
Karena kebetulan modcat sudah berpengalaman dengan berbagai macam MPV gambot dan saya sudah berpengalaman dengan banyak jenis midsize crossover suv, maka kami langsung bagi tugas sesuai keahlian kami masing-masing. Jadi sebetulnya ini melenceng dari planning awal. Berikut kisahnya :
Tanggal 8 kami dtg ke lokasi, dan ternyata tanggal 8 Cuma show unit rumah


OK, karena salah tanggal saya, modcat, dan sandal langsung melipir ke East Coast untuk ngobrol ngobrol sambil minum official SM Drink : Chatime!

Lalu tanggal 9 kami kembali melipir ke lokasi.... waktu sudah deket TKP om sukribo yang sudah di tempat bersama dengan bro sandal mengirim WA “no X-Trail TD, WTH?” feeling saya langsung ngga enak....

Sampe lokasi saya ngeliat X-Trail dengan plat nomor masih berharap “ah bisa TD gini kok... itu unitnya...” lalu kami masuk ke dalam dan disambut om sukribo, bro sandal, dan kami langsung menuju mobil “display” : X-Trail.
Sambil modcat mencak mencak karena yang bisa di TD Cuma ElGrand. Ya sudah.... akhirnya liga ini saya yang disuruh nulis...

==============================
Ok, first of all, MPV is not really my thing. Keluarga saya sama sekali hampir nggak pernah punya MPV.
Punya pun itu Cuma Xenia AT 2011 yang jadi kuda perang sehari-hari. Sisanya kalo nggak medium crossover ya hatchback kecil. Ya tau sendiri lah ya, makanya review saya kan selalu punya kecenderungan tentang apa yang dirasakan di balik setir, bukan apa yang dirasakan di balik pengemudi. Hehehehe...

Tapi saya akan berusaha membagikan secuil pengalaman dengan beberapa MPV top-end dari pabrikan manapun. Saya akan berusaha mengurangi apa yang kurang penting untuk dibahas, walaupun pasti tetep ada kecenderungan ke arah situ.
So here it goes, beberapa kandidat yang akan “bertarung” :
1. 2014 Toyota Alphard 2.4G CVT Full Option (ANH20) : jelas, sebagai benchmark di kelas luxury MPV. Sebagai MPV mewah paling pasaran, wajib disertakan. Unit adalah milik mafia ola_comoesta, full spec seharga 950juta. Kebetulan saya pernah mencicipi varian Alphard G ATPM 2011 milik seorang kolega dari papa saya di Surabaya, dan engkong (kakek) saya punya Alphard G ATPM 2012 walaupun beliau kalo harian tetep pake Apanja 2011/Kijang Kapsul dan disupirin....

2. 2014 Honda Odyssey 2.4 Prestige CVT (RC1) : spesies terbaru MPV Honda yang berusaha “upmarket” ke kastanya Alphard dkk. Sebagai topline MPV Honda seharga 700juta. Unit adalah milik salah seorang boss Honda kenalan madcat.

3. 2013 Mazda8 2.3 AT (LY3) : MPV paling dibully dan paling nggak jelas, tapi karena dari dulu Mazda8 selalu jadi lawannya Odyssey, mau nggak mau dia diseret kemari. Ada yang protes? Lha wong Odyssey secara ukuran aja nggak jelas kok, sebelahan sama Alphard, Odyssey jadi keliatan kecil, uwkwkwk. Package dengan harga menarik 547juta OTR Surabaya tentu menjadi nilai plus tersendiri. Unit tidak lain dan tidak bukan adalah milik madcat015 a.k.a si koetjing mesoem....


4. 2014 Nissan Elgrand 3.5 V6 Highway Star CVT (E52) : MPV Top Line dari batoe makam yang dari dulu selalu jadi lawannya Alphard. Kombinasi MPV Luxury dengan bantingan suspensi khas Nissan, sounds great? Unit adalah tipe paling tinggi dengan mesin 3500cc VQ35DE karena itu yang disediakan oleh Nissan sebagai kompensasi batalnya TD X-Trail. Tapi tenang saja untuk tipe 2.5L saya ada banyak pengalaman dengan mesin QR25DE di Altima L33 dan X-Trail T31, jadi kurang lebih bisa dibayangkan. Tokh, Powerhouse bukan prioritas utama buat mobil kotak begini jadi bisa diabaikan saja. Price tag 1,2M. Terlalu mahal? Oh tenang saja, karena ini price tag untuk tipe 3.5L.

Sebetulnya akan lebih asik jika ada Honda Elysion RR6, VW Caravelle, atau Mercedes R-Klasse. Sayangnya tidak ada yang punya unitnya.... apalagi unit TDnya....
Yah, itulah sedikit perkenalan singkat dengan para kontestan. Sebelum memulai marilah kita berdoa... err... maksudnya mari kita kaji apa saja yang harus dimiliki oleh sebuah MPV mewah ini. berdasarkan personal POV saya :
Presence : sebuah Luxury MPV harus memiliki presence kuat di jalan raya. Mobil ini kebanyakan menjadi simbol status para pemiliknya, jadi “road presence” mobil harus cukup kuat untuk membuatnya dikenali dan (mungkin) ditakuti di jalan oleh driver maupun biker, karena mereka tahu mereka sedang berhadapan dengan siapa....
Comfort : jika bicara sebuah mobil dengan harga diatas 500juta, apalagi ini sebuah MPV, kenyamanan adalah prioritas lebih tinggi di atas praktikalitas. Berbeda dengan Low MPV dimana kita mengutamakan praktikalitas karena mobil itu akan dipake perang atau pergi rame-rame dengan keluarga atau teman. Luxury MPV, paling mentok Cuma bisa angkut 7 orang (konfigurasi 2+2+2 atau 2+2+3). Sedangkan nggak jarang kan LMPV dimuati lebih dari 10 orang sesek-sesekan? Dan itulah kenapa kenyamanan menjadi prioritas untuk Luxury MPV class. Kualitas damping, bahan jok, ketebalan jok, kehalusan transmisi dan mesin, kekedapan, keleluasaan kabin, dan kualitas buatan yang baik alias minim rattle.
Practicality and Flexibility : Tetap sebuah MPV haruslah praktis dan fleksibel. Untuk itulah seluruh kandidat disini memiliki baris kedua yang bisa diatur sesuka hati ke kanan kiri depan belakang (kalo perlu atas bawah serong sekalian) plus ottoman seats dan meja individual di tengah sekaligus cup holder.
Luxury and Gimmickery : Suka tidak suka gimmicks dan luxury things menjadi suatu hal wajib di mobil kelas ini, apalagi harganya sangat tinggi. Well built interior, desain yang terkesan lapang dan mewah, fitur-fitur penunjang kenyamanan dan entertainment, material berkualitas, dst. Walaupun selera pribadi saya lebih condong ke mobil yang simpel.
Powerhouse : Walaupun Powerhouse merupakan prioritas terakhir, tetapi ini nggak kalah penting. Bagi saya powerhouse cukup mempengaruhi kenyamanan, apalagi untuk orang yang suka menyetir sendiri. Mesin besar dengan jumlah silinder yang banyak dan transmisi yang cekatan tetapi harus tetap halus tentunya menjadi suatu kewajiban. Nggak enak kan kalo mau nyalip aja kudu setengah mati?
OK, jadi point – point penting saya nggak akan jauh – jauh dari 5 poin ini, walaupun tentunya ranking akhir nggak lepas dari personal preference saya.

