Izinkan ane untuk lagi-lagi berbagi kesan-kesan tentang sebuah mobil.
Roadster dari benua biru yang sudah sangat kita kenal dan (mungkin) ada di list mobil mimpi basah sebagian ababil.
Here we go!
===========================================
Prologue
Seminggu yang lalu ada info dari salah seorang member SM dimarih ke modcing. berikut isi PM oknum tsb ke modcing

"minggu depan di komplek rumah ane ada TD Benz, berminat?"
dan dengan segera pesan tersebut di-SS oleh modcing ke seluruh KuSeM member....
dan akhirnya serentak hari ini datang juga.... ane jam 10.00 berangkat ke kediaman modcing, dan kita ngesot dengan M8 ke Sby timur tempat komplek perumahan oknum tsb

dan di TKP sudah disambut oleh ze Mahaganteng om Sukribo yang sudah mendahului kami TD Roadster tsb dan "katanya" not really impressed.
Saking penasaran, ane pun ditawarin untuk TD juga. And here it is, sebagai kompensasi batalnya review ML-Klasse, I Proudly present :
Mercedes-Benz SLK200 CGI (R172).
Memang, sebelumnya SLK R172 sudah pernah di review oleh Madcat, tapi hari ini ane ditugaskan untuk membuat review yang lebih "dalam", apalagi hari ini pengujian bisa berlangsung maksimal di SM Test Track #2

======================================
Sportlich, Leicht, Kurz
Ya, 3 kata ini adalah ide awal pembuatan SLK, sekaligus merupakan singkatan nama SLK. Sebuah Roadster kompak dari Mercedes-Benz.
Sportlich = Sporty, Leicht = Lightweight, Kurz = Short. Ide awal SLK adalah menciptakan sebuah roadster kompak, yang lebih kompak dari SL-Klasse. Konsep SLK sendiri lahir pada tahun 1990, tepat setahun setelah kelahiran Mazda MX-5 generasi pertama, such a coincidence isn't it? Dan SLK generasi pertama lahir tahun 1996, dibaptis dengan kode rangka R170.

Saya sendiri tidak terlalu khatam dengan sejarah SLK ataupun Benz, tapi SLK sendiri memang tidak mempunyai sejarah panjang seperti E-Klasse, S-Klasse, atau SL-Klasse. Hingga saat ini SLK "baru" memiliki 3 generasi : R170, R171, R172. Ya, sama mudanya dengan C-Klasse.
And that's a bit of history..... now to the point.
Yang jadi fokus saya dan membuat saya lebih tertarik untuk membahas adalah : huruf pertama di judul : "Is it really sporty?"
Karena ketika kita mendengar kata "Mercedes-Benz", atau melihat logo "three-pointed stars", sangatlah jauh dari kesan mobil "sporty". I mean, versi civilized dari mobil-mobil mereka, yang tentunya, tanpa embel-embel AMG di belakang namanya. Tentunya kata "sporty" lebih identik dengan saingan terdekatnya, BMW.
Dan Mercedes secara tidak langsung berani mengklaim bahwa SLK itu "Sporty".
Ya, sekali lagi bagi saya tidak ada Mercedes yang sporty kecuali nomenclature 2 angka "setan" yang menandakan output mesin dan kapasitas mesin di balik bonnet begitu bengis seperti ada malaikat kematian yang siap menebaskan sabitnya begitu anda lalai dan kehilangan kontrol. Dan tentu saja, "iblis" itu bernama "AMG".
Mercedes tanpa embel-embel 3 huruf iblis itu? Seberapapun besar kapasitas mesinnya, tetap saja sangat civilized.
Karena itu, benchmark saya hari ini untuk membandingkan SLK adalah tidak lain dan tidak bukan : contender langsungnya dari tanah Jepang.
Mazda MX-5 Miata.
So, how's it?
Secara bobot, R172 lebih berat dari Miata sekitar 250an kg (SLK 1.435kg vs Miata 1.181kg).
Secara output, R172 SLK200 memiliki output 24hp lebih besar dari Miata dan 80Nm lebih besar dari Miata (184hp/270Nm vs 160hp/192Nm)
Dan secara transmisi, R172 SLK200 dibekali oleh 7G-Tronic Plus, transmisi canggih dari Mercedes yang tentu saja lebih baik dalam aspek teknikal dibanding 6-speed A/T with TC di Miata.
Ya di atas kertas, SLK200 menang telak atas Miata, apalagi di atas pricelist, nyaris 2x harga Miata

