Perkenankan ane untuk membuat sebuah review (yang sudah ditagih-tagih sama mahakitteh dan belum ane kerjakan dari lama

Karena format TD hari ini berbeda, saya akan pakai intro yang sama seperti om Helm

"Entah kenapa tiba-tiba ada yang bawa ke rumah, ya udah ane coba aja"


===================================
Prologue
Berawal dari sebuah cerita mengejutkan dari nyokap di bulan Mei lalu....
"C, engkong dapat grand prize dari insurance..."
"Err.. what grand prize?"
"A car.... Nissan Teana J32"
"Whutttt???" *seperti tersambar petir di siang bolong....*
Dan ane mengabarkan hal ini ke Mahakitteh.... seperti yang diduga
"Ye must make a proper ripiu of dat thing..."
Dan dari rencana mau dijual akhirnya ga jadi.... krn udah kemana-mana kaga ada yg mw

And here it comes.... ane janjian dengan om ane yang in charge of that car.... to take it for a ride.... dan hari ini ane yang berencana ke rumahnya, berubah jadi dia yang ke rumah ane krn mau ketemu bokap... makanya saya pakai intro seperti om stig :
"tiba-tiba ada yang bawa ke rumah"

Here we go...
==================================
Japanese Midsize-Luxury Saloon...
Ketika kita bicara Japanese Midsize-Luxury Saloon, ada 1 nama yang sangat lekat dengan telinga kita, dan 1 jenis mobil yang memiliki historical value panjang di dunia.
Ya, anda tidak salah. Toyota Crown adalah satu mobil yang dari awalnya memiliki platform sebagai proper Japanese Saloon. Mobil yang sangat lekat dengan image mewah dan berkelas...

Di Indonesia, Crown Royal Saloon dipakai oleh menteri dari Kabinet Indonesia Bersatu. On the road : 1,3Milyar Rupiah.

Satu hal yang menarik, Japanese Midsize-Luxury Saloon seakan memiliki beberapa pakem yang tidak boleh dilanggar. Salah satu pakem yang seakan jadi "kewajiban" Japanese Luxury Saloon adalah : It must have V6 under the hood.
Mari kita tengok kedua pemain kelas ini yang tersohor : Honda Legend dan Toyota Crown.
- Honda Legend menggunakan engine J35 V6 seperti Accord V6.
- Toyota Crown menggunakan engine 4GR-FSE 2.5L V6 dan 3GR-FSE 3.0L V6.
Dan jujur, kelas ini adalah kelas yang unik. Karena secara dimensi mereka mirip-mirip dengan Midsize sedan seperti Accord atau Camry. Tapi secara teknologi dan fitur, baik Crown maupun Legend jauh di atas Accord/Camry. Same story with comfort.
Nah, anda pasti bingung kenapa saya sampe harus cerita soal Crown dan Legend terlebih dahulu....
It's simple : Teana adalah spesies "galau" antara midsize dan midsize-luxury.
Secara profil, Teana dari generasi J31 sangat kental dengan Japanese Luxury Saloon look. Melihat Teana dari luar, kita akan menyangka mobil ini adalah lawan sebandingnya Crown. Pun engine yang digunakan adalah V6. Plus, Teana terkenal dengan top-notch driving comfortnya.
The main problem is : di Indonesia, Toyota tidak memasarkan Crown secara resmi via ATPM, atau Honda dengan Legend. Sementara price tag Teana J32 masih lebih murah dibanding Accord atau Camry, selisih puluhan juta.
Jadilah mindset orang-orang kita adalah : Teana is the contender of Accord and Camry, same story dengan Mazda6. Seakan keempat mobil ini berperang di medan yang sama, mentang-mentang harganya mirip dan dimensinya mirip. Saya pun sempat berdebat dengan bro haristk7 soal ini.
Tapi saya akhirnya menarik kesimpulan : Teana adalah lawannya Crown.
Kenapa? Saya menemukan hal yang menarik di wikipedia tentang baik Teana, Crown, dan Legend.
Honda Legend : http://en.wikipedia.org/wiki/Honda_Legend
Toyota Crown : http://en.wikipedia.org/wiki/Toyota_CrownThe Honda Legend is a six-cylinder mid-size luxury car produced by the Japanese automaker Honda since 1985 that currently serves as its flagship vehicle and provides the basis for the Acura Legend, RL and RLX the flagship vehicle of Honda's luxury Acura division in North America.
Nissan Teana : http://en.wikipedia.org/wiki/Nissan_TeanaThe Toyota Crown is a line of premium medium to full-size luxury sedans by Toyota primarily aimed at the Japanese market and sold in other select Asian markets.
sementara di wiki Nissan Altima : http://en.wikipedia.org/wiki/Nissan_AltimaThe Nissan Teana is a luxury mid-size car produced by Nissan of Japan. It is exported as the Nissan Maxima and Nissan Cefiro to certain markets. It shares a platform with the Nissan Maxima sold in North America, the Nissan Altima and Japanese market Presage minivan. The Teana has been available in East Asia, Russia, Ukraine, South Asia, ASEAN, Australia, New Zealand, Latin America & Caribbean,
Memang, Wikipedia bisa diedit oleh siapa saja, bisa saja sumber saya tidak valid. Tapi saya yakin mereka tidak sembarangan. I mean, kalo orang bisa nulis sejarah panjang sebuah mobil, tentu mereka udah khatam dengan mobil tsb, dan tau kelasnya dimana.The Nissan Altima /ˈɔːltɨmə/ (Japanese: 日産・アルティマ?) is a mid-size car manufactured by Nissan, and is a continuation of the Nissan Bluebird line, which began in 1957. The Altima primarily competes in the mainstream mid-size sedan class in the United States against its main rivals, the Toyota Camry and Honda Accord, managing to become the second best-selling car in the United States in 2011.
Dan saya menarik kesimpulan, bahwa Nissan berusaha memperjelas identitas Teana sebagai lawan Accord/Camry dengan menelurkan generasi ketiga yang sama sekali berbeda : L33. 4-cylinder engine, dengan driving dynamic dan behavior yang lebih mirip sebuah medium saloon biasa dibanding sebuah medium luxury saloon. They should re-badge it with Altima. Seriously.
Jadi, Let's get to the ride....
=============================
1. Impression of the Exterior
Seperti yang sudah saya jelaskan berbuih-buih di atas, exterior Teana menyiratkan profil sebuah Japanese Medium Luxury Saloon.

