daripada bikin review lagi.... jadiin satu aja dah.
Short Review Toyota Harrier 3.0 AIRS 2010
Jadi ane kemaren berkesempatan untuk kopdar dengan beberapa teman lama dari CR-V Owners. Kebetulan seorang teman lama ini baru aja ganti CR-V RE 2008nya dengan Harrier AIRS.
Awalnya sempat galau antara PS Dakar, CR-V RM, CX-7, atau Harrier. Akhirnya setelah diputuskan dan liat kondisi mobil, sepertinya doi dan bininya lebih sreg dengan kondisi Harriernya.
Yang bikin ragu di awal untuk angkut harrier adalah ini tipe AIRS, yang konon suspensi udaranya 1 set bisa dapet Kawasaki Ninja 250R. Setelah SSI dengan beberapa bengkel kaki-kaki, ternyata kalo rusak bisa diganti pake yang non-AIRS, ya udah bungkus.
Dan ane nggak mau melewatkan kesempatan ini, setelah kopdar jam 23.00 (dan lokasi yang dekat dengan SM Test Track #1), ane langsung melancarkan SSI :
C : "ko, parkir dimana?"
H(inisial teman ane) : "itu disana *nunjuk pelataran parkir utama Spazio*"
C : "owh.... keburu pulang nggak?"
H : "err... kagak... kenapa yak?"
C : "mw liat mobilnya bentar"
H : "owh gapapa kok sante aja, bawa aja dah" dan teman ane langsung menawarkan TD
D (inisial teman ane satu lagi) : "ane ikut dah, penasaran juga sama V6 nya Harrier" karena kebetulan saudaranya doyan ganti-ganti mobil dan sudah pernah nyicip Harrier 2.4 juga dimana doi setuju tarikannya slow as hell seperti siput kurang gizi.
Akhirnya, mobil ane bawa ke SM Test Track #1. Ohh tenang saja, tidak ane bawa cornering. Hanya sedikit acceleration test. Who the hell quite crazy to tackle the corners with SUV (except Mazda CX-series atau Porsche Cayenne)
================================
Short Driving Impression
Yang membedakan mobil ini dengan saudaranya yang lagi tidur di garasi ane hanyalah enjin, transmisi, dan suspensi.
Jika Harrier di garasi ane dilengkapi dengan mesin 2AZ-FE 2400cc yang membuat SUV ini jadi slow as hell sampe orang yang biasa nggak protes soal tarikan seperti nyokap ane aja protes, Harrier AIRS dilengkapi mesin six-bangers 3000cc berkode 1MZ-FE. Transmisi, Harrier 2.4 menggunakan 4-speed super ECT zaman batu, AIRS menggunakan 5-speed super ECT abad pertengahan.
Sementara suspensinya, Harrier ane menggunakan shock dan per biasa, sementara AIRS, seperti namanya, menggunakan suspensi udara.
Exterior hanya berbeda sedikit. Rear spoiler yang lebih besar dan menutupi seluruh bagian jendela belakang untuk aerodinamika lebih baik..... dan velg 18inch yang desainnya cukup aneh....
Interior overall sama, kecuali tekstur beberapa kulitnya yang sudah kurang baik, lembab, mungkin faktor pemakaian. tidak seperti Harrier ane yang cuma tidur di garasi 4 bulan. hanya ini dilengkapi dengan display layaknya komputer pentium 4 sebagai pengendali kontrol sistem mobil (termasuk AC). yang surprisingly cukup bikin ane dan teman ane kebingungan waktu pertama nyalain AC :
C : "ui... ini nyalain ACnya pegimane?" *langsung ngasal pencet tombol AUTO, blower AC pun menghembus keras*
D : "busyet dah, ngawur ente, ngecilinnya dimane? masa punya mobil kagak tau ngecilinnya?"
C : "beda mobil oi.... punya ane kontrolnya masih jaman batu"
Lalu dari kejauhan ane manggil sang empunya mobil yang memberikan sesi "how to set a Harrier's AC for dummies". Yang ternyata layar itu touch screen dan ane baru tau