Setelah cukup panjang, kita langsung aja ya, here it goes!
==========================
Exterior : How Big? How Luxurious? How Recognizeable? How Mysterious?
Toyota Alphard 2.4G CVT Full Option (ANH20)
Tentunya semua orang sudah mengenali profil bentuk Alphard baik dari ANH10 maupun ANH20. Bentuknya gambot dengan sekian banyak ciri serba besar dan mudah untuk dikenali. Proporsi bodi ANH20 sendiri bagi saya lebih cantik dan lebih terkesan mysterious dibanding ANH10.

Bagian depannya adalah bagian favorit saya, apalagi di unit milik bro ola_comoesta yang merupakan model minor change dengan ubahan di motif grill dan bemper “X-Pattern”, memberikan kesan tegas, bold, dan gagah.

Dari samping, bentuk kaca jendelanya sangat iconic, baris kedua dan ketiga menyatu sedangkan baris pertama dipisah dengan lekukan dramatis. Apapun itu, bentuknya seperti terinspirasi dari profil kereta api supercepat. Moncong pendek juga tidak membuat stance mobil ini aneh, walaupun dampaknya ke pengemudi... nanti deh saya jelaskan. Velg besar di unit milik mafia ola ini juga menambah kesan gagah, tidak seperti versi ATPM yang menggunakan velg kecil. Walaupun velg kecil lebih nyaman, but presence is everything. Bicara soal presence Alphard paling cocok menggunakan velg besar untuk mengimbangi bodi gambotnya.


Di bagian belakang adalah bagian yang sangat saya sukai, desainer Toyota meracik bagian bokong Alphard yang serba kotak dengan sangat cantik, berbeda dengan Nissan yang sedikit “nyeleneh”. Bokong Alphard ini begitu cantik, sama cantiknya dengan depan dan samping. Wiper yang disembunyikan di balik spoiler juga menambah kerapihannya.
Overall desain Alphard adalah yang tercantik bagi saya di kontes ini, walaupun kalau ada Vellfire tentu saya lebih prefer ke Vellfire. Bagaimanapun Alphard terlihat terlalu plain dan membosankan ketika bersebelahan dengan Vellfire. Kesan gagah tetap ditimbulkan oleh Vellfire dengan headlamp bertingkat dan stoplamp yang dipisah dua tingkat. Walaupun keduanya secara spek Cuma pinang dibelah golok, tapi dari segi presence Vellfire lebih kuat.
Honda Odyssey 2.4 Prestige CVT (RC1)
Honda bersikeras untuk mengubah penampilan Odyssey menjadi sebuah MPV yang kotak nan membosankan dari MPV low slung yang menyerupai station wagon. Tapi tenang saja, untuk menghilangkan kebosanan Honda memiliki amunisi yaitu : segebok chrome!


Dimulai dari bagian depan yang cocok buat bercermin para cewek alay doyan ngaca saking banyaknya chrome di bagian ini, terutama bagian grille nya. Overloaded with chromes! Ironisnya tipe terbawah yang trondolan justru terlihat lebih baik dengan minimnya chrome di grill. Honda sure is joking to put that much chrome. Seperti wanita yang pake bedak terlalu tebel : menor! Too much bling.


Bagian sampingnya sekilas terlihat mendingan, walaupun begitu tetap lack of strong presence, diliat dari sudut manapun presence nya tidak terlihat se-megah Alphard. Dan lagi – lagi chrome overloaded, dari kap mesin hingga ke belakang. Kesalahan terbesar Honda, karena chrome ini jika dibuat hanya sebatas jendela saja tanpa menyentuh bodi akan terlihat elegan, sayang sepertinya desainernya lagi galau diputus pacar.

Lekukan di bagian bawah bodi pun bukannya agresif, malah keliatan seperti habis ditabrak. Belom lagi garis rel sliding door yang melenceng dari garis bodi (atau sebaliknya?), velg yang terlalu kecil dan bentuknya kayak kipas blender. Ini desainernya kayaknya diputus pacar beneran. Habis party minum sake dan mabok bareng temen – temen jomblo nya di malam minggu.


Bagian belakang seharusnya bisa menjadi penyelamat jika Honda tidak menyelipkan terlalu banyak ornamen. Sayangnya, gagal total. Tarikan garis lampunya benar – benar sulit dicerna dan nggak nyambung, seperti stoplamp RB5 dipaksakan masuk ke bodi RC1 yang besar alias fotokopi perbesar, plus itu di bagian bawah lampu kenapa harus ada chrome lagiiii? Honda what you have done!? Kayaknya efek mabok sake nya belom ilang 100% waktu bikin bagian belakang. Plus, dual tailpipes yang malah tidak di ekspos dan didiskon 50% alias cuma lubang knalpot sebelah aja. Ini knalpot apa weekend sale, kok kena korting 50%

Overall saya paling bingung sama desain Odyssey. Elegan nggak terlalu elegan, dibilang sporty juga nggak sporty blas malah cenderung ke berantakan, kebanyakan ornamen, seperti cewek ketebelan bedak.

