen laku keras maka pasanglah iklan banyak2

.