Kali ini ane membuat trit yang meleset jauh dari oli dan baut dan bakar2an ban...
Atas permintaan salah seorang rekan SMers yang ingin menghadiahkan Wine untuk ultah nyokapnya (plus skalian bisa boasting his profound new knowledge of wine ke nyokap), ane membuat trit ini. Yang kebetulan ini salah satu artikel yang ane sadur 8 tahun lalu.
Sedikit editing di sana sini dan voila!
Wine 101...

=====================================
Wine adalah sari buah anggur yang difermentasikan. Kata "Wine" berasal dari bahasa latin "Vinum", juga sama dengan bahasa Yunani "Oinos", yang berarti anggur, dan dalam arti yang lebih luas berarti sari buah (lain) yang difermentasikan. Bangsa Prancis, yang terkenal sebagai pembuat Wine terbaik di dunia, menyatakan sebuah hukum tahun 1905 yang mengatakan: "Tidak boleh ada minuman yang boleh disimpan... ataupun dijual di bawah nama "Vin" yang tidak dibuat berdasarkan fermentasi (buah) anggur segar atau jus/sari buah anggur segar." Penekanannya adalah kata "Segar". Nyatanya, ada beberapa masalah awal, ketika anggur kering (raisin/kismis) diimpor dan digunakan sebagai bahan pembuat wine. Di Italia, hukum 1925 menyatakan "Vino" : "Sebagai produk fermentasi alkoholik dari jus/sari buah anggur segar ataupun sedikit kering." Hukum Wine Jerman tahun 1930 mengikuti aturan ketat yang dibuat oleh Prancis.
Para peminum, pecinta, dan ahli wine sangat setuju dengan pengertian tersebut. Mereka mengatakan bahwa anggur/wine, adalah benda hidup(?), bukan hanya untuk diminum, tetapi untuk dinikmati. Raja Edward VII dari Inggris Raya pernah berkata: "Seseorang tidak hanya meminum wine, tetapi menghirup, melihat, merasakan, meneguk, dan membicarakan wine tersebut."
Wine adalah produk bumi - Le Terroir, kata orang Prancis -, dan matahari, tetapi anggur/wine juga merupakan sebuah karya seni karena dibuat oleh manusia, dan sering digunakan sebagai tolak ukur kepandaian. Tiap tahunnya, 5 hingga 6 milyar galon wine dibuat diseluruh dunia (sekitar 2 galon untuk tiap penduduk dunia), dan masih banyak yang dibuat dengan cara lama. Tetapi Wine/anggur terbaik adalah bagian dari kepandaian teknis dan "budaya anggur" atau vitikultur yang berkembang. Sebelumnya, tidak pernah ada begitu banyak anggur terbaik di dunia. Sekarang, adalah jaman keemasannya.
===============================
Buah anggur yang ideal untuk digunakan sebagai bahan baku wine adalah yang mudah dihancurkan, memiliki kandungan gula sebesar 20 persen atau lebih, keasaman yang cukup, cukup zat warna jika yang diinginkan untuk dibuat adalah red wine, dan citarasa yang dapat dibedakan. Sebagai tambahan, petani menginginkan pohon anggur yang memiliki hasil yang baik secara terus menerus, tahan terhadap cuaca dingin, serangga, dan penyakit2 yang diakibatkan oleh jamur, dan tidak terlalu sulit untuk dibudidayakan dan dipanen.

Dengan terus mencoba selama berabad2, atau beberapa dekade belakangan dengan percobaan yang terkendali, pengembangan varietas terbaik buah anggur untuk wine dan adaptasi mereka terhadap wilayah2 dengan iklim yang berbeda2 telah selesai sebagian. Karenanya, sebagai contoh, di wilayah yang relatif lebih dingin di Eropa, varietas yang tumbuh dengan cepat dibudidayakan untuk memastikan pendewasaan/pematangan buah anggur yang cukup.
White Riesling, Sylvanner, dan Gewurztraminer dibudidayakan di Jerman dan Alsace. Pinot Noir dan Chardonnay dibudidayakan di Burgundy dan Champagne. Sementara Chenin clanc dikembangkan di sepanjang Loire. Semillon, Sauvignon blanc, Cabernet Sauvignon, Malbee, Merlot, dan jenis lainnya ditanam di Bordeaux. Aramon, Carignane, Clairette blanche, dan jenis lainnya dikembangkan di wilayah selatan Prancis. Barbera, Grignolino, Freisa, dan Nebbiola ditanam di wilayah Piedmont di Italia. Sangioveto, Colorino, Trebbiano, dan Malvasia dibudidayakan di Tuscany. Grenache dan Tempranilla dikembangkan di wilayah Rioja di Spanyol. Varietas buah anggur di California (semua jenis V. vinifera) yang disukai untuk menghasilkan table wine adalah semua yang disebutkan di atas untuk Jerman dan Prancis (kecuali yang berasal dari selatan). Sebagai tambahan, varietas hibrid baru Vitis vinifera seperti Ruby Cabernet dan Emerald Riesling telah berhasil dikembangkan dan sedang dibudidayakan di California.