Mazda8 2.3L A/T (LY3)
Dibanding kontestan lain, Mazda8 adalah kontestan tertua disini. Desainnya sudah dari 2006 tidak banyak berubah sampe ditiru oleh pabrikan kongsian India Jepang buat bikin MPV murah



Bagian depan Mazda8 ini ya tentunya kita udah sama – sama tau lah, mirip dengan LMPV pabrikan sebelah. However, bagian depan Mazda8 memang terlihat paling sederhana dan minim ornamen walaupun sudah ditambah chrome di rumah foglamp dan grill, tetap saja keliatan sederhana. Tapi justru karena sederhana ini desainnya keliatan punya karakter.

Dari samping Mazda8 terlihat quite understated. Tidak banyak yang bisa menebak ini mobil apa kalo Cuma lihat bagian sampingnya. Dibilang Ertiga, kok terlalu gede. Dibilang Alphard, kok terlalu kecil. Intinya, understated, sederhana, nggak aneh – aneh, dan sulit ditebak. Sayangnya karena Mazda8 yang dimasukkan oleh MMI ini adalah tipe terendah, velgnya pun hanya menggunakan 16inch yang otomatis membuat presence mobil ini berkurang.

Bagian belakangnya lagi – lagi sangat sederhana dan cenderung boxy (walaupun aslinya tidak boxy). Stoplamp yang terinspirasi dari saudara tuanya CX-7 membuat mobil ini (lagi – lagi) sulit ditebak. Tetapi dual tailpipes yang tidak dimiliki kontestan manapun membuat Mazda8 terlihat paling sporty, sekaligus paling terlihat berbeda dan menunjukkan karakter. Walaupun yaaa memang sih Mazda8 ini kayak salah alamat.

Overall Mazda8 adalah kontestan yang terlihat paling sederhana dan paling sulit ditebak sekaligus presence nya kurang kuat karena mobil ini jarang ada di jalan. Ya mungkin bagi sebagian orang mobil ini sekalinya ada di jalan malah dibilang “Ertiga!”

Kalau dibandingkan dengan Odyssey, Odyssey adalah cewek Korea, butuh makeup dan operasi plastik biar keliatan cantik (padahal jatohnya malah menor), sedangkan Mazda8 adalah cewek Jepang yang nggak usah diapa-apain juga cantik, walaupun presence nya kalah sama cewek Korea karena nggak dandan.
Nissan Elgrand 3.5 V6 HWS CVT (E52)
Elgrand sebagai direct competitor dari Alphard sangat mengerti bagaimana membuat sebuah MPV mewah yang memiliki presence kuat. Berbeda dengan Mazda8 yang jarang di jalan dan jarang diperhatikan, Elgrand sekali lewat di jalan akan banyak yang bertanya – tanya “wuih mobil apa tuh? Besar banget, keren banget!”. Yea, size does matter.


Dari depan headlights bertumpuk berpadu dengan grill chrome bergaris – garis menjadi poin utama yang menjadikan Elgrand sangat cantik dan recognizeable. Berbeda dengan Odyssey, aksen chrome di Elgrand justru membuatnya terlihat semakin mewah dan berkelas, sekaligus tidak terkesan lebay seperti Odyssey.

Dari samping profil Elgrand hampir mirip dengan Alphard : sama – sama mirip profilnya dengan kereta supercepat! Hanya saja ¼ bagian belakang di Elgrand terlihat sedikit aneh proporsinya. Walaupun proporsi ¾ bagian depannya terlihat cantik dengan moncong yang lebih panjang dari Alphard. Plus, roda yang besar dan stance nya terlihat ciamik.

Bagian belakang Elgrand terlihat sedikit aneh tapi entah kenapa justru terkesan sangat Japanese dan sangat retro. Ide lampu belakang memanjang dari kiri kekanan melintangi bagasi terlihat seperti pedang katana dan membuatnya terlihat sangat Japanese. Mungkin.
Apapun itu, Elgrand jelas adalah peserta tercantik kedua bagi saya. Proporsi bagian belakangnya terlihat agak aneh, tapi masih bisa dicerna ketimbang bagian belakang Odyssey. Plus moncong panjang yang menjadi poin plus untuk driver position, alasannya nanti saya jelaskan di bawah.
Final Ranking
Honestly saya bingung menentukan final rankingnya. Elgrand memang bukan yang tercantik di mata saya, tetapi road presence nya paling kuat dan terlihat paling megah di jalan raya. Sementara itu Odyssey malah yang terjelek di mata saya, tapi Mazda8 justru mobil yang paling lemah presence nya disini. Jadi keputusan akhirnya penilaian saya bagi jadi 2 :
Based on proportion and form factor
1. Toyota Alphard
2. Nissan Elgrand
3. Mazda8
4. Honda Odyssey
Based on road presence :
1. Nissan Elgrand
2. Toyota Alphard
3. Honda Odyssey
4. Mazda8
=====================================
Interior : How Spacious? How Luxurious? How Much Toys They Have?
Toyota Alphard 2.4 G CVT Full Option (ANH20)

Karena unitnya adalah CBU non-ATPM, jadi tentu saja masalah fit and finish, gadgetery, dan kemewahan nggak usah ditanya lagi. Alphard menang telak masalah interior. Kalaupun yang diadu adalah tipe G ATPM yang kosongan, kualitas bahannya tetep paling baik. Walaupun fiturnya paling trondolan dan fit and finishnya juga jelas kalah dibanding full spec milik mafia kita satu ini. Jok kulit juga ukurannya cukup besar dan tebal.


Pun begitu fitur yang diusung : multimedia HU with bird eye view camera, triple-zone climate control, built-in navigation, dual sunroof, ambient lighting, heater, electric ottoman seats, electric sliding door, electric rear door, top mount DVD monitor (yang tentu saja fit and finishnya sangat rapi even di Alphard ATPM sekalipun, Elgrand aja masih terlihat kurang rapi, apalagi Odyssey, malah kayak Swan Ice monitor di Livina...), 12-speakers sound system.... ada yang kelewat ga ya? Fitur – fitur yang mayoritas nggak ada di Alphard ATPM... hmmmm....


