baru liat film ini....
karena kelewatan filmnya di bioskop

so... lemme do some review...
Movie Review : Street Society
Sebetulnya gw sudah penasaran dengan film ini dari waktu trailernya muncul.... Film ini digadang-gadang sebagai "Fast and Furious" nya Indonesia. Respon pertama gw adalah : "o ya? seberapa bagus ni film?"
karena dari trailernya aja udah keliatan sangat flashy dengan pemandangan banyak supercar yang tentunya nggak murah.... dan melibatkan beberapa stunt driver berpengalaman seperti Fitra Eri dan istrinya, Rally Marina, lalu Jimmy Lukita, dll....
yang pasti saya berharap banyak tentang film ini karena dengan nama-nama stunt driver seperti di atas tentu ini bukan film balapan murahan asal jadi. Saya jadi inget film Catatan Harian si Boy (2010) yang juga membawa nama stunt driver Rifat Sungkar yang ngedrift di bundaran HI pake ///M3 E92. Ekspektasi saya terhadap Street Society tentu sangat tinggi.
Street Society bercerita tentang kehidupan para mafia dan anak muda gaul yang doyan street race. Scene pertama diambil di Jembatan Suramadu melibatkan 4 buah mobil : Ferarri 458, Lamborghini Gallardo Spyder, Bentley Continental GT, dan Ferarri 430 Scud.
Pengemudi Gallardo adalah Rio (Marcel Chandrawinata), yang sayangnya nggak diceritain background Rio ini siapa, yang jelas orang tuanya sudah meninggal, dia hidup bareng kakaknya dan 2 orang ponakannya yang masih kecil. Kerjaan si Rio ini ya kayak anak muda kebanyakan, clubbing, main cewek, dan street race. Doi terkenal sebagai street racer yang sangat hebat.
Sementara pengemudi Ferarri 458 adalah Nico Wong (Edward Gunawan), anak seorang mafia asal Surabaya, Benny Wong. Spoiled brat, tukang pamer, dan street racer terbaik di Surabaya yang sayangnya waktu itu juga dikalahkan oleh Rio. Nico adalah rival bebuyutan Rio.
Suatu hari waktu clubbing, Rio berkenalan dengan seorang DJ bernama Karina (Chelsea Islan) yang sangat cantik dan smart, membuat Rio langsung jatuh cintrong. Di club yang sama ini doi juga bertemu dengan Yopie (Edward Akbar), anak dari seorang mafia bernama Frans Rompa, yang langsung menantangnya untuk balapan, akhirnya dimenangkan oleh Rio.
Rio dan Karina menjalani hubungan yang sangat serius, bahkan berkat Karina pula Rio berjanji untuk berhenti balapan karena sebuah near death accident di pelabuhan.
Yang sayangnya, lagi-lagi Rio harus kembali balapan karena ternyata Yopie memiliki dendam masa lalu dengan Nico. Benny Wong, bapaknya Nico ini ternyata terlibat dalam pembunuhan Frans Rompa. Yopie memaksa Rio untuk menantang Nico dengan menyandera Karina.
Dengan dimodali sebuah McLaren MP4-12C 2 biji, dan sebuah Aventador untuk melancarkan sebuah "decoy", Rio kembali balapan dengan Nico. Rio menggunakan McLaren MP4-12C putih dan Nico dengan Aventador merahnya. Balapan berakhir ketika Rio berhasil memancing Nico ke sebuah perangkap. And..... ya sampe disini dulu spoilernya.
Karena plot twistnya terjadi disini, silahkan nonton sendiri

karena setelah adegan ini bakal ketauan who is who... dan jati diri Karina yang sesungguhnya terungkap.
Storyline
Jujur aja gw agak bingung tentang storyline nya. Dari awal film gw terus bertanya-tanya.... "who the hell is Rio?" karena karakter Rio nggak diceritakan backgroundnya seperti Nico dan Yopie yang anak Mafia. Gw berharap bapaknya Rio, Nico, dan Yopie semua terlibat dalam kasus 15 tahun yang lalu, kan asik. Ternyata nggak terjadi, bahkan nggak diceritakan siapa bapaknya Rio.
Storyline nya cukup sulit ditebak which is good. Nggak predictable, kita nggak akan tau setelah ini apa yang terjadi, bahkan kalo ketinggalan satu scene aja kita bakal sulit ngikutin film ini, tapi drawbacknya film ini terlalu banyak dialog dan lebih banyak berfokus tentang hubungan Rio dan Karina, bukan fokus ke action. Even no cars were wrecked, membuat adegan balapan di film ini terasa agak hambar.
Tapi untuk plot twist nya gw acungin 2 jempol, karena kita baru tau seluruh gambaran besar ceritanya ketika sudah sampe di klimaks film ini.