Daftar varietas tersebut direkomendasikan untuk table wine. Table wine memiliki kandungan alkohol sebesar 9 hingga 14 persen dan biasanya kering, umumnya hanya mengandung 1 atau 2 persen gula yang tidak difermentasikan. Produksi dessert wine memerlukan varietas yang memiliki lebih banyak kandungan gula ketika matang (setidaknya 23%) sebagai tambahan terhadap faktor citarasa, keasaman, dan warna. Dessert dan appetizer wine memiliki 18 hingga 21 persen alkohol dan dapat mengandung hingga 20 persen gula yang tidak difermentasikan. Alkohol harus ditambahkan untuk menghasilkan kadar alkohol yang tinggi pada kandungan residu gula yang demikian banyak.
Varietas bercitarasa Muscat merupakan pilihan khusus untuk dessert wine, khususnya Muscat blanc dan Muscat of Alexandria. Untuk sherry, Palomino digunakan di Spanyol. Di Portugal, untuk menghasilkan port wine, sejumlah varietas digunakan, termasuk Souzao, Alvarelhao, Touriga, Trousseau, dan 20 atau lebih varietas lainnya. Tinta Madeira telah lama menjadi pilihan untuk red wine manis dari jenis port wine di California.
Table Grapes
Diantara varietas buah anggur table yang dibudidayakan di Amerika Serikat, terutama di California, adalah Almeria (Ohanez), Calmeria, Cardinal, Emperor, Italia, Muscat of Alexandria, Ribier (Alphonse Lavalee), Thompson Seedless (Sultanina), Tokay, dan varietas V. vinifera lainnya. Beberapa varietas buah anggur table digunakan untuk pembuatan wine, meskipun mereka bukanlah buah anggur yang biasa digunakan untuk membuat wine. Sebagai contoh, Chasselase dore digunakan untuk membuat anggur di Swiss karena jenis ini matang dengan cepat. Dengan menggunakan pembekuan dan penggunaan sulfur dioksida yang tepat, buah anggur table dapat disimpan hingga 6 bulan.
Jus/Sari buah anggur
Jus anggur di Amerika Serikat hampir dihasilkan secara eksklusif dari buah anggur Concord. Di Eropa, hibrid2 Vitis vinifera dan Vitis labrusca dan buah anggur untuk wine sering digunakan untuk membuat jus. Untuk white juice, buah anggur dihancurkan dan jus-nya dipisahkan dengan pengolahan. Kemudian distabilkan, dijernihkan, dan dikemas dalam keadaan hangat. Sedikit sulfur dioksida biasa digunakan. Untuk red juice, buah anggur yang telah dihancurkan kemudian dipanaskan dan kemudian di-press, distabilkan, dijernihkan, dan dikemas. Beberapa konsentrat anggur (yang dihasilkan dalam ruang hampa) di produksi untuk penjualan secara komersial untuk dicairkan oleh konsumen.
Jeli dan Kalengan
Jeli anggur biasa dibuat dari jus anggur, baik secara komersial ataupun rumahan. Untuk jeli anggur, Concord adalah varietas yang menjadi favorit. Untuk anggur kalengan, Thompson Seedless dan Seedless Canner digunakan di Amerika Serikat. Muscat of Alexandria biasa dikalengkan di Jepang
Raisin/kismis
Kismis telah dihasilkan selama berabad2 dengan mengeringkan varietas buah anggur yang tepat. Kismis memiliki kandungan gula yang tinggi (66%-72%), citarasa berkarakter, dan mudah disimpan. Di Australia, California, dan Turki, pada umumnya kismis dibuat dari Thompson Seedless, tetapi terkadang Muscat of Alexandria juga dikeringkan. Di Yunani, digunakan buah anggur kecil tanpa biji, Black Corinth.
Berbicara tentang Amerika... ternyata Amerika Utara merupakan pusat buah anggur liar paling subur di dunia, dengan memiliki lebih dari 50% spesies yang diketahui. Di Pegunungan Appalachian, mulai dari New England hingga ke Georgia, Vitis labrusca (buah anggur rubah) merupakan jenis lokal. V. rotundifola (disebut dengan muscadine, banteng, atau buah anggur rubah dari selatan) adalah spesies yang paling umum di negara2 bagian Atlantik Selatan. Banyak varietas dari kedua spesies ini yang didomestifikasikan dan dibudidayakan di taman2 di rumah.