Intinya untuk perjalanan jauh, Alphard full spec ini sangat menyenangkan (buat penumpang). Karena banyak mainannya.... Kualitas speakernya juga numero uno dibanding kontestan lain, cenderung ke SQ. Sangat wajar karena pemilik Alphard rata-rata adalah pribadi yang tenang, kalo berangasan mana mau 950juta beli Alphard? Mending beli compact sedan Eropa atau hothatch.

Lalu pengoperasian fitur – fitur cukup mudah dan user-friendly. Bahkan untuk orang gaptek dan anti-gimmick seperti saya yang Cuma tau ngegas ngerem muter setir pindah gigi dan narik rem tangan.



Untuk urusan space, Alphard bukan yang terbaik. Meskipun baris kedua dan ketiga memiliki headroom dan legroom yang memadai, tapi kelemahannya adalah bagasi. Bagasi Alphard cukup kecil, terbukti waktu di Surabaya dijemput pake Alphard sama kliennya bokap, koper full size sampe terpaksa harus kita letakkan di tengah karena bagasi nggak muat (dan nyokap ngomel-ngomel “mobil segede bagong gini bagasinya kagak bisa muat koper gede??


Honda Odyssey 2.4 Prestige CVT (RC1)

Urusan interior Odyssey terasa sangat inferior. Memang sih soal gimmickery Alphard ATPM atau Elgrand ATPM dibabat habis, even Elgrand ATPM nggak ada bird eye view camera dan touch panel AC di top trim padahal harganya 1,2M. Odyssey sudah punya. Fitur – fitur dan gimmicks di Odyssey bisa dibilang sangat mirip dengan Alphard full spec, kurang kursi ottoman elektrik dan meja individual di tengah aja.


Tapi karena terlalu fokus di gimmick, Honda lupa membekali Odyssey dengan fitur – fitur krusial. Power back door dan lumbar support tidak ada. Padahal kedua fitur ini justru sangat krusial untuk sebuah MPV. Bayangkan saja MPV tanpa lumbar support, bakal capek buat perjalanan jauh. Power back door digantikan oleh sebuah fitur bernama “back door smashed by power” alias tutup manual yang mungkin menyebabkan akrilik bertulisan “Odyssey” nya bisa baret-baret atau pecah. Ironisnya dua fitur ini juga nggak ada di Odyssey JP-Spec. What a shame.

Pun begitu untuk mobil 700juta, interiornya sangat memprihatinkan. Bagi saya mau soft touch material atau hard plastic nggak masalah asal hard plasticnya berkualitas dan finishingnya rapi. Mazda8 saja hard plasticnya berkualitas, terasa solid, dan finishingnya rapi jali. Di Odyssey? Hard plastic yang kualitasnya sama aja kayak New CR-V. Saya bahkan hampir nggak percaya CR-V 2011 saya punya material plastik yang jauh lebih solid daripada New Odyssey. Sungguh sesuatu yang memprihatinkan.


Kualitas roof monitornya juga terlalu “murah”, terkesan rapuh dan nggak rapi, mirip kayak roof monitor di GL dan Evalia. Desain dashnya juga tidak menarik, copy-paste-edit dari Accord dan CR-Z. Tidak berkarakter seperti dashboardnya RB-serie. Touch panel AC pun jadi nggak menarik apalagi ngebayangin kalo nanti rewel malah harus panas-panasan di dalem kabin. Enakan pake tombol biasa.

Sound systemnya juga nggak spesial, buruk malah. Walaupun masih lebih jelek soundnya Elgrand ATPM. Bass terlalu pecah, vokal kurang jelas alias ngambang, kualitas speaker Honda by Harman /Karton abal-abal. Seperti naik Freed yang dikasih gimmick tambahan aja, nggak spesial sama sekali.

Urusan space dan akomodasi, Odyssey juga kalah dari Alphard sekalipun. Secara form factor, Odyssey memang lebih kecil dari Alphard. Tetapi yang parah adalah legroom baris kedua yang sangat tidak ergonomis, kaki saya selonjoran malah mentok ke kursi pengemudi. Ottoman seatsnya juga malah bikin tambah nggak nyaman. Belum ukuran joknya terasa agak kekecilan untuk saya. Begitu pula dengan bagasinya yang juga tidak terlalu besar. Tumben, Honda? Biasanya kalian paling jago soal pengaturan ruang.

Mazda8 2.3L A/T (LY3)
Jika ngeliat dari sisi gimmick dan kelengkapan memang Mazda8 paling inferior dibanding lawan – lawannya. Hanya dibekali rearview camera, power sliding doors, power back door, dan speaker coaxial dengan HU Alpine INA-W900 yang superrrrr (padahal di negara asalnya pake BOSE, poor you madcat). Tombol AC masih manual pake puteran (woi, ini LMPV apa Luxury MPV?), plus seat adjuster di baris kedua masih manual. Intinya, kalo Cuma sekedar liat dari fiturnya, Mazda terkesan lebih pelit dibanding Honda.

Tapi mind to it, fitur – fitur di Mazda8 seakan adalah paradoks dari Odyssey. Jika Odyssey memasukkan fitur paling tidak MPV di sebuah mobil MPV, Mazda8 justru memasukkan fitur-fitur yang dirasa perlu “saja”. Misalnya, siapa yang berpikir meletakkan tombol kecil di pilar B untuk memudahkan menutup sliding doorsnya? Atau malah, remote key yang berbentuk kartu sehingga gampang untuk disimpan. Ya, saking pelitnya Mazda Cuma ngasih fitur – fitur paling fungsional, f*ck with everything else. Sangat-sangat Mazda. Jinba ittai!


Dashboard Mazda8 pun hanya menggunakan hard plastic , nggak soft touch material. Tetapi dirancang dengan sangat rapi dan solid, fit and finishnya sangat baik. Mazda membuktikan sekali lagi bahwa nggak selalu butuh soft touch material untuk membuat sebuah interior yang baik, sama seperti yang dilakukan Honda dengan CR-V RE, meskipun kompetitornya, X-Trail T31 menggunakan soft touch, kualitas fit and finish RE tetap lebih baik dari T31.
Kualitas speaker Mazda8 juga terbilang cukup baik, terbantu dengan HU kelas dewa nya walaupun speaker standarnya terasa kurang “nendang” apalagi untuk lagu – lagu yang agak ngebass.


