Halo Smers semua. Setelah lama ga ada update, baru sekarang sempet ngasih update mengenai neng Eco nih
Sebelum ngasih update, saya mau TR perjalanan Bandung –Rancabuaya-Bandung pas liburan lebaran kemarin dulu, karena untuk updatenya berkaitan juga dengan perjalanan ini. Semoga berkenan ya. Maaf kalau banyak gambar dan kurang begitu menjelaskan bagaimana mobilnya, maklum nubie
Prolog
Berawal dari paman saya yang cerita kalau ke Pantai Rancabuaya Garut lewat Pangalengan tidak memakan waktu lama, Bapak saya pun tertarik untuk mencoba. Itung-itung coba mobil baru juga, apalagi tahun ini ke

luarga kami tidak mudik ke Pare, Kediri.Akhirnya direncanakan untuk pergi tanggal 3 Agustus dan pulang 4 Agustus.
Etape 1: Bandung – Pangalengan – Lkr. Talegong – Cisewu – Rancabuaya
Karena perjalanan ini cukup mendadak, jadi rencana untuk berangkat jam 6 pagi tertunda menjadi jam 10. Setelah sebelumnya memasangg Roofbox, langsung deh packing masukin tas-tas berisi baju ke dalam Roofbox.
Memasukkan barang-barang ke dalam Roofbox.
Setelah packing selesai, sekitar pukul 10.20 kami pun berangkat dari rumah di daerah Margaasih menuju Soreang, kemudian ke Pangalengan
Siap untuk berangkat!
Di daerah Soreang kami mengisi BBM terlebih dahulu, karena selepas Pangalengan tidak akan menemukan SPBU lagi. Selain itu kami juga mengambil uang dulu di ATM karena nanti di daerah tidak banyak tersedia ATM, paling hanya ada BRI di kota Kecamatan (itupun belum tentu ada di setiap kota kecamatan)
Sekitar pukul 11.30, kami sampai di daerah Pangalengan, melewati Situ Cileunca. Di daerah ini cukup banyak obyek wisata, ada outbound, rafting, dan wisata alam lainnya. Kalau mau mengisi perut juga disini ada beberapa warung makan khas Sunda. Tapi karena belum waktu makan siang, kami melanjutkan perjalanan sambil berharap nanti akan menemukan tempat makan
Situ Cileunca
Selepas Pangalengan akan memasuki daerah kebun teh. DI daerah ini sering muncul kabut, dan jalannya berkelok-kelok. Selain itu mulai dari daerah ini, sinyal HP akan sangat sulit didapat. Untuk Indosat bahkan tidak ada sinyal sampai daerah Rancabuaya nanti.
Perjalanan terasa cukup nyaman, suspensi tidak limbung juga tidak terlalu keras.

saat menikung juga cukup nyaman, meskipun tetap lebih enak bawa sedan untuk menikung
Suasana kebun teh



Kebun teh yang berkabut



Jalan Lingkar Talegong. Rawan Longsor
Oiya selepas Jalan Lingkar Talegong, kami menemui warung makan yang terlihat cukup ramai. Karena waktu sudah menunjukan pukul 13, kami memutuskan untuk makan dulu. Makanan yang tersedia tentu saja makanan khas Sunda, yaitu ayam goreng, ikan goreng, impun (ikan yang ukurannya sebesar jari kelingking), dan tentu saja sambal. Untuk harga rasanya sih standar saja, 150 ribu untuk 5 orang.
Plang nama warung nasi

Cukup banyak kendaraan pengunjung yang parkir

Sawah di samping Warung
Setelah makan dan shalat, kami melanjutkan perjalanan sekitar jam 13.45an
Sayangnya tidak ada dokumentasi foto untuk perjalanan Lingkar Talegong – Cisewu – Rancabuaya. Selepas Jalan Lingkar Talegong, yang ditandai dengan berakhirnya daerah Perkebunan Teh, jalan yang akan dilalui adalah jalan pegunungan yang berkelok-kelok denga radius yang kecil. Jalannya sendiri tidak terlalu lebar, apabila di tikungan berpapasan dengan mobil maka salah satunya harus berhenti.
Disini bantingan suspensi Ecosport masih terasa nyaman bagi penumpang, karena penumpang masih bisa tertidur