Spesies dengan sedikit varietas yang didomestifikasikan biasa digunakan untuk tanaman gantung atau untuk taman dan tanaman rumah. Termasuk di dalamnya, V. candicans (“buah anggur mustang dari Oklahome, Texas, dan ke Meksiko”), V. aestavalis (“buah anggur musim dingin dari New York, ke sungai Mississippi dan Missouri”, dimana jenis ini juga disebut dengan “buah anggur musim panas”), V. lincecumi (“buah anggur kalkun” atau “post-oak”, terutama di Texas, Oklahoma, dan Arkansas), V. berlandieri (“buah anggur gunung yang mungil dari Texas dan Meksiko”), V. monticola (“buah anggur gunung yang manis dari Texas”), V. cordifolia (“buah anggur beku” atau “buah anggur musim dingin yang asam dari Great Lakes hingga ke Florida”), V. cinerea (“buah anggur musim dingin yang manis” atau “buah anggur abu dari Illinois hingga ke Texas”), V. champini (“buah anggur tanah bata” atau “buah anggur punggung anjing dari Texas”), V. doaniana (“buah anggur besar Texas Panhandle”, juga di New Mexico), V. longii (“si penyendiri”, “semak”, atau “buah anggur jurang dari Texas hingga ke Colorado”), V. rupestris (“pasir”, “semak”, “gula”, atau “buah anggur batu dari utara Rio Grande hingga ke Pennsylvania”), V. riparia (“buah anggur pinggir sungai dari Utah dan Texas hingga ke Quebec”), dan V. girdiana dan V. californica (dari California dan wilayah di sekitarnya).
===========================================
Sejarah
Tipe2 buah anggur yang ditemukan sekarang adalah keturunan dari spesies asli di Pegunungan Armenia, di selatan Caucasus yang lebih tua. Data arkeologi mengindikasikan bahwa vitikultur (kebudayaan yang berkaitan dengan buah anggur atau pun wine) bermula dari sana dan masuk ke Mesopotamia dan Mesir 3000 tahun sebelum Masehi. Karenanya, kebiasaan untuk meminum anggur setidaknya telah berusia 5000 tahun, dan dengan vitikultur, kebiasaan ini menyebar dari wilayah Timur Dekat kuno ke Eropa dan wilayah Timur Jauh.
Lembah2 sungai Mesopotamia tidak cocok untuk vitikultur, produksi wine, dan buah anggur kering pada saat itu. Wine, meskipun menjadi minuman favorit bagi para orang kaya, selalu menjadi komoditas impor yang mahal dari dataran tinggi, yang jarang dikuasai oleh raja2 atau kota2 dari Sumeria, Assyria, dan Babylonia. Minuman populer untuk negara2 ini adalah bir. Wine juga didapatkan dari Helbon, wilayah di dekat Damascus yang wine-nya disebutkan dalam ramalan Ezekiel (Ezekiel 27:18).
1. Mesir
Pada jaman Mesir kuno, wine bahkan lebih populer. Vitikultur telah diperkenalkan di jaman pra-dinasti dan bahkan dapat ditemukan di makam2 Dinasti ke-1 (sekitar 3000 tahun sebelum Masehi), jenazah dibaringkan di sebuah lapisan buah anggur untuk menemani orang mati dalam perjalanannya. Perkebunan anggur mulai menyebar ke selatan dari delta Sungai Nil. dan suburban dari ibukota, Memphis; dan juga ke oasis di gurun bagian selatan seperti di Faiyum. Buah anggur yang berasal dari taman2 dan kebun2 di press dengan dihancurkan dan difermentasikan di cellar. Inspektur pajak memeriksa kualitas wine dan keterangan yang tertulis di guci tanah liat memberikan detil wine yang bermutu tinggi, seperti nama perkebunannya, tanggal pemanenan dan pressing, nama pembuat wine, dan merek.
Di suatu periode, saat nilai dan kualitas dari suatu merek wine telah diketahui, orang2 Mesir berusaha untuk meningkatkannya dengan mengimport wine buah anggur yang baru yang berasal dari Palestina dan Siria. Meskipun demikian, para penulis klasik tidak pernah banyak berpikir mengenai wine2 Mesir. Di Siria dan Palestina, vitikultur menempati tempat kedua setelah pembudidayaan zaitun dan buah ara, dan wine2 yang dihasilkannya lebih baik. Di semua negara ini, wine selalu diencerkan dengan air, suatu kebiasaan lama di wilayah Mediterania, dimana air murni yang dikemas dalam pot/guci merupakan hal yang tidak umum.
2. Yunani
Wine dikenal di wilayah Laut Aegean jauh sebelum kejatuhan Troya (sekitar 1184 sebelum Masehi). Naluri keingintahuan orang Yunani telah membuat mereka untuk mempraktekkan penemuan di bidang botani terbaik mereka ke vitikultur. Salah satu murid Aristoteles, Theophrastus (meninggal sekitar 287 sebelum Masehi), memberi suatu instruksi yang sempurna bagi para penanam buah anggur, dan pada jamannya banyak wilayah di Yunani yang men-spesialisasikan dalam produksi wine ekspor untuk di tukar di Laut Hitam atau Mediterania Barat dengan bahan makanan dan barang2 lainnya. Dengan guci2 wine, muncullah kebiasaan minum (wine) dan semua kapal2 diperlukan untuk membawa, menyimpan, mencampur, dan meminum wine2, yang mempengaruhi budaya dan seni Celtic dengan kuat.