Tapi tunggu dulu, driving feel tidak semata-mata berdasarkan apa yang dilihat di brosur. Mobil berjalan di atas aspal, bukan di brosur.
So, let's get to the ride.
=====================================
1. Personal Impression of the Exterior.
Secara tampilan, R172 terlihat lebih dewasa dibanding R171 sebagai pendahulunya. Panjangnya melar sekitar 50mm dari R171.

Overhang panjang, lalu grill dengan hard-line dan logo Benz raksasa seperti 2 saudaranya : SL dan SLS, terlihat sangat berwibawa bersanding dengan guratan garis body di bonnet yang mengingatkan pada SLS. Pun headlamp dengan nuansa mengotak seperti saudara tuanya, SL.

Beralih ke bagian belakang, IMO, nggak terlalu appealing untuk bagian belakangnya. Stoplamp bagi saya terlalu besar untuk sebuah roadster kompak, yang malah menghilangkan kesan "sporty" nya, tidak seperti di R171 yang ukurannya pas. Jika kita melihat SLK200 di malam hari dari jarak +-200m, akan terlihat seperti E-Klasse.
Pun dengan bumper belakang yang plain walaupun bertengger twin tailpipes berbentuk kotak. Ya mungkin wajar mengingat ini adalah model entry-level. Untungnya, SLK250 sudah dilengkapi dengan diffuser berwarna hitam yang tentu saja meningkatkan appeal dari mobil ini.
Overall, apakah saya suka exteriornya?
Frankly speaking, saya cukup suka, SLK terlihat seperti mini SL, sayangnya soal tampilan saya masih pegang R171 sebagai juara. R171 lebih terlihat sporty dan kompak, ya walaupun secara dimensi R172 hanya melar 5cm, tapi terlihat seperti melar puluhan cm, tidak terkesan mobil yang "compact". Apalagi stoplamp raksasa di buritan yang dari jauh kita tidak akan ngeh ini SLK.
Overall Score : 8/10
===================================
2. Personal Impression of the Interior
Tidak banyak yang mau saya komentari dari interior. Bagi saya interior SLK cukup menarik, sayang beribu sayang, sepertinya Benz terjebak dengan desain interior yang itu-itu saja.

Masuk ke dalam SLK tidak membuat saya merasa spesial jika saya tidak ingat ada "MahaGanteng Mode" yang menawarkan infinite headroom. Interior SLK.... just like that, tidak ada bedanya masuk ke dalam SLK atau ke dalam C-Klasse. Dial speedometer pun nyomot punya SLS.
Sangat berbeda dengan interior Miata walaupun material sederhana dan ala kadarnya, tapi sangat membuat kita terasa spesial dan berbeda dengan lineup Mazda yang lain. Bahkan gauge temperatur oli di Miata saja bisa membuat orang katrok bin ndeso macam saya terkesima.
Overall, apakah saya suka interiornya?
Memang, secara desain bagus, tapi lack of special feel. Masak sebuah roadster tidak punya rasa "spesial"? Padahal bagi saya jika membeli sebuah roadster yang harganya 1eM-ber, tentu saya menginginkan sebuah feel yang "spesial" ketika masuk ke dalam kabin. Di SLK? Not at all.
Overall Score : 7/10
==================================
3. Impression of Driving
Saya skip bahas akomodasi, karena pointless bahas akomodasi di sebuah Roadster.
Jadi langsung saja ke driving feel.
Engine & Transmission
R172 SLK200 CGI, seperti namanya, dibekali engine M271 DE18LA dengan teknologi terbaru Compressed Gasoline Injection (CGI) yang menandakan mobil ini memiliki Turbocharger menggantikan Supercharger yang dulu juga dilabeli KOMPRESSOR. Mesin sama yang digunakan oleh C200 dan E200.
SLK200 hanya berkapasitas 1.800cc dengan Turbocharger. Kenapa "badge" nya 200? Menandakan mobil ini walaupun 1.800cc memiliki output sebesar mesin 2000cc, yaitu 184hp (walaupun saya nggak ngeh, yang dijadikan patokan mobil apa.). The same story goes with SLK250, 1800cc Turbocharged "diklaim" setara dengan mobil 2500cc, 204hp. Yang lagi-lagi saya nggak ngeh yang dijadiin patokan mobil apa.
Jujur, nomenclature Mercedes masa kini cukup membingungkan. Jika dulu kita bisa tebak kapasitas mesin hanya dengan badge nama, C200 adalah C-Klasse dengan 2000cc enjin. C200 KOMPRESSOR adalah C-Klasse dengan 2000cc enjin + Supercharged. Sekarang? Sangat ribet. Walaupun BMW juga ikut-ikutan dengan nomenclature super-hyper-ultra-mega-maha-ribet ini. Untungnya BMW punya extra 200cc dan untuk entry level tidak terlalu membingungkan