Siapapun yang turun dari mobil ini, apalagi dari jok passenger belakang, akan dipandang seperti "bukan orang sembarangan".... Mirip mobil mafioso... apalagi unit saya berwarna hitam

itulah juga kenapa mobil ini lebih layak ditandingkan dengan Crown, karena Crown identik dengan mafioso's car

Front-end

Tampilan front-end yang sangat konservatif. Tidak banyak garis dan lekukan-lekukan dramatis dan garis bahu yang berotot seperti L33. It's all just look simple. Mobil ini terlihat sangat elegan dan kalem..... apalagi dibalut cat hitam yang mengkilat.... but wait.....
ketika saya berhenti di indomart buat ngisi "amunisi perut"..... dan iseng buka bagasi.....
Nggak sengaja ketauan di kaca belakangnya.... ada sticker sebuah brand nanoceramic coating...

Side look
Nah! Tampilan overall dari samping ini yang merupakan daya tarik paling memikat dari mobil ini.

It all looks very aristocratic, very elegant, and very mysterious. Apalagi jendela kecil di pilar C yang iconic itu. Benar-benar membuat Teana terlihat sangat sophisticated.
Plus, karena ini adalah model facelift, velgnya berbeda dengan batch awal, memberikan sedikit striking impact di overall look bagian samping. Dibalut ban Michelin Energy 215/55/17.

Rear-end

Bagian rear-end ini yang menurut saya cukup plain dan hambar.... Penyebabnya bisa jadi adalah :
1. Stoplamp yang kekecilan... C'mon Nissan! Mobil udah gagah gede angker gini stoplampnya bentuk LED titik, kecil pula.
2. No twin tailpipes. Memang sih nggak diciptakan untuk performa, tapi mbok ya dikasih.... wong Lexus LS dan Benz S-Klasse aja dikasih...
Overall apakah saya menyukai penampilan exteriornya?
Ahh, what to say, meskipun rear-end nya garing dan hambar... Exterior Teana memberikan impresi tersendiri bagi saya. I mean, look! Mobil ini sama sekali tidak terlihat seperti sedan 500juta, malah terkesan seperti sedan 600-700juta. List chrome di J32 sama sekali tidak membuat mobil terlihat norak, justru meningkatkan value kemewahannya. Dan sekali lagi, kesan mahal di J32 ini mostly datang dari : warnanya. Pick the black one, not the white. Yang putih membuat pantatnya semakin hambar.
Overall Score : 8.5/10
2. Impression of the Interior
Ceritanya berbeda saat saya masuk ke interior.... Ugh. Nissan. Detailnya selalu buruk. Diperparah warna interiornya beige dan tabrakan kesana-kemari....
Steering wheel and cluster.

Steernya terasa besar, bahan steer cukup lembut, sebelum saya mengamati yang berikutnya.....

Jahitannya terkesan asal-asalan


Clusternya juga membosankan. Tidak ada hal menarik dari cluster meternya.
Dashboard

Jujur, layar besar di tengah itu yang menarik perhatian saya dari awal.... Memberikan kesan futuristic. Tapi begitu dinyalakan...