Orang2 Yunani juga telah menemukan mesin press tongkat, yaitu suatu cara lebih baik untuk memproduksi jus anggur daripada menginjak2 buah anggur, dan mereka melapisi pori2 di amphora wine dengan resin, yang memberi citarasa khusus pada wine mereka yang masih sesuai dengan retzinato Yunani modern. Mereka juga memperkenalkan metode untuk melawan keasaman wine dan ramuan2 tidak masuk akal dengan mencampur atau mengambil ekstrak tumbuh2an atau buah2an dengan wine. Wine juga berperan dalam pembuatan saus, krim, dan kosmetik, juga sebagai pelarut umum. Orang Yunani dan Romawi tidak pernah meminum wine murni. Di simposium/pertemuan mereka, pemimpin upacara menyebutkan persentase air yang harus ditambahkan.
Satu sisi ekonomi dari tanah Yunani, yang ditemukan pada ekspor wine yang berkualitas tinggi di koloni2 jauh Yunani, menunjukkan kelemahannya ketika wilayah2 seperti wilayah selatan Russia dan Galia mulai membuat wine mereka dan bersaing dengan wine dari Yunani, memaksa tanah Yunani untuk memperbaiki kualitas wine mereka atau kalah bersaing, seperti yang terjadi ketika dominasi Romawi dimulai pada tahun 146 sebelum Masehi.
3. Romawi
Orang2 Romawi juga merupakan pecinta wine. Vitikultur selalu menjadi kegiatan rutin dari estate/vila mereka. Disini, sekali lagi, tanah air Romawi menderita akibat spesialisasi vitikultur yang menyebabkan terjadinya impor sereal. Monte Testaccio setinggi 150 kaki di Roma, terdiri dari guci2 wine yang pecah, membuktikan jumlah wine murah yang diimpor dari Spanyol untuk kaum plebeians. Aturan yang tidak mengikat, seperti aturan Kaisar Domitian pada tahun 92 Masehi untuk mengurangi perkebunan buah anggur di Spanyol dan Galia, tidak dapat mencegah penurunan vitikultur Italia. Di abad2 awal dari era Kristen, wilayah Bordeaux dan Rhone serta Lembah Moselle menjadi pusat vitikultur. Tumbuhan anggur bahkan muncul di vila2 Romawi di wilayah selatan Inggris. Orang Romawi banyak memperkenalkan banyak perkembangan, seperti screw press dan tutup botol yang baru (sehingga wine2 yang dihasilkan dapat bertahan lebih lama daripada tutup botol jerami atau tanah liat), dan dari suku Celtic di wilayah timur Alpine, mereka mengadaptasi kontainer kayu khusus untuk menyimpan dan membawa wine.
4. Jaman Pertengahan dan Awal Eropa Modern
Kejatuhan Kekaisaran Romawi dan masuknya Jerman dan suku2 Asiatik, pasukan Muslim, dan bangsa viking Normandia menyebabkan anggur hilang dari Inggirs, wilayah Utara Prancis, Swabia, dan wilayah Timur Bavaria. Vitikultur jaman Pertengahan merupakan penemuan kembali yang lambat dari teknik2 klasik, yang dibantu oleh ke-Kristenan (karena setiap kommuni wajib memproduksi wine yang dibutuhkan oleh ritual Gereja) dan dengan fakta bahwa Romanisasi bangsa Celtic yang menyukai bir telah mengubah Spanyol, Prancis, dan beberapa bagian Jerman menjadi daerah2 peminum wine. Sementara itu di wilayah Timur Tengah kehilangan vitikulturnya karena munculnya Islam, meskipun beberapa negara, seperti bangsa Persia masih membudidayakan buah anggur dan menulis beberapa versi puisi tentang wine.
Di bagian Barat, pengiriman wine2 Bordeaux masih berjumlah sedikit pada abad ke-5 hingga ke-9, tetapi ketika Henry Platagenet, yang kemudian menjadi Raja Henry II dari Inggris, menikahi Eleanor of Aquitane (1152), sejumlah besar claret Gascon dikirimkan tiap tahunnya ke pelabuhan2 Inggris. Ketika Raja Edward III (1327-1377) mengurangi peredaran mata uang Inggris, sebagian ekspor wine Bordeaux diambilalih oleh pedagang2 Belanda dan Flemish, yang memperdagangkan garam dan wine dengan kayu dan gandum dengan negara2 di sekitar Baltic. Pada abad ke-14, perdagangan clarets di Eropa bagian barat telah menurun karena adanya sweet wine dari Portugal, Spanyol, dan kawasan Mediterania. Saat itu vitikultur telah dikembalikan lagi di kawasan sepanjang Rhine dan di Swabia, Franconia, dan Thuringia, bahkan menyeberangi Elbe hingga ke distrik Oder. Orang2 Rheni dan para pedagang mulai bersaing dengan claret.