Ahh, that's a little intermezzo. Anyway, bagi saya data di speknya cukup menjanjikan. Torsi 270Nm, penggerak roda belakang, dan transmisi 7G-TRONIC legendaris yang tidak menggunakan Torque Converter.
Saya start mobil dengan benda yang cukup aneh untuk disebut kunci. Bentuknya seperti keyless, tapi mau starter mobil saja harus dicolok dan diputer layaknya kunci konvensional. Cukup aneh. But i like the old-fashioned way. Jadi saya cukup menyukainya

Akses kabin cukup mudah, tidak sesempit Miata. Posisi duduk cukup rendah dan jok lebih nyaman dibanding Miata. Saya coba gas mobilnya..... lho......

............................. (le massive turbo lag) and....... BRRRRRRRRRMMMMMMMM!!!!!!!!!!! Torsi sebesar 270Nm dari engine langsung menghempaskan saya dan sales yang mendampingi ke belakang. Kick turbo lumayan berasa, sepertinya Mercedes menanamkan turbocharger yang cukup besar di mesin CGI-seriesnya. Sensasi berlanjut dengan gearbox 7G-TRONIC yang melakukan shifting sangat cepat.
Perbandingannya dengan BMW 320i F30 yang pernah saya coba, 2000cc turbo, turbo lag tidak se-massive SLK200 ini, tapi kick turbo lebih bersahabat dan lebih halus. Indikasinya, bisa jadi, faktor displacement BMW yang lebih besar, plus mungkin penggunaan turbo yang lebih kecil. Ya ini logika bodoh saja, sama-sama 184hp, dengan 2000cc hanya membutuhkan turbo yang kecil. Pun torsi yang sama (270Nm) diraih di RPM lebih rendah (BMW 1250RPM vs Merc 1800RPM).
Sayangnya dengan turbo lag masif dan tendangan torsi seperti ini, mobil jadi terasa jerky. Terasa sekali ketika berjalan pelan, SLK200 terasa kurang nyaman akibat turbo lag sebesar itu.
Hingga di tengah jalan saya diberitahu sales
S : "mas itu tadi masih mode Eco loh"
C : "Whuuuuuut?"

Dengan sigap saya pindahkan ke S, yang ternyata tidak jauh berbeda. Hanya memang respon gas lebih baik. Lalu coba ke M alias Manual-mode. Dan apa yang saya temukan?
Saya full throttle, hajar sampe maks, baru mau pencet paddleshift, mobil sudah otomatis shifting sendiri.