Ternyata cuma buat AC, jam, HU.


Diperparah faux wood panel yang finishingnya jelek, jujur, seperti TATA Aria. Hanya lebih halus dan panelgapnya lebih manusiawi.

Head unit in-dash dengan 6-CD Changer. Lagi-lagi terasa murahan


Deretan tombol di samping kanan setir.... VDC OFF... hmmmm....
Central console and Gear Lever

Faux wood panel yang kasar lagi


Doortrim


Jujur, pertama kalinya dalam hidup saya ngeliat doortrim kanan dan kiri berbeda gini.... Sepertinya memang di driver side tidak diberi karena untuk meletakkan tombol memory seat. Finishing doortrim lebih baik dari L33, sayangnya, lagi-lagi faux wood panel terkutuk itu.

Door handle warna silvernya terkesan murahan...
Dan handle tambahan di doortrim penumpang malah terkesan "maksa", seharusnya dilepas saja. Desainnya nabrak.
Rear Seat

Sayangnya, Nissan tidak memberikan audio switch di sini. Padahal point utama orang membeli mobil ini adalah duduk di belakang.

Airvent yang (lagi-lagi) terkesan murahan...
Overall, apakah saya suka interiornya?
Not at all. Seriously. Sepanjang saya nyetir selama kurang lebih 30 menit, saya geleng-geleng kenapa interiornya sangat horrible, mengerikan untuk mobil kelas ini. Warna tabrakan, faux wood panel, stitching gak rapi kayak dijait di tukang permak jeans pinggir jalan. Saya akui, panelgapnya memang cukup rapi, bahan jok cukup nyaman, tetapi segala detail lain justru menghancurkan impresi saya. Nggak ada mewah-mewahnya blas. They should have done better.
Overall Score : 5/10
3. Accomodation
Rear legroom :

Legroom belakang cukup pas-pasan, kalah jauh dibanding Accord CP2 atau CR2. Please, sewa supir yang kurus biar kaki anda tidak tersiksa. Headroom cukup lega, lebih lega dibanding L33.

Cargo tidak terlalu luas. Tapi cukupan. Masih lebih luas L33 apalagi Accord.
Overall Score : 7/10
4. Impression of Ride and Handling.
a. Driving
Under the Cup!

Sebuah engine VQ25DE V6 bertenaga 182hp dengan torque 232Nm. 10hp lebih besar dari L33 yang menggunakan QR25DE I4 172hp, tapi torque nya masih kalah 2Nm. Dipadu dengan transmisi XTronic CVT tanpa stepped ratio.
Perlu diingat bahwa V6 di J32 ini diciptakan untuk kehalusan, dan unit saya sudah dipasang piggyback Dastek Q4. Supaya lebih adil, pertama saya menggunakan mapping terpelan alias standar.
Start enjin, mesin menderum halus. Sesuai dugaan. Saya jalankan pelan, keluar arah simpang lima, macet.
To be honest, stop and go dengan J32 Teana kurang nyaman. CVT terasa laggy, tidak seperti L33 yang responnya sigap. 900-1500 RPM, lag CVT sangat terasa, di atas itu baru keluar tenaganya. Menurut saya wajar, karena Xtronic CVT di L33 sepertinya sudah ada sedikit ulikan software sehingga lebih responsive.
Setelah lepas dari kemacetan, saya menjalankan mobil ke arah Jl. Pahlawan, kickdown. WUUUSSSH. Tendangan torsi disertai engine note yang sedikit dirty cukup terasa, walaupun lebih halus dari L33, tapi tetap saja diluar ekspektasi saya. Saya kira mobil ini akan terasa membosankan karena V6 nya didesain untuk berjalan santai, ternyata tidak. Malahan suara engine yang sedikit dirty membuat saya semakin terpacu untuk injak gas, walaupun exhaust note nya sama sekali tidak ada.
Ya kalau sampai J32 exhaust note nya seperti L33, saya rasa J32 telah gagal menjadi sebuah proper luxury saloon.

Tapi kenikmatan sesungguhnya di J32 adalah saat cruising. Kickdown di mobil ini jujur terasa agak ngeri. Body terasa besar. Apalagi ketika tadi saya iseng mengubah mapping Dastek di level yang paling ekstrim, mobil terasa jerky, walaupun lebih "kuat" tendangannya, lag di 900-1500RPM hilang. Tetap saja, mobil ini tidak diciptakan untuk itu.
Tapi begitu tadi saya pakai cruising di kecepatan 40-60 km/h konstan.... ahh... this is what this car was made for! Long distance cruise! Mobil terasa sangat tenang saya pakai untuk cruising dan berjalan santai. Until.....
b. Handling
Ya ya ya... saya tau.... handling bukan kelebihan utama mobil ini. Jadi saya bahas singkat saja ya.
Setir agak berat... Sepertinya menggunakan HPS. Tetapi feedback nya hambar.... Sama sekali tidak terasa road feel nya. Mobil terasa distant.
Bodyroll.... not good. Cukup terasa bodyroll bermanuver dengan mobil ini. Apalagi ban yang digunakan Michelin Energy yang bukan merupakan ban performa tinggi, plus profil yang kurus, 215/55/17. Chassis sway cukup terasa di buritan.
Mobil terasa sangat besar
Ya sudah kok, itu aja.... nggak panjang-panjang