Tidak terlalu limbung, juga tidak terlalu keras. Saat melewati tikungan-tikungan juga nyaman. Hanya saja karena belum teribiasa dan blindspot dari pilar A, seringkali terasa kagok saat melewati tikungan yang tajam. Selain itu Traction Cotrol juga menjalankan fungsinya, terutama saat menanjak di jalan yang berpasir terasa mobil tidak selip.
Tetapi disini juga mulai terasa kalau tarikan Ecosport ini agak berat terutama saat menanjak. Hal ini disebabkan oleh perpindahan transmisi yang menurut saya agak bodoh, meskipun tuas transmisi sudah di “S”. Saat menanjak, meskipun sudah Kick-Down, transmisi rasanya malas sekali untuk menurunkan gear. Saat putaran mesin sudah drop <1500RPM, baru gear turun tetapi itupun tidak turun ke Gear terendah yang dapat digunakan. Akhirnya terpaksa menggunakan triptonic untuk menurunkan Gear secara manual saat menanjak, tetapi karena posisi tombol triptonic di tuas transmisi rasanya sedikit menyulitkan saat menanjak sambil menikung. Coba saja menggunakan paddle shift, pasti akan terasa lebih nyaman. kalau ketemu tanjakan pengennya sih udah ngebut aja dari bawah jadinya
Gejala lain yang saya cukup rasakan saat menikung-menikung tajam adalah gejala understeer. karena tarikan saat menanjak sedikit berat, jadi saya sudah mengambil ancang-ancang sebelum tanjakan sehingga dapat melewati tanjakan dengan cepat. masalahnya setelah tanjakan langsung ketemu tikungan sehingga belum sempat menurunkan kecepatan sudah ketemu tikungan, terasa mobil sulit untuk belok. mungkin faktor penggunaan Roofbox juga memengaruhi.
ditambah pilar A yang besar membuat blind spot sehingga melalui jalan dengan tikungan-tikungan sempit ini terasa lebih sulit, takutnya ada motor atau mobil yang berpapasan saat menikung tapi tidak terlihat.
Sh*t happens
Kami menemui jalan yang amblas. Yang lebih parah lagi adalah longsoran tersebut tepat berada di bagian bawah tanjakan yang curam, kira-kira securam tanjakan dari arah Punclut menuju Lembang. Setelah menunggu kendaraan yang dari arah berlawanan turun, kami pun mulai berjalan melewat longsoran yang telah ditutupi oleh banyak batu split. Sesudah melewati longsoran dengan perlahan, langsung menuju tanjakan yang curam.
Di tanjakan ini terjadi musibah, ban selip!

Lampu Traction Control berkedip-kedip, menandakan sedang bekerja, akan tetapi ban tetap saja selip! Hal ini disebabkan banyaknya material batu dari longsoran yang terbawa ke tanjakan.
Karena ban terus selip (dan tercium karet terbakar), terpaksa mobil dihentikan dahulu. Saat itu, saya sudah khawatir mobil tidak akan kuat untuk menanjak. Dengan tangan yang berkeringat, gear dipindah ke 1, lepas rem tangan dan injak gas. D*mn, ga mau jalan! Putaran mesin di 1500-1800RPM saja, tidak terasa effort dari mesin untuk menjalankan mobil. Setelah 5 detik coba digas perlahan tetap tidak mau maju, saya hentikan saja usaha untuk maju ini karena takut transmisi overheat. Di dalam mobil Ibu saya jadi panik (biasa, Ibu-ibu), dan warga sekitar yang mengatur lalu-lintas di longsoran itu juga meminta agar seluruh penumpang turun supaya mobil bisa didorong. Akhirnya seluruh penumpang turun.
Setelah penumpang turun dan hanya saya di mobil, saya bersiap-siap untuk menjalankan mobil dengan bantuan dorongan dari warga sekitar. Masukkan gear ke 1, lepas rem tangan, dan injak gas kira-kira setengah injakan. Awalnya mobil tetap tidak mau jalan. Dengan bantuan dorongan warga, mobilpun mulai bergerak tapi bukan karena dorongan mesin. Setelah didorong sekitar 1-2 meter, akhirnya mobil pun berjalan dan sampai puncak tanjakan tanpa dibantu dorong lagi.
Setelah sampai puncak tanjakan saya berhenti menunggu penumpang lainnya berjalan ke atas. Saat itu saya berpikir, apakah mobil tidak mau berjalan karena Traction Control aktif? Tentunya di tanjakan yang berbatu ban pasti akan selip terlebih dahulu. Tetapi karena tadi sedang panik, tidak terpikirkan oleh saya untuk mencoba menonaktifkan Traction Control.
Setelah kejadian tadi, kami melanjutkan perjalanan. Setelah sekitar 1 jam perjalan, akhirnya kami pun sampai di kawasan wisata Pantai Rancabuaya. Biaya tiket masuknya Rp3.000 per orang.
Akhirnya sampai Pantai juga