Buku mengenai vitikultur mulai muncul pada abad ke-13, ketika Arnaud de Villeneuve (1235-1312) dan Pietro Crescenzi (1230-1310) menulis buku2 merek, yang juga berurusan dengan "wine untuk keperluan medis" dan obat2an tidak masuk akal lainnya dimana wine berfungsi sebagai salah satu pelarut. Selama Jaman Pertengahan, wine seperti hippocras sering diminum layaknya table wine biasa. Rentetan epidemi yang disebut dengan Black Death (1348-1350) memperkenalkan alkohol pekat yang didistilisasikan sebagai pelarut dalam banyak obat2an. Setelah epidemi berakhir, citarasa spiritus dan liqueur yang aslinya ditujukan untuk mengobati pes dan penyakit lainnya tetap ada dan malah mengurangi konsumsi wine.
Abad ke-16 menjadi saksi munculnya "canary sack", suatu tipe fortified wine dari jenis sherry yang dibuat di Azores dan Madeira dan dirayakan oleh Shakespeare dan Ben Jonson. Pada abad ke-17 mulai diperkenalkan sparkling champagne wine. Teknik pembuatannya ditemukan pada tahun 1668 dan disempurnakan oleh Dom Pierre Perignon yang pada tahun 1670 menjadi "cellarer of the Benedictine abbey of Hautvillers". Abad ke-17 juga memperkenalkan port wine. Perjanjian Methuen tahun 1703 antara Inggris dan Portugal, yang mengurangi pajak Inggris terhadap wine portugal menjadi di bawah sepertiga wine Prancis, merupakan sebuah stimulus besar terhadap konsumsi port wine di Inggris dan bagian Baratlaut Eropa. Ekspor wine Prancis menurun dan tidak dapat pulih hingga pertengahan abad ke-19.
5. Jaman Modern
Pada abad ke-19, vitikultur telah berkembang di Afrika Utara dan di Cape Colony (Afrika Selatan), yang mulai mengekspor "Constantia Wine" dari perkebunan di Groot Constantia di selatan Cape Town pada tahun 1800. Wine Australia mulai diekspor pada tahun 1850. Pembudidayaan anggur diperkenalkan ke Argentina, Brazil, Peru, dan Chili, tetapi sebagian besar produksinya hanya untuk konsumsi rumahan. Vitikultur juga berkembang di California dan pada tahun 1840, mulai berkembang di Ontario. Vitikultur Spanyol meningkat dengan cepat pada setelah tahun 1840 dan wine Burgundy mulai dapat diterima secara luas pada tahun 1850. Perdagangan wine dipengaruhi oleh pajak terhadap kadar alkohol daripada volumenya, dan dengan sistem lisensi, seperti yang diperkenalkan di Inggris Raya oleh William E. Gladstone sekitar 1860, yang juga menjatuhkan pajak yang tinggi terhadap kadar alkohol, dan akibatnya membawa kembali kepopuleran bir dan wine import dari Prancis. Penghargaan modern terhadap wine berkualitas tinggi dan kebiasaan mengkombinasikan beberapa jenis wine dengan hidangan2 khusus berkembang di jaman Victoria.
============================
Sejarah wine di Amerika Serikat dimulai ketika Leif Ericson tiba di tanah Amerika 500 tahun sebelum Columbus dikenal dengan penemuannya (Amerika). Ericson menyebut tanah Amerika ini sebagai Vineland the Good karena dia menemukan begitu banyaknya pohon anggur yang melimpah di sana. Buah anggur merupakan makanan pokok bagi orang2 Indian, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan suku2 Indian mengumpulkan buah anggur tersebut atau membuat wine. Kapt. John Smith dan kolonis2 awal lainnya membuat sejumlah kecil wine dari buah anggur liar, tetapi produknya begitu sedikit dan tidak enak.
1. Wilayah Timur
Dari abad ke-17 hingga ke-19, sudah banyak usaha yang dilakukan untuk mengenalkan buah anggur Eropa, V. vinifera, ke Amerika Serikat bagian timur. Para pembudidaya buah anggur, pembuat wine, dan pohon2 anggur dari Italia, Prancis, dan Jerman dibawa ke berbagai koloni untuk mengembangkan sebuah industri wine Amerika dengan buah anggur Eropa, tetapi tak satupun usaha tersebut berhasil dan beberapa diantaranya menjadi kegagalan yang spektakuler. Koloni Amerika mendapatkan sebagian besar wine dari Eropa - dimana Madeira merupakan wine yang paling terkenal. Kegagalan V. vinifera untuk berkembang di wilayah timur Amerika Serikat dikarenakan oleh kondisi iklim yang tidak bersahabat.