c. Ride Quality
Yeaaaa..... As we all expected. Seperti yang sudah dibahas di beberapa media lokal maupun international. Teana J32 memiliki kenyamanan yang superb! Rebound suspensi lembut, travel suspensi panjang. Lebih lembut dibanding L33. Plus, jok yang cukup empuk.
Reputasi Nissan yang terkenal sebagai pembuat mobil nyaman, sangat terasa sekali di Teana. Dibandingkan dengan Harrier saya, Teana terasa jauh lebih baik soal ride quality.

Bahkan sepanjang perjalanan, saya ketemu jalan rusak terus, sama sekali tidak terasa. Road noise pun minim, insulation baik. Memang betul soal kenyamanan, Teana adalah rajanya. Saya rasa jok belakang adalah hal terbaik dari mobil ini.
Overall, apakah saya menyukai Ride nya?
Honestly, saya sudah membuang semua ekspektasi soal ride. Saya menduga mobil ini akan sangat membosankan. In fact, mobil ini cukup menyenangkan untuk kelas mobil yang diciptakan sebagai pemanja penumpang. Tidak sehambar Harrier atau Alphard atau RC1 Odyssey. Suara engine yang dirty cukup menyenangkan untuk dibejek....
Definitely not a driver's car. But good for a weekend driver. Daily use? Silahkan sewa supir. Body terasa lebih besar dari L33 (padahal secara dimensi L33 lebih lebar), nggak lincah blas.
Overall Score : 7/10
5. Verdict
Definitely, a proper Japanese Saloon. Kenyamanan top notch. V6 engine, CVT.
Terjawab sudah semua ekspektasi saya soal kenyamanan Teana yang katanya superb itu. And the truth, it is.
Memang finishing di interiornya buruk, tetapi dengan ride quality sebaik itu, saya rasa tidak jadi masalah. Toh siapapun pembelinya, mereka pasti prefer duduk di jok belakang. V6 nya punya tenaga yang cukup buas jika di push sampai maksimal, tapi saya rasa, nggak perlu. Cruising is the best choice if ye own this car.
Price tag terakhir 52x... Tapi dengan menumpuknya stock 2013, diskonnya sangat fantastis! Beberapa dealer bahkan berani ngasih sampai lebih dari 100juta! Bayangin, lebih murah dari CR-V RM. Jelas sangat value for money. Plus, 1 hal lagi yang anda dapatkan : Eksklusivitas. Dijamin, nggak ada yang nyamain di jalan. Jarang banget mobil ini.
Saya malah heran kenapa sedan senyaman ini nggak laku sampai diobral. Padahal orang beli sedan juga cari kenyamanan, kalau Mazda6 nggak laku saya nggak tanya. Tapi Teana? Harga lebih murah dari Accord malah nggak laku.
Conclusionnya : Just what you expect from a Japanese Saloon.
Head-on Comparison with Its Successor
Karena saya tempo hari sudah mencoba L33 Altima, saya akan coba bandingkan kedua mobil ini dari perspektif saya.
Jujur, Altima terasa lebih fun to drive, di jalan terasa lebih compact, interior finishing lebih baik. Mesin 4 silindernya punya torsi yang sudah nge-kick di RPM lebih rendah, dan software CVT yang sepertinya sudah direvisi sehingga lebih nikmat. Untuk urusan handling, J32 dilibas habis oleh L33. L33 terasa sporty, meskipun belum bisa menyamai Mazda6, bodyroll minim, chassis sway minim.
Sedangkan J32 Teana terasa lebih nyaman dibanding Altima L33. Memang tidak terasa sporty dan tidak ada exhaust note seperti Altima. J32 terkesan seperti mobil yang lamban, padahal tidak lamban sama sekali, malah cukup kencang. Sayangnya urusan handling memang kurang baik, bodyroll masih terasa, mobil terasa distant dengan driver. Belum kualitas interior yang mengerikan. V6 sangat halus, tetapi tidak memalukan diajak kickdown.
Conclusionnya, L33 Altima adalah spesies baru. Seriously they need to re-badge the Teana. Karena L33 Altima karakternya sama sekali berbeda dengan J32 Teana.
============================================
Sekian review saya, mohon maaf bila ada salah kata. Selamat membaca