Pantainya berkarang, tidak bisa untuk berenang kecuali nekat


Kapal nelayan berjejer di tepi pantai


Sayangnya cuaca berawan, jadi tidak bisa melihat sunset
Setelah melihat-lihat pantai, kami langsung mencari penginapan untuk bermalam. Kami bermalam di Hotel Villa Jaya Sakti 1, karena kami lihat masih cukup baru dan terlihat bersih. Untuk kamar double bed dengan AC tarifnya Rp400.000 per malam. Kamarnya cukup luas, bisa masuk 8 orang kalau anda bawa kasur sendiri
Saat mencari makan, kami cukup kecewa karena kebanyakan rumah makan sudah kehabisan karena kami datang saat liburan usai. Akhirnya kami makan hanya dengan sedikit pilihan makanan saja, yaitu ikan tuna bakar, cumi-cumi, dan udang saja. Padahal saya cukup penasaran dengan kerang khas daerah tersebut, yaitu Mata Lembu.
Setelah makan kami beristirahat untuk perjalanan esok hari.
Etape 2: Rancabuaya – Cimari (Pantai Taman Manalusu)
Keesokan harinya kami berencana untuk ke arah timur (Pameungpeuk) untuk ke suatu Pantai, karena adik saya ingin pergi ke pantai yang berpasir sedangkan pantai Rancabuaya penuh dengan karang.
Setelah beres-beres dan checkout, sekitar pukul 10.30 kami pergi dari hotel menuju arah timur melewati Jalan Pantai Selatan Jawa Barat. Kami berencana ke Pantai Taman Manalusu, sekitar 20 Km dari Pantai Rancabuaya. Saya pernah ke pantai tersebut pada tahun 2010, tetapi saat itu saya melewati jalur yang berbeda, yaitu jalur Garut-Cikajang-Pameungpeuk.
Melewati Jalan Lintas Pantai Selatan, hampir sepanjang jalan terlihat pantai di sebelah kanan jalan. Pemandangannya sendiri cukup indah, dan ternyata banyak sekali pantai-pantai kecil sepanjang jalan, hanya saja beberapa pantai sulit diakses menggunakan mobil.
Awalnya jalan yang kami lalui sangat mulus dan memiliki marka yang lengkap. Nampaknya jalan tersebut belum lama diperbaiki. Kami sih berharap sepanjang perjalanan jalannya akan semulus ini.
Jalan mulus dengan marka jelas tersebut hanya bertahan sekitar 3 Km, sesudahnya jalan yang kami lalui memiliki aspal baru dan belum ada marka. Disini saya berpikir "sepertinya di depan jalannya belum diperbaiki", tapi berharap jalan tidak rusak.
Tak lama kemudian jalan beraspal mulus tersebut berakhir, dan jalan yang dilewati penuh dengan batu. sepertinya jalan tersebut belum selesai diperbaiki jadi belum diaspal. Disini kendaraan dipacu dengan kecepatan 40Km/jam, dan di dalam mobil rasanya masih acceptable. tidak terdengar adanya rattling dari interior (mungkin karena masih baru juga), dan tidak terasa terbanting-banting juga meskipun jalannya tidak rata. Tak lama kemudian jalan pun kembali beraspal.
Ternyata jalan beraspal tersebut cukup singkat, karena kami memasuki lagi jalan yang tidak beraspal