Di akhir abad ke-18, perhatian ini dialihkan ke domestifikasi spesies lokal yang ternyata cukup banyak: V. riparia, V. labrusca, V. rotundifolia, dan lainnya. Buah anggur lokal yang pertama didomestifikasikan adalah V. labrusca, yang ditanam selama masa Revolusi Amerika oleh John Alexander. Di tahun 1801 buah anggur Alexander berkembang dengan pesat di Indiana, memulai sebuah industri wine yang subur untuk waktu yang lama.
Pembudidayaan buah anggur yang sukses secara komersial untuk pertama kalinya di Amerika Serikat dilakukan di York, Pennsylvania, oleh Thomas Eichelberger pada tahun 1818. Di tahun yang sama, seorang pembantu gereja, Elijah Fay, memulai perkebunan anggur pertama di Chautatauqua Grape Belt di New York, tetapi sebelum tahun 1830, setelah dia mengganti buah anggur liarnya yang berasal dari New England dengan buah anggur lokal Isabella dan Catawba, akhirnya dia berhasil memproduksi 10 galon wine pertamanya.
Pengenalan Concord di tahun 1852 mengawali penyebarannya secara bertahap ke seluruh wilayah bagian timur Amerika Serikat, dan pada saat Perang Sipil terjadi, sejumlah varietas lokal yang menjanjikan telah ditanam secara luas. Varietas ini adalah Alexander, Catawba, Concord, Isabella, Clinton, Herbemont, Norton, dan Delaware. Wine yang dihasilkan dari buah anggur lokal ini memiliki citarasa seperti jeli anggur atau aneh yang dengan metode modern telah dapat dikurangi atau dihilangkan.
Champagne pertama di Amerika dibuat oleh Nicholas Longworth di Cincinnati pada tahun 1842. Meskipun wine dihasilkan oleh pabrik2 wine kecil di (wilayah) Timur sebelum 1850, industri wine besar2an berkembang setelah tahun tersebut, di distrik Chautauqua dan Finger Lake di New York, dan di Carolinas, Missouri, Virgina, Pennsylvania, Michigan, Indiana, Illinois, New Jersey, Arkansas, dan Ohio. Tahun 1876, wine Amerika memenangkan 2 gelar pada Pameran Prancis dan tahun 1900 wine2 Amerika memenangkan 3 lusin medali untuk kesempurnaannya.
Industri wine di wilayah timur yang paling penting sekarang adalah New York, dengan fasilitas2 produksi kecil di Ohio, Michigan, dan tempat lainnya. Sementara jumlah pabrik wine di bagian timur Pegunungan Rocky berjumlah sedikit, sejumlah pabrik wine di daerah ini memiliki peralatan dan proses pengolahan yang sangat modern.
Karena wine2 di wilayah timur ini menggunakan varietas2 buah anggur lokal ataupun hibridnya, wine2 tersebut memiliki hubungan kekerabatan satu dengan lainnya dan memiliki aroma khusus, karnena adanya metil anthranilate. (Beberapa wine yang terbuat dari V. vinifera atau V. Rotundifolia tidak memiliki aroma ini). Wine biasa dan sparkling wine juga dihasilkan. Sejumlah besar vermouth juga diproduksi di wilayah timur Amerika Serikat, beberapa di antaranya dicampur dengan lebih banyak atau lebih sedikit wine California. (Wine yang diberi label "Amerika" bisanya memiliki campuran wine California di dalamnya).
2. California
Industri wine California mempunyai asal usul yang jauh berbeda dari daerah pesisir Atlantik. Para pendeta Spanyol di Meksiko menanam batang atau biji dari beberapa varietas V. vinifera dari Eropa di abad ke-16 atau 17, dan dari inilah muncul varietas Mission. Mission wine yang digunakan untuk tujuan sakramen diketahui dibuat di California setidaknya pada awal 1609. Pada tahun 1833, Jean Louis Vignes mengimpor V. vinifera dari Prancis. Tanaman ini dicoba dibudidayakan di iklim California yang hangat dan beberapa varietasnya berkembang di wilayah ini.
Setelah pendirian misionari pertama di California tahun 1769, varietas Mission ditanam lebih luas di sana, dan tetap tumbuh. Wine dibuat di beberapa misionari di California, juga di sedikit perkebunan anggur di bagian selatan California sebelum terjadinya Demam Emas pada tahun 1849. Wine ini biasanya dicampur dengan brandy karena iklim California selatan yang hangat menyebabkan rusaknya table wine yang berkadar asam rendah. Beberapa jenis brandy juga dihasilkan oleh varietas Mission dan varietas lainnya.
Setelah Demam Emas berakhir, industri wine berkembang sedemikian pesat sehingga para pembuat wine di San Fransisco mulai mengekspor wine mereka yang terbuat dari buah anggur Eropa ke Inggris, Jerman, Rusia, Cina, dan Australia. Ketika jalur kereta api transkontinen pertama selesai dibuat tahun 1869, wine2 California datang ke pasar wilayah barat-tengah dan timur-tengah, dan California menjadi negara bagian penghasil wine terbaik di Amerika.