Character Development
Para aktor dan aktris di film ini memerankan bagiannya dengan sangat baik. Marcel Chandrawinata sebagai Rio pun sangat menjiwai karakternya sebagai seorang "spoiled brat", pemabuk, main cewek, street racer, hingga peran sebagai seorang om yang baik buat ponakannya.
Chelsea Islan, sebagai pemeran Karina, juga salah satu yang aktingnya benar-benar luar biasa. Aktingnya sebagai cewek judes dan smart, sekaligus aktingnya di klimaks film dimana ia menjadi seorang karakter yang berbeda 180 derajat pun benar-benar fabulous. Seorang yang aktingnya paling bersinar di film ini.
Edward Gunawan sebagai Nico Wong, si anak mafia yang selalu bikin gw ngakak setiap kemunculannya. Nico disini gw liat perannya bukan sebagai antagonis, malah sebagai orang yang membuat film ini berwarna dengan jokes dan logat dan umpatan khas suroboyo nya, gayanya cenderung menyebalkan tapi selalu bikin ketawa dan ditunggu-tunggu.
Edward Akbar, sebagai Yopie Rompa, justru terlihat paling kaku di sini, perannya nggak gitu jelas, ngomong inggrisnya pun kaku. Perannya cuma sebagai pemicu keributan, pembuat konflik, dan muncul di bagian film paling klimaks. Sepertinya memang Yopie disetting sebagai pemicu konflik di film ini, akibat dendam pribadinya dengan bapaknya Nico, Benny Wong, dan memanfaatkan rivalitas Nico dan Rio untuk menuntaskan dendamnya.
Karakter lain seperti Gde (Yogie Tan), Monty (Daniel Topan), dan Nanda (Kelly Tandiono) sebagai support nya Rio juga membuat film ini berwarna dan menghibur dengan jokes jokes yang khas.
Sound and Visualization
Untuk sound effectnya, semua terasa natural mulai dari engine note mobil yang khas dan bukan sekedar rekaman audio seperti film pada umumnya, suara decitan ban juga terasa natural waktu mobil cornering. Intinya, terdengar jelas itu engine note Gallardo dan 458 bisa dibedain. Background musicnya juga cukup baik, apalagi sewaktu klimaks dimana Monty nyetir Cayenne Turbo putih dengan alunan musik Mozart, mengikuti irama mobil yang sedang kejar-kejaran.
Sayang soal visual, justru disini kekurangan film ini, dan cukup krusial, dimana film balapan dengan flashy cars dan full action begini seharusnya menonjolkan visual.
Adegan balapan nggak terlihat jelas, terlalu dipercepat, penyakit editing film balapan Indonesia, selalu kecepetan editingnya (main aman mungkin? karena mobilnya pinjeman semua?). Adegan Nico dan Rio berantem di Gym pun kacau, nggak terekam dengan jelas, seperti rekaman video amatir, dan goyang-goyang. Malah bikin pusing.
Final Conclusion
In the end, walaupun digemborkan sebagai film balapan, film ini lebih terasa seperti action comedy-romantic. Adegan action di film ini pun sangat kurang, nggak flashy seperti FnF series. Adegan balapan beberapa seperti adaptasi dari FnF seperti waktu Aventador dan McLaren digunakan sebagai umpan (adegan yang sama dengan FnF 2 dimana Evo dan Eclipse sebagai umpan), lalu visualisasi adegan balapan Nico dan Rio terlihat jelas niru display GPS di FnF 4.
Comedy dan Romantic di film ini justru yang paling menonjol. Nico sebagai spoiled brat tukang pamer yang menyebalkan memainkan perannya disini, begitu pula tiga rekan Rio. Sementara dari awal sampai akhir point utama film ini terkesan berpusat pada kisah cinta Rio dan Karina, bukan pada balapan atau aksi balas dendam. Walaupun untungnya, Awi Suryadi sebagai sutradara menutup film ini dengan adegan kejar-kejaran yang berakhir sangat cantik, plus adegan balapan terakhir Nico dan Rio di pantai menggunakan Porsche Boxster yang seakan meniru adegan balapan Dom vs Brian di FnF 5. Bagaimanapun, kekurangan di film ini semua terobati dengan ending dan plot twist yang superb!
ane berharap film ini ada sekuelnya dengan kejar-kejaran dengan polisi dan adegan car crash. Karena film street racing tanpa kejar-kejaran dengan polisi terasa hambar.
Yang jelas kalo gw disuruh milih nonton ini apa Need for Speed, gw lebih milih film ini... bagaimanapun ketauan suara mobil yang cuma rekaman audio dengan suara mobil yang asli... and Street Society has done its job well, walaupun sucks di kualitas graphic nya.