Urusan space dan akomodasi, sesuai size nya, Mazda8 kalah dibanding kontestan lain, baik legroom maupun headroom tetap tidak se-memadai Alphard atau Elgrand, tapi untuk legroom tetap lebih nyaman dibanding Odyssey. Plus, jok yang tebal dan berukuran besar, bisa berarti baik dan buruk. Berarti baik karena nyaman, berarti buruk karena makan space interior.
In fact, saya lebih nyaman berada di jok Mazda8 yang besar dibanding jok Odyssey. Padahal practically Odyssey punya ruang yang lebih besar karena ukuran joknya kecil. Bagasi Mazda8 pun cukup besar dan lebih layak disebut bagasi dibanding milik Odyssey atau Alphard.
Nissan Elgrand 3.5 HWS CVT
Nissan Elgrand hadir dengan amunisi terbaiknya, dengan spek tertinggi dan mesin terbesar. Sayangnya karena mesin besarnya, Nissan lupa bahwa yang mereka jual ini adalah MPV dan bukan sportscar. Berdasarkan feature-to-price ratio (standar yang saya buat sendiri khusus untuk review ini




Sebut saja jumlah speaker yang hanya 6 (Alphard aja 2x lebih banyak, dan most likely speaker Elgrand ini abal-abal punya karena kualitas soundnya lebih parah dari Odyssey), absennya bird eye view camera (hanya kamera mundur, padahal X-Trail udah punya), no audio steering switches, no electric ottoman seats (seriously, 1,2M bok!

Untungnya power sliding doors dan power back door nggak disunat sekalian


Dashboard Elgrand banyak menggunakan material soft touch, sayangnya finishingnya rada berantakan, seperti khas Nissan. Dan ambient kabin terkesan gloomy, tidak seperti di Alphard yang terkesan cerah. Pun pemilihan warna interior yang serba nabrak lagi. Wood panel di doortrimnya IMO nggak nyambung. Plus di beberapa aksen malah terlihat murahan, misalnya vent AC di samping HU yang dibuat sewarna dengan dashboard malah keliatan cheap.
Kualitas sound systemnya paling parah dari semua kontestan, bassnya pecah semua di volume rendah, bahkan saya berusaha gedein volume malah makin berantakan. Vokalnya ngambang. Kualitas speaker di Odyssey aja masih lebih baik.



Soal space dan akomodasi Elgrand boleh berbangga diri dibanding lawan – lawannya. Dengan dimensi paling gambot, tidak ada masalah duduk di baris kedua atau baris ketiga, pun begitu aksesnya cukup mudah untuk berpindah – pindah. Walaupun untuk naik ke mobil lantainya agak tinggi dibanding Alphard atau Mazda8. Saya sempet tersandung di footstepnya. Bagasi Elgrand jelas paling besar dan masih mampu muat koper. Setidaknya mama saya nggak akan ngomel andaikan dijemput pake ini. Sayangnya bahan joknya tidak sehalus Alphard, masih terasa agak kasar. Kurang lebih kayak kualitas kulit di BMW.
Final Ranking
Untuk interior, saya agak sulit menilainya. Tapi kita kembali menilai berdasarkan apa fungsi utama sebuah MPV, nggak hanya gimmicks. So, the scores are :
1. Toyota Alphard – no doubt, Alphard memenuhi semua kriteria. Minus di bagasi bukanlah masalah besar, tokh bagasinya bukan yang terkecil disini.
2. Mazda8 – yang membuat Mazda8 masuk ke rank #2 adalah harganya dan fungsionalitasnya. Harganya paling murah, tapi fungsionalitasnya luar biasa, walaupun lack of space dibanding lawannya.
3. Nissan Elgrand – Elgrand disini terjegal harganya. Nissan terlalu banyak memangkas fitur yang cukup krusial, pun begitu kualitas interiornya juga kurang baik.
4. Honda Odyssey – Sayangnya Odyssey gagal dalam ujian kali ini. semua gimmicksnya tidak terlalu diperlukan, malah ia lupa dengan fungsi utama sebuah MPV. Minusnya lagi, kualitas interior yang parah dan tidak sesuai harganya.
===================================
3. Sitting Impression : How is it Like to be The Boss.
Karena yang ditest adalah Luxury MPV, saya juga harus review bagaimana rasanya jadi penumpang.... and here we go :
Toyota Alphard 2.4 G CVT Full Option
Duduk di jok baris kedua Alphard, sekali lagi soal fleksibilitas tidak ada yang mengalahkan, juga kepraktisan tombol – tombol untuk kursinya benar – benar membantu dibanding adjust secara manual seperti ketiga kontestan lainnya. Kaki pun bisa diselonjorkan dengan ottoman seats supaya lebih nyaman. Segala sesuatunya sangat mudah dengan hanya mencet tombol saja.
Pada saat mobil berjalan, terasa cukup hening dan halus. Begitu pula meskipun yang berada di balik kemudi adalah madcat, mobil tetap terasa tenang dan nyaman meskipun suspensi belakang torsion beam. Spring rate yang dibuat sedikit lebih kaku dari Alphard ANH10 dengan kualitas damper yang baik membuat bantingan Alphard tetap terasa nyaman, at least better dibanding Odyssey RC. Walaupun begitu kelemahan suspensi torsion beamnya tetap terasa di jalanan tidak rata, guncangan tetap terasa di dalam mobil, walaupun sekali lagi tidak separah Odyssey berkat suspensinya. Tapi kalau dibanding Elgrand yang pake multi-link di belakang ya Alphard kalah telak...
Honda Odyssey 2.4 Prestige CVT
Jok baris kedua Odyssey seperti yang sudah saya paparkan, kecil. Ukuran jok driver Odyssey lebih besar dari ukuran jok penumpangnya. Itulah kenapa saya tidak ada masalah waktu duduk di posisi driver, tetapi begitu jadi passenger agak kesempitan. Nggak cocok buat yang claustrophobic. Seat adjuster dengan cara manual.
Begitu mobil berjalan, wind noise memang minim, tetapi road noise sangat berisik khas Honda. Apalagi di Odyssey nggak dikasih fitur Active Noise Cancellation seperti di Accord yang mengirimkan frekuensi gelombang berlawanan sehingga noise dapat tereduksi. Odyssey terasa sangat berisik, begitu pula dengan kualitas dampingnya yang parah. Mobil terasa bouncy di jalan rusak, suspensi terasa firm, dampingnya payah. Odyssey menggunakan suspensi belakang torsion beam seperti Alphard. Nggak heran guncangannya terasa parah. Lha torsion beam + suspensi firm tanpa damping yang bagus ya pasti keguncang-guncang plus bouncing gak karuan....
Mazda8 2.3L A/T
Entah kenapa rasanya duduk di baris kedua Mazda8 ini justru terasa salah. Jika ketiga kontestan lain malah lebih baik duduk di jok penumpang, Mazda8 malah lebih baik duduk di jok pengemudi. Meskipun joknya cukup tebal dan empuk. Beberapa fitur juga praktis, seperti untuk menutup PSDnya kita cukup memencet tombol kecil di pilar B, nggak perlu sampe tangan ke belakang buat narik handle. Fitur yang simpel dan praktis.
Road noise di Mazda8 memang cukup terasa tapi tidak se-berisik Odyssey. Tidak banyak yang bisa diceritakan karena duduk di baris kedua Mazda8 malah terkesan aneh. Dampingnya cukup baik walaupun agak firm, tapi diredam dengan baik dan tidak sampai mengocok perut seperti Odyssey. Sepertinya faktor penggunaan suspensi belakang multi-link dan ban 16inch Yokohama cukup berkontribusi pada kenyamanannya.
Nissan Elgrand 3.5 HWS CVT
Jika di Mazda8 jok baris kedua justru terasa salah, di Elgrand duduk di jok penumpang justru terasa paling tepat. Jok sangat nyaman, empuk, dan didukung dengan legroom lega. Walaupun adjusternya masih serba manual, tapi termaafkan dengan kenyamanan duduknya hingga baris ketiga sekalipun.
Elgrand bisa dibilang kontestan paling hening dan paling halus disini. Kualitas dampingnya? Jangan ditanya. Luxury MPV dengan racikan suspensi khas Renault-Nissan merupakan formula tepat untuk menciptakan mobil nyaman. Yang jelas, Alphard dan Odyssey jelas outclassed karena Nissan menggunakan sistem suspensi yang sama dengan Mazda8, Multilink with stabilizer. Terasa sekali ketika melewati jalan tidak rata roda mengayun tetapi ayunannya tidak sampai membuat seisi kabin terguncang, alias kabinnya tetap terasa tenang.
Final Conclusion :
1. Nissan Elgrand
2. Toyota Alphard
3. Mazda8
4. Honda Odyssey
Tidak diragukan lagi, berbicara soal kenyamanan sebagai penumpang Elgrand menang telak dari ketiga kontestan lain. Alphard menempati rank kedua karena memiliki pengaturan kursi dan kemudahan mengoperasikan tombol, sementara bantingannya sendiri tidak terlalu spesial. Mazda8 posisi ketiga karena jok yang tebal dan empuk, plus kemudahan menutup pintu untuk penumpang. Sementara Odyssey paling bontot...... ya simply karena tidak ada yang bisa diunggulkan.
======================================
4. Driving Impression : How is it Like to be The Driver.
Setelah bicara soal jadi penumpang, beralih ke posisi driver. Walaupun mayoritas mobil – mobil ini lebih nikmat dengan supir, tapi benarkah seperti itu?
Toyota Alphard 2.4 G CVT Full Option

Di balik bonnetnya Alphard memiliki unit 2AZ-FE dengan tenaga 167hp @6000RPM dan torsi 222Nm @4000RPM, serupa dengan Harrier 2.4G dan Camry 2.4, tetapi dipadu dengan transmisi CVT. Tidak terlalu spesial apalagi mengingat bobot Alphard 1,95ton. Rasanya tidak perlu berharap banyak.
Duduk di kursi driver, driving position agak tinggi dan jok kurang supportif. Begitu kaki berada di pedal gas, ada sesuatu yang aneh : posisi pedal gas tepat di antara pedal rem dan rumah roda. Sungguh posisi duduk yang kurang menyenangkan, ini diakibatkan profil hidung Alphard yang pendek, ruang roda terpaksa memakan legroom depan. I am not joking, di Alphard posisi nyetirnya kayak minibus berhidung pendek seperti Suzuki APV atau Daihatsu Luxio, hanya lebih rendah sedikit aja.

OK, saya mulai jalankan mobil ini, respons awal sedikit lemot, tetapi begitu merespon ternyata tidak seburuk bayangan saya. Transmisi CVT menyalurkan tenaga dengan halus, bahkan power delivery terasa lebih baik dibanding Harrier yang 4-speed. Memang mobil ini diciptakan untuk kehalusan, sayang ruang kaki yang sempit benar-benar membuat saya menderita di posisi driver. Kaki sering nyangkut ke ruang roda, sehingga saya nggak berani flatout. Waktu konvoi dengan Mazda8 dan Swift Sport, Alphard ketinggalan paling belakang saking saya nggak berani flatout. Around view monitor (bird eye cam) memang cukup membantu memantau kondisi sekitar, tetapi tidak membuat saya lantas merasa secure. Alphard benar – benar terasa sangat besar!
Steering.... hampir mirip dengan Harrier dan Camry. HPS but lack of feedback. Still better than Odyssey, though. Bodyroll benar-benar mengerikan karena form factornya. Jadi mobil ini benar-benar tidak buat ngebut. Respon rem cukup baik dan tidak mengagetkan tapi stopping powernya tidak spesial.... so... that sums it up.
Honda Odyssey 2.4 Prestige CVT

Odyssey menggunakan unit K24W3 GDI yang serupa dengan New Accord dengan 176PS @6200RPM dan 228Nm @4000RPM, dipadu dengan transmisi CVT. Bobot kosong 1,86ton, berbeda hampir 100kg dari Alphard. Sounds great?
Duduk di jok pengemudi, adjust seat, sayang sekali minus lumbar support. Surprisingly posisi duduk cukup rendah dan supportif dibanding Alphard. Ukuran joknya lebih besar dibanding baris kedua sehingga lebih nyaman. Intinya posisi duduk yang kita dapatkan tidak jauh berbeda dengan posisi duduk di Accord. Sangat nyaman.
Start engine dan injak pedal gas, mobil merespon dengan halus. Transmisi CVT tidak se-laggy di Alphard. Jauh lebih responsif malah. Power delivery nya pun baik. Karakter torsi mesin EarthDreams digeser ke tengah, sehingga tidak lagi peaky seperti di tipikal Honda lawas. Bagus untuk perkotaan, sayangnya justru menghilangkan karakter Honda yang peaky, dan tentu saja suara mesin yang tidak menyenangkan seperti gilingan tebu. Sulit menyukai mobil ini dari perspektif penggemar Honda.