Setelah 1850, perkebunan anggur dikembangkan di seluruh negara bagian dan sebagian besar industri wine California pindah secara bertahap ke bagian utara. Ukuran industri ini bertambah sedemikian besar hingga akhirnya dilarang. Pentingnya berbagai macam varietas yang berasal dari Eropa oleh Agoston Haratszthy di tahun 1862, hasil kerja atas berbagai macam varietas buah anggur oleh Eugene Woldemar Hilgard di University of California antara tahun 1880 dan 1892, dan pengembangan California Wine Association yang besar menjelang akhir abad ke-19 dapat disebut sebagai peristiwa2 penting dalam kurun waktu tersebut. Banyak merek wine California yang terkenal di pasar wilayah Timur pada saat pelarangan terjadi. Bahkan ada sedikit pangsa pasar ekspor ke Inggris Raya.
Ketika pelarangan mulai masuk ke negara bagian ini pada tahun 1880, industri wine mengalami pukulan telak yang mematikan. Kansas adalah negara bagian pertama yang menjadi "kering". Pada saat Perang Dunia I, 33 dari 48 negara bagian telah mengadopsi hukum pelarangan. Dengan diaturnya pelarangan secara nasional tahun 1920, pembuatan wine di Amerika telah mati, dan akan kembali muncul ketika hukum federal mencabut hukum pelarangan tersebut tahun 1933. Bagaimanapun, kebangkitan industri wine yang sesungguhnya terjadi setelah Perang Dunia II ketika konsumsi table wine mulai meningkat secara tetap di Amerika. Industri yang sudah berkembang di Eropa selama berabad2, tetapi hanya berumur beberapa dekade di Amerika.
Setelah pencabutan, lebih dari 700 pabrik pembuat wine komrsial didirikan di California, tetapi sebagian besar merupakan pabrik rumahan, dan akan hilang dengan cepat. Beberapa dari pabrik wine California ini merupakan pabrik wine paling modern dan paling efisien di dunia, sebagai contoh, baja tahan karat dan otomatisasi digunakan pada skala yang tidak dapat dibandingkan dimanapun. Distrik penghasil wine yang paling penting di California berada di bagian selatan California, di San Joaquin Valley, dan di lembah pesisir pantai Sonoma, Napa, Alameda, dan Santa Clara. Organisasi non-profit, Wine Institute, didirikan tahun 1935 dan telah aktif untuk menyeimbangkan industri ini.
Semua tipe wine dihasilkan, biasa dan sparkling, table dan dessert, dan yang bercitarasa lain. Karena hanya varietas V. vinifera saja yang digunakan, wine California mewakili citarasa wine Eropa daripada wine yang dibuat dari varietas lokal di wilayah timur Amerika Serikat. Table wine California yang baik sekarang diberi label dengan nama varietas yang digunakan untuk menghasilkan wine tersebut.
Beberapa dekade belakangan, konsumsi wine di Amerika Serikat telah berlipat2 ganda. Sembilan dari sepuluh botol wine yang terjual di Amerika adalah wine Amerika. Wine California yang dihasilkan dari Vinifera yang dibawa dari Prancis mewakili citarasa wine Eropa sedimikian dekat, meskipun wine tersebut asli Amerika. Varietas2 dari timur biasanya terdiri dari buah anggur lokal, khususnya Labrusca, Concord, dan Catawba. Perkembangan paling menarik dalam pembuatan wine secara modern adalah percobaan yang dilakukan dengan buah anggur hibrid Amerika-Prancis yang mampu mengubah industri wine di negara ini yang masih tergolong muda.
============================
Produksi
Sebagian besar wine/anggur adalah produk dari fermentasi alkoholik buah anggur. Beberapa wine/anggur, dibuat dari buah2an lainnya atau dari buah beri dan ditunjukkan oleh nama buahnya sendiri, misalnya peach wine dan black-berry wine.
1. Bahan Mentah
Komposisi buah anggur memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap komposisi dan kualitas dari wine/anggur yang difermentasikan. Varietas2 dari V.Vinifera biasanya memiliki 18 hingga 24% gula dalam temperatur normal. Hal ini cukup untuk menghasilkan wine dengan kandungan 10 hingga 13% alkohol (per volume) setelah fermentasi. Bagaimanapun, di area yang terletak lebih ke utara dari wilayah bersuhu normal (misalnya Burgundy di Prancis dan Rhine di Jerman), V. Vinifera tidak dapat matang secara normal bahkan tidak sampai mengandung 18% gula, dan untuk membuat wine yang baik perlu ditambahkan gula ke dalam jus anggur (suatu keharusan) sebelum fermentasi. Juga di bagian timur Amerika Serikat, varietas lokal dan hibrida biasanya tidak mengandung gula yang cukup untuk membuat wine, dan penambahan gula (dalam proses pembuatan wine) merupakan hal yang wajar. Di Eropa, dimana iklimnya bervariasi dari tahun ke tahun, gula tidak boleh ditambahkan dalam wine yang diproduksi di tahun2 yang bersuhu hangat, sementara di tahun2 bersuhu cukup dingin, gula yang cukup banyak harus ditambahkan. Intinya, wine yang diproduksi tanpa tambahan gula adalah wine berkualitas lebih baik. Karena alasan inilah, wine yang berasal dari Eropa bagian utara memiliki kualitas yang berbeda-beda tiap tahun. Hal lainnya adalah tingkat keasaman yang juga bervariasi, bergantung pada kondisi iklim, di tahun yang lebih dingin, lebih banyak keasaman yang didapatkan dari pada tahun yang lebih hangat. Karenanya, meskipun ada cukup gula untuk wine, variasi keasaman akan menyebabkan wine-wine di tahun2 yang cukup hangat berbeda dengan wine2 di tahun yang lebih dingin. Ada juga perbedaan kecil dalam aroma yang dihasilkan antara musim hangat dan musim dingin.
Para pengelola perkebunan anggur harus memperhatikan proses pematangan buah anggur secara seksama sehingga buah anggur yang dihasilkan dapat dipanen pada tingkat kematangan yang optimal - jika buah anggur tersebut dapat mencapai tingkat kematangan yang optimal dalam kondisi iklim dan wilayahnya. Untuk hal ini, sejumlah contoh kecil yang cukup mewakili hasil seluruh perkebunan diambil secara teratur selama periode pematangan. Pemilik perkebunan memperhatikan penambahan kadar gula dan penurunan keasaman yang terjadi selama pematangan secara hati-hati untuk mulai memanen pada saat keseimbangan kadar asam-gula yang terbaik. Di Eropa, terdapat kontrol kolektif untuk memastikan pemanenan buah anggur pada tingkat kematangan yang tepat.

Satu hal yang membatasi seberapa lama buah anggur dapat dibiarkan di pohonnya adalah adanya kemungkinan buah anggur untuk membusuk setelah turun hujan ketika kelembaban meningkat. Juga dalam beberapa kasus, daun pohon anggur dapat gugur dan akibatnya, tidak terjadi penambahan kadar gula di buah anggur. Ketika waktu yang tepat untuk pembuatan wine datang, buah anggur dipanen dengan memotong langsung dari pohonnya dengan pisau atau pemotong, kemudian ditempatkan dalam keranjang atau kotak dan pemanen harus langsung mengantarkan buah2 anggur tersebut ke tempat pengolahan/pembuatan anggur.
2. Fermentasi
Untuk memisahkan jus/sari buah anggur dari material lainnya, diperlukan proses pelumatan buah anggur. Hal ini dilakukan dengan alat pelumat. Buah anggur yang telah dilumatkan kemudian di pompa ke ruangan/tangki fermentasi, jika akan membuat wine/anggur merah, atau ke pemisah jus jika akan membuat wine/anggur putih. Biasanya, buah anggur putih digunakan untuk menghasilkan wine/anggur putih, tetapi kebanyakan buah anggur merah dapat digunakan untuk menghasilkan wine/anggur putih jika jus/sari anggur dapat langsung dipisahkan dengan kulit anggur secara cepat.

- Red Table Wine
Produksi anggur jenis red table wine ini melibatkan penempatan buah anggur dalam tangki fermentasi yang terbuka, menambahkan 75 ppm (part per million) sulfur dioksida, sejenis antiseptik yang cukup ringan, dan setelah antiseptiknya bekerja, kemudian ditambahkan sebagian kecil kultur yeast/jamur murni. Tujuan penambahan antiseptik tadi bertujuan untuk membunuh atau menghalangi yeast2 yang tidak mentoleransi kandungan alkohol, seperti spesies Kloeckera, spesies Pichia, dan spesies Hansenula. Tujuan penambahan kultur aktif yeast murni adalah untuk menyediakan inoculum yeast yang toleran terhadap alkohol. Yeast2 utama yang bertanggung jawab untuk fermentasi alkoholik adalah varietas dari Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoideus, yang sering disebut sebagai yeast wine/anggur sejati.
Selama proses fermentasi, kandungan gula dalam buah anggur dipecah menjadi alkohol dan karbondioksida. Panas dan beberapa hasil sampingan juga diproduksi dalam proses ini. Di beberapa wilayah, buah anggur yang dihasilkan benar2 berada dalam kondisi yang sangat baik dan mengandung mikroflora yang cukup dari yeast buah anggur tersebut sehingga tidak diperlukan adanya penambahan antiseptik atau kultur yeast lainnya. Bagaimanapun, perbedaan variasi yeast hanya memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap kualitas wine/anggur yang dihasilkan. Justru faktor utamanya adalah varietas buah anggur