http://swa.co.id/listed-articles/menuai ... ?mobile=on
Menuai Durian Lewat KTT
Awalnya, mereka dengan ?ikhlas? menyediakan mobil sebagai tumpangan sejumlah tamu penting KTT ASEAN IX, di Hotel Nusa Dua Bali, 7-9 Oktober lalu. Padahal, dari pemerintah sendiri sama sekali tak memberi kompensasi apa pun seperti keringanan pajak seperti yang pernah diterima ATPM di era Soeharto dulu. Bahkan, sebuah sumber mengungkapkan sebenarnya tawaran itu bisa ditolak. Alasannya, pemerintah hanya mengundang ATPM untuk ikut berpartisipasi.
Toh, mereka antusias. Sebutlah, BMW Indonesia. Perusahaan ini meminjamkan 20 sedan mewah BMW Seri 7 terbaru, serta 60 BMW 520i dan BMW 530i. Adapun Grup Indomobil menyediakan 26 Volvo S-80 dan 44 Nissan Terrano, sedangkan Hyundai Indonesia meminjamkan 20 Hyundai Trajet. Apa yang mereka cari?
Menurut Bintoro Tjitrowirjo, Direktur Pemasaran BMW Indonesia, motivasi keikutsertaan perusahaannya dalam event penting itu untuk mendukung kepentingan negara. Hal ini diamini Wiwie Kurnia, Direktur Pengelola Indomobil, dan Jongkie D. Sugiarto, Presiden Direktur Hyundai Indonesia. Mereka bahkan mengaku bangga bahwa produk dari perusahaannya bisa ikut andil dalam perhelatan penting itu. “Beban keuangannya ada, tapi tidak memberatkan. Ini lebih pada berpartisipasi,” ujar Wiwie.
Mereka jelas boleh memiliki motivasi luhur, mendukung kepentingan negara. Nyatanya, ikhlas beramal, ?durian? dituai. Pasca-KTT, mobil-mobil tersebut langsung diincar sejumlah konsumen. “Semua mobil eks KTT kami ludes. Laku keras!” tutur Wiwie bangga. Malah, lanjutnya, mobil-mobil itu sudah terjual ketika KTT berlangsung.
Rupanya, meski mobil-mobil milik Indomobil tadi masih digunakan para pejabat penting dari berbagai negara, sejumlah konsumen sudah bertransaksi jual-beli dengan Indomobil. Wiwie menyebutkan, penjualan berlangsung 1-2 minggu sebelum KTT berlangsung. “Ada yang langsung oke. Ada juga yang nunggu KTT mulai,” lanjutnya.
Hal ini juga terjadi pada BMW Indonesia. Hanya saja, tak sedahsyat produk Indomobil. Sekadar diketahui, dari 80 unit BMW yang dipinjamkan, 30 unit di antaranya armada BMW sendiri. Yang benar-benar baru sekitar 50 unit. “Armada eks KTT yang terjual baru separuhnya,” ujar Bintoro. Sebaliknya, Hyundai Trajet. Armada eks KTT tadi digunakan untuk kepentingan internal Hyundai semata. Contohnya, untuk test drive. Meski begitu, Jongkie mengaku tak keberatan menjualnya jika ada yang berminat.
Larisnya mobil eks KTT tak ayal menimbulkan pertanyaan. Bagaimana cara memasarkannya? Adakah trik khusus?
Ternyata tak ada yang luar biasa. Wiwie malah mengaku tak memasang iklan sama sekali. Kecuali BMW yang sempat menawarkan produknya lewat media cetak. Yang jelas, baik BMW maupun Indomobil memanfaatkan marketing relations yang mereka miliki. Aktivitas itu mereka lakukan beberapa minggu sebelum perhelatan.
Wiwie menyatakan, selama ini Indomobil cukup berpengalaman menjadi pendukung transportasi acara penting seperti itu. “Ini yang keempat kalinya,” ujar Wiwie. Sehingga, pihaknya sudah memiliki jaringan atau database konsumen mana saja yang menyukai mobil macam ini. “Kami tinggal menawarkan saja. Tidak sulit!” ia menambahkan.
Bagi yang berminat, mobil eks KTT tersebut dipatok pada harga miring. Contohnya, harga baru Volvo Rp 599 juta, sedangkan Nissan Terrano Rp 189 juta. Jika Volvo dijual dengan diskon 10%, Terrano didiskon 2%-3%. “Perbedaan ini dilakukan karena ada perbedaan segmen,” kata Wiwie. Bagaimana dengan BMW? Harga baru BMW seri 7 Rp 815 juta, sedangkan BMW seri 5 sekitar Rp 592 juta. Kedua jenis mobil tadi dijual lebih murah 15% dari harga barunya.
Meskipun harga tinggi dan terbilang bekas pakai, peminatnya menyerbu. Menurut Wiwie, motivasi konsumen membeli eks KTT merupakan kebanggaan. “Mereka bangga membeli mobil eks delegasi ASEAN,” kata Wiwie seraya menambahkan, ada beberapa konsumen yang minta eks delegasi tertentu. “Tapi kami tak janji, hanya mengusahakan,” lanjutnya.