jadi tinggal mencet salah satu tombol yang diukir bahasa sansekerta, voila! keluar dah kontrol kendali ACnya.
quite complicated, indeed. kontrol di Harrier 2.4 ane yang jaman batu lebih friendly. Then, off we go! Set the sail, captain!
Impresi awal dari mobil ini cukup membuat ane kaget, lho

anjir.... yang ane bawa ini Harrier? low torque nya bener-bener kuat

ane menjalankan mobil dan tau-tau sudah 80 km/h.... goddamnit! Padahal itu di jalanan depan loop yang banyak gelombang, nggak terasa sama sekali lagi jalan 80 kalo teman ane nggak ngingetin :
D : "rem uiii.... depan poldur!"
lalu ane rem dikit karena memang nggak sempet, travel rem cukup panjang disini, kondisi mobil? hell, i don't care, karena justru bagian selanjutnya yang bikin ane terkesima.
ane hajar itu poldur terkutuk di kecepatan 60 km/h, teman ane sudah siapin golok untuk penggal kepala ane, tetapi..... wow..... dampingnya bener-bener membuat pantat ndeso ane terkagum-kagum, sekaligus bikin teman ane batal memenggal kepala ane. bantingannya lebih forgiving daripada Harrier 2.4 ane. as expected from air suspension
hanya saja kalo ane yang pake kayaknya bisa jackpot tiap bulan ganti suspensi udara
ane mengarahkan mobil ke SM Test Track #1 yang cukup sepi karena sudah jam 23.00, langsung ane kickdown. Sayang sekali transmisinya cukup dudul, masih gear hunting waktu ane sudah memerintahkan untuk unleash all the beast.
C : "unleash all the beast!"
T : "wait...sir.... we need more time.... ahh got it!"
lag transmisi cukup menyebalkan, apalagi, woi, ini 1MZ-FE 3000cc plus tambahan 1 gigi!
tapi setelah lag transmisi, langsung disambut dengan limpahan torsi dari enjin V6 dilanjut dengan enjin note yang sangat garang, meskipun jujur, tidak se-"dirty" V6 di Teana J32, tapi cukup menggugah sukma ane
enjin cukup torquey, karakter low-mid rev, high rev asma seperti Mazda8. Bahkan ane pertama ngetes kickdown dari 0, dilanjut lag transmisi, lalu dilanjut dengan massive wheelspin
quite good, siapa yang mau high-revving pake SUV yang handlingnya sangat horror (even sang pemilik pun mengakuinya, handling mantap CR-V kemana-mana). O iya, speaking of handling, AIRS sedikit lebih baik dari 240G. Bodyroll tidak se-signifikan tipe 240G yang bikin ane sering hard braking waktu approach corner, walaupun beda tipis aja lah, masih mantep CR-V, apalagi CX-5 dan CX-7
fun to drive? still not. hell, it's still a boring daddy's crap... errr... car, yang membuat tersenyum hanya simfoni merdu dari enjin 1MZ-FE nya. sisanya? don't expect much lah.
tapi sekali lagi, if you want to buy a 2nd Harrier, buy the V6. The real proper Harrier, tranny 5-AT nya tidak segugup 4-AT di 240G, walaupun tidak bisa dibilang the best 5-AT around.
Not a matter of kickdown or hard acceleration, tapi 1MZ-FE betul-betul nyaman dan tenang dibawa cruising, tidak seperti 240G dengan 4-AT nya bingung menerjemahkan tenaga enjin untuk disalurkan ke roda, even dibawa mid-speed cruising pun, terasa harus nambah gas melulu. Tidak di AIRS V6. Respon enjin betul-betul halus dan menyenangkan dibawa mid-speed cruise, nggak terasa kekurangan tenaga. Nggak heran, teman ane mencetak 8,3 km/l dalkot, sedangkan ane yang minus 2 silinder dan minus 600cc, cuma dapet 1 : 6-7.
Walaupun price-wise ane akan lebih milih Mazda CX-9 2012 kalo mau mewah, atau CX-7 2011 kalo mau sporty. Karena harga sekennya bener-bener masih sangat mahal, 500juta. Mending langsung up-grade ke CX-9.