Steering lifeless, zero feedback. Setir Mobilio/Brio saja masih terasa lebih ada feelnya. Bodyroll masih lebih baik dari Alphard, sasisnya lebih baik dibanding Alphard, begitu pula dari dalam tidak terasa sebesar Alphard. Sayangnya dibayar dengan bantingan yang firm dan bouncing. Bantingan bouncing bisa dimaafkan kalau bodyrollnya minim, tapi di Odyssey sudah bouncing bodyrollnya juga tetep parah. Saya rasa Honda terlalu banyak kompromi dan berusaha ingin menyenangkan semua orang (baca = pengemudi dan penumpang), sayangnya berakhir tragis, tidak menyenangkan untuk pengemudi, juga tidak menyenangkan bagi penumpang karena bouncing. So?
Saya jadi heran kenapa Honda menyematkan Torsion Beam di suspensi belakang Odyssey RC, dari dulu Odyssey selalu pake independent double-wishbone dari jaman RA-serie dan re-active link double wishbone di RB-serie sama seperti yang digunakan di CR-V. Padahal di Accord malah pake multi-link.

Mazda8 2.3L A/T

............... eh salah gambar




Dari spek mesin, Mazda8 memiliki mesin dengan teknologi paling purbakala. L3-VE yang serupa dengan Mazda CX-7 tapi versi tanpa turbocharged dan belum GDI dengan 163hp @6500RPM dan torsi 203Nm @3500RPM dipadu transmisi 5-speed Aisin Warner. Speknya tidak terlalu spesial bukan? Tapi tunggu dulu, dari semua kontestan, peak torque Mazda8 sudah diraih di 3500RPM, sekaligus bobot paling ringan dari seluruh kontestan (1,78Ton).
Duduk di posisi mengemudi, terasa nyaman dan supportif, sedan-like. Tidak terasa mengemudikan sebuah MPV gambot. Seluruh fungsi dan tombol – tombol mudah diraih, setir terasa mantap digenggam. Plus distraksi pengemudi paling minim karena fitur yang paling sedikit.
Start mesin, deruman mesin terdengar cukup menggugah. Hmm... dari semua kontestan deruman Mazda8 terasa paling sportif. Injak pedal gas sedikit dan.... whoaaa! Mobil meluncur dengan mudah. Torsi bawah begitu berlimpah. Sweet spot di rentang puncak torsi 2500 – 4500 RPM, berlanjut dengan nafas mesin yang mulai tersengal di 5000 keatas. However, powerband Mazda8 cukup luas dan mudah di explore, walaupun tentu saja para petrolhead akan lebih suka dengan karakter K24A4 di Odyssey Absolute RB1 yang menelurkan 200HP yang peaky. Tapi MPV tidak diciptakan untuk para petrolhead, kan? Hanya orang gila ngebut pake MPV

Steering, karena menggunakan electro-hydraulic Power Steering Assist (EHPSA) jelas terasa paling banyak feedbacknya dan paling lincah. Steering Mazda8 terasa paling sporty dari semua MPV yang terlibat, menjadikan Mazda8 memiliki karakter seperti sebuah hatchback walaupun kalo liat spion kita baru inget mobil ini panjangnya 4,86m. Belum lagi bodyroll yang paling minim dari semua kontestan dan suspensi multi-link yang jelas punya advantage soal handling.
Intinya sama – sama bicara soal kompromi, Mazda8 masih memberikan jalan keluar terbaik dibanding Odyssey. Kualitas damping lebih baik, suspensi belakang multi-link, mesin dan steering yang lebih baik.

Nissan Elgrand 3.5 HWS CVT

Bicara soal powerhouse Nissan bermain cantik dengan menyediakan unit bermesin V6 alias top grade. VQ35DE yang menelurkan 280hp @6400RPM dan torsi sebesar 344Nm @4400RPM. FYI mesin ini pernah masuk ward’s 10 best engine dari 2002 ke 2007 berturut – turut. Spek seperti ini tentu saja lebih dari cukup untuk menjalankan MPV sebesar 2,4Ton ini. Dan Elgrand yang saya coba ini versi non-facelifted.
Sedangkan versi facelift, NMI hanya menjual tipe 2.5 dengan 3 trim berbeda, sehingga buat yang mau beli Elgrand 3.5L mungkin bisa via IU atau cari stock lawas di dealer-dealer Nissan terdekat. Tipe 2.5L menggunakan QR25DE 4-silinder serupa dengan X-Trail T32 2.5L dan Altima(Teana) 250XV L33 dengan power 167hp @5600RPM dan torsi 245Nm @3900RPM. Untuk tipe 2.5L sendiri bobotnya tidak jauh dari Alphard full spec, 1,95Ton. Baik tipe 2.5 atau 3.5 semua dibekali dengan transmisi Xtronic CVT kebanggaan Nissan.
Posisi mengemudi Elgrand meskipun terasa agak tinggi tapi bagaimanapun terasa lebih nyaman daripada Alphard. Memang tidak serendah Odyssey atau Mazda8 yang lebih menyerupai sedan, tapi posisi mengemudi Elgrand terasa pas, tidak terlalu rendah, joknya pun cukup menopang tubuh walau tidak bisa dibilang supportif. Setidaknya mobil ini juga dibekali lumbar support dan ruang roda tidak sampai mengganggu legroom pengemudi karena posisi roda yang lebih ke depan.
Start engine dan mesin menderum halus khas V6, walaupun tidak dirty seperti J32 Teana. Waktu TD saya bertukar posisi dengan om sukribo yang pertama kali duduk di jok pengemudi. Lalu om sukribo berpindah ke jok penumpang tengah, saat om sukribo sedang sibuk mempelajari bagaimana adjust posisi jok, saya yang mengira penumpang sudah siap langsung injak gas dalam dengan kondisi VSC mati, hasilnya?
Surprising! Om sukribo kaget dan terdorong ke belakang jok


Steeringnya meskipun EPS tapi terasa cukup memberikan respon yang baik. Ya setidaknya as expected from EPS, karena HPS di Alphard rasanya juga sama aja. Bodyroll besar, mungkin sama-sama mengerikannya dengan Alphard karena form factornya yang sangat kotak. Saya sempat abuse MPV besar ini untuk hard cornering, dan jujur saja itu terasa sangat mengerikan.
Tapi karena mobil ini tergolong sangat nyaman, jadi rasanya pengendaliannya buruk pun tidak terlalu jadi masalah. Solusinya gampang : duduk di belakang.

Final Conclusion :
1. Mazda8
2. Honda Odyssey
3. Nissan Elgrand
4. Toyota Alphard
Tidak diragukan lagi Mazda8 menempati posisi terhormat di ajang ini. Sebagai pengemudi, everyone will love this car rather than any contestant! Very nimble, quick, dan less distraction. Mazda benar-benar serius ketika mengatakan mobil ini sebagai “MPV that resembles the idea of a sportscar”.
Odyssey saya letakkan di posisi kedua simply karena posisi mengemudinya yang baik dan lebih mudah dikendalikan dibanding Alphard maupun Elgrand.
Elgrand menempati posisi ketiga simply karena mobil ini sama sekali tidak memberikan kompromi kepada pengendalian, tapi karakter CVT yang smooth , responsif, dan posisi mengemudi lebih baik dari Alphard membuatnya slightly better daripada Alphard.
Sedangkan Alphard terpaksa menempati posisi terbawah karena posisi mengemudinya yang tidak nyaman sama sekali, tinggi, dan terhalang ruang roda, seperti nyetir APV atau Luxio, plus respon CVT yang agak lemot dan distraksi pengemudi paling banyak.
=============================================
5. The Finale
Kita masuk ke penilaian final. Konklusi dari seluruh point di atas. Berikut sum-up untuk seluruh kandidat :
Toyota Alphard 2.4G Full Option CVT : bukan yang terbaik di aspek manapun. Kenyamanan so-so, pengendalian so-so, teknologi nggak terlalu canggih, suspensi torsion beam. Tapi menonjol di fitur karena ini Alphard full spek. Bagaimanapun, Alphard merupakan all-rounder yang cukup baik. Dengan dukungan ASS Toyota dan ketahanan mesin yang sudah tidak diragukan lagi untuk nenggak BBM busuk (seperti yang umum terjadi di Harrier/Alphard/Camry).
Odyssey 2.4 Prestige CVT : sama – sama tidak menonjolnya seperti Alphard. Bahkan yang paling fatal, mobil ini justru melupakan hal – hal krusial yang dibutuhkan sebuah MPV. Kenyamanan minus, pengendalian biasa saja, suspensi torsion beam, build quality paling parah. Fitur dan gimmicks memang banyak, sayangnya semuanya useless. Plus angka penjualan yang juga tidak terlalu memuaskan. 700juta terasa buang-buang duit di mobil ini, kalau memang pingin nyaman mending beli New Accord.
Mazda8 2.3L A/T : kompromi terbaik. Minus di space dan gimmickery yang tidak terlalu banyak, tapi karena mobil ini harganya paling murah hal itu bisa dikesampingkan. Pengendalian paling sportif, kenyamanan cukup baik, build quality yang cukup rapi walaupun tidak terlalu mewah, lack of space tapi mobil ini memiliki semua yang dibutuhkan oleh MPV, plus jok tebal yang nyaman. Sayang sekali Mazda8 yang masuk ke Indonesia adalah spek paling trondolan dan MMI terkesan males jualnya, padahal mobil ini punya banyak sekali potensi jika digarap pasarnya. Apalagi jika varian 2.3L Turbo AWD dimasukkan.
Nissan Elgrand 3.5 HWS CVT : paling menonjol di kenyamanan, build quality biasa aja, pengendalian biasa aja, speaker paling payah, fitur tidak sesuai dengan harganya. Tipe 3.5L nya terkesan terlalu overpriced dan tentu saja, overrated. Saya rasa membeli tipe 2.5L akan lebih bijak dan lebih useful. Bagaimanapun kombinasi suspensi belakang multi-link dan kehebatan rancang bangun suspensi Nissan-Renault benar-benar menunjukkan kelasnya disini. Tidak ada yang menyamai Elgrand soal kenyamanan. Sayangnya reliabilitas masih dipertanyakan. Plus, Elgrand V6 sudah tidak dijual oleh ATPM lagi.
Ranking :
1. Toyota Alphard 2.4G CVT Full Option
2. Mazda8 2.3L A/T
3. Nissan Elgrand 3.5 HWS CVT
4. Honda Odyssey 2.4 Prestige CVT
Most reasonable to pick : Nissan Elgrand 2.5 HWS CVT. (around 800mills)
ChZ’s pick : Mazda8.
Oh ya, soal safety features tidak saya singgung sama sekali karena safety sudah bukan isu penting dan setiap kontestan sudah dilengkapi safety features memadai sehingga rasanya nggak terlalu penting untuk dibahas.
Statistik :
16 page MS Word, 4 hari ngetik.
Sambilan : 2 buah laporan praktikum dan 1 buah proposal kegiatan.
Cemilan : 1 bungkus M&M's, 1 bungkus Chic Choc, 1 kaleng Minute Maid Fruit Bite, 1 botol Teh Pucuk Harum, 1 botol Futami Lychee, dan berbotol-botol Aqua 1,5Liter.
ATPM paling PHP : Nissan
Sales kena semprot : 2 orang
Mafia terlibat : 5 orang (madcat015, fayenatics, ola_comoesta, yusaku, sukribo)
les_miserables terlibat : 2 orang (sandal dan sandwich) + 2 (sales Nissan 1 orang dan sales Honda 1 orang)
Nonik terlibat : countless.
Mobil salah hari : Suzuki SX4 dan Suzuki Ertiga GX.
Mobil kena PHP : Mazda8, Mazda MX-5, Suzuki Ertiga GX.
Mobil paling eye catching : Mazda MX-5
Ban yang disiksa : 8 buah (4 buah di Mazda8 dan 4 buah di Elgrand)
Jumlah Chatime : 6 gelas.
Mobil nggak pernah mandi : Suzuki SX4
================================================
Sekian, enjoy reading!