awwww c'monnn


Handling and Steering
Jujur saja, handling SLK200 tidak terlalu impresif. Bokong memiliki sway yang sangat besar. Saya coba cornering agak kencang dengan VSC OFF, terasa sekali bokong bergeser cukup banyak. Pun sasis terasa kurang balance dan tidak se-solid Miata saat dipakai untuk berbelok kencang.
Hal ini sebetulnya bisa dilihat dari mekanisme pelipatan atapnya. Di Miata, atap memiliki kompartemen sendiri di antara kokpit dan bagasi, sehingga bobot mobil tidak berpindah ke belakang. Sedangkan SLK200 menyimpan atapnya di bagasi, yang juga mengurangi kapasitas bagasi secara langsung. Yang secara logika bodoh lagi, tentu saja motor pelipat atap SLK berada di bagasi juga, yang cukup menambah bobot secara signifikan.
Belum lagi steeringnya, ahh jika dibandingkan dengan Miata, sangat jauh sekali. EPSnya memang speed-sensitive dan memberikan bobot yang cukup di setiap kecepatan. Sayangnya respon setir tidak natural, terasa distant, terasa sangat civilized (minjam istilah om helm).
Saya tidak bermasalah dengan steering seperti ini andaikan ia C-Klasse atau E-Klasse. Masalahnya, ini SLK! Masakan feel setir sebuah roadster nggak beda sama sedan? Sangat berbeda dengan Miata yang memberikan feedback luar biasa dimana kita bisa merasakan kekasaran kontur jalan dengan tangan sendiri.
Dan sangat ironis karena Mercedes dengan PDnya nulis "Your closest relationship with the road" di brosurnya....

"Closest relationship" eh?

Ride Quality
Bicara soal ride quality, disini kelebihan SLK200 dibanding Miata. Seperti saya bilang sebelumnya, SLK adalah roadster yang sangat civilized. Kualitas dampingnya lebih baik dari Miata, terasa sangat nyaman. Seperti mengemudikan sebuah middle-class sedan. Bagi saya, dengan kualitas damping seperti ini, SLK lebih cocok untuk pria usia 50-60an, yang juga diamini oleh om Sukribo

Overall, am I impressed with the ride?
Sebagai anak muda usia 20, jujur, ini bukan selera saya. Roadster yang tidak se-sporty namanya. Roadster yang terasa civilized dan terasa ride nya seperti sebuah middle-class saloon, bukan seperti sebuah roadster sejati. Memang, mayoritas orang lebih suka mobil yang civilized, masalahnya, sebuah roadster yang civilized? I'd rather go for an E-Klasse.
Overall Score : 6/10
=======================================
4. Verdict
As I repeatedly said. A Civilized roadster.
SLK200 terlalu anggun untuk disebut "sporty" roadster, begitu pula ride nya terlalu nyaman untuk sebuah roadster. It's not a bad thing though. It still have charisma with the "three-pointed stars" emblem. Mercedes adalah simbol kemapanan, siapapun yang turun dari Mercedes, pasti berbeda dengan turun dari Miata.
Masalahnya jika menginginkan sebuah roadster untuk "mainan", Miata jelas lebih cocok. Feel setir lebih natural, sasis lebih balance dan lebih solid, walaupun soal engine masih harus tunduk pada SLK200 (yaa... 2000cc N/A vs 1800cc Turbocharged). Dan soal ride, Miata lebih "hidup" dan lebih "roadster-like", sedangkan SLK lebih saloon-like.
So, the choice is, charisma and pride, or fun,fun and more fun with half the price of an SLK? Dari diskusi seru kami berempat tadi (saya, bro Nyoman, ModCing, Om Sukribo), kami berempat setuju SLK lebih terlihat mapan, tapi pilihan kami berempat yang masih berjiwa muda masih jatuh pada Miata, yang memberikan kesenangan mengemudi tiada tertandingi

Ya saya sih jadi paham kenapa om Sukribo bilang nggak impress sama SLK, bahkan SLK dibilang limbung, ya karena om sukribo ke TKP menggunakan Miata yang handlingnya lebih sharp dan steeringnya lebih natural.


=================================================================
SLK and Miata, in One Frame.
Tentu saja karena om Sukribo membawa mobil tjap Mahagantengnya, kami tidak melewatkan sesi foto bersama 2 buah roadster beda benua ini

Dan mobil tjap Mahaganteng om sukribo sepertinya memberikan "double appeal" untuk kedua nonik yang ketemu kami tadi. 2 nonik yang ngobrol cukup asik dengan kami dan tentu saja jurus SSI ala mahaganteng sukribo

dan 2 nonik tsb jadi juri official "adu ganteng" SLK vs Miata






Ze mahaganteng om sukribo....

======================================================
Thanks for reading, hope ye enjoy