Kondisi jalan pun lebih parah dari yang sebelumnya, karena banyak batu yang berukuran cukup besar.
Ternyata jalan ini masih dalam perbaikan, dan karena masih libur lebaran, perbaikan pun belum berjalan kembali. terlihat dari adanya beberapa alat berat yang terparkir di sisi jalan.
Di jalur ini banyak jembatan yang dilalui, dikarenakan banyak melewati sungai yang bermuara ke Samudra Hindia. Saat melewati jembatan, umumnya jalan akan menurun dan menanjak kembali setelah melewati jembatan.
Beberapa jalan menuju jembatan tersebut memiliki turunan dan tanjakan yang cukup curam. Disini saya khawatir kejadian tidak kuat menanjak di hari sebelumnya akan terjadi lagi, mengingat jalan yang dilewati penuh dengan bebatuan.
Saat melewati turunan ini, saya khawatir apakah mobil kuat menanjak saat pulang nanti?
Di jalan berbatu ini, terasa sekali Traction Control bekerja. Saat memacu mobil terlalu kencang dan terasa ban selip, Traction Control langsung bekerja dan meminimalisir terjadinya selip tersebut. Saat melewati jalan ini, saya merasa mobil ini dapat melewatinya dengan baik dan sudah seharusnya bisa melewati dengan baik karena masa SUV tidak bisa melewati jalan jelek
Setelah satu jam perjalanan dari Rancabuaya, akhirnya kami tiba di Pantai Taman Manalusu. Sebuah pantai yang sepi, bahkan tidak ada retribusu untuk masuk dan tidak ada fasilitas yang umumnya tersedia di tempat wisata. Pantai ini memiliki ombak yang cukup besar, sehingga jangan bermain air ke laut.
Pantai ini memiliki hamparan pasir yang cukup luas, dengan garis pantai +- 2Km
Pantai ini sebenarnya muara dari sebuah sungai kecil. Karena saat kami tiba belum terjadi pasang, tidak terlihat ada aliran besar air dari sungai. Hanya terlihat aliran kecil yang tidak terlihat seperti sungai.
Dan di muara ini bisa bermain air saat tidak pasang, tanpa perlu khawatir terbawa ombak.
Aliran air yang berasal dari sungai
Setelah foto-foto dan sedikit basah-basahan, kemi pun meninggalkan pantai Taman Manulusu ini. Kami beruntung datang saat belum pasang, karena saat kami akan pulang, pasang mulai datang dan muara tadi pun sudah terlihat menjadi sungai
Saat akan pulang, hamparan pasir yang kering tersebut sudah dipenuhi dengan air pasang
Untuk perjalanan pulang, kami berencana melewati jalur Cidaun-Ciwidey-Soreang.
Etape 3 Part 1: Pantai Taman Manalusu - Rancabuaya
Perjalan dimulai kembali dan melewati lagi jalan yang tadi dilalui sampai ke Rancabuaya.
Jalan jeleeek lagi. Alhamdulillah, EcoSport berhasil melewati dengan baik

Muara yang terlihat saat menyebrangi jembatan

Tanjakan yang tadi dikuatirkan tidak bisa naik. Ahamdulillah berhasil dilewati dengan lancar, dibantu dengan Traction Control yang meminimalisir terjadinya selip


Jalan jeleek lagi. Terlihat Cielo yang menggunakan velg besar (perkiraan 18") yang bersusah payah melewati jalan jelek ini.

Akhirnya masuk jalan muluuuus

Salah satu pantai kecil yang terlewati. Kalau tidak salah namanya Pantai Cicalengka.
Nanti saya update lagi TRnya ya.. Mudah-mudahan malam ini bisa selesai, internetnya lagi lemot soalnya jadi susah mau upload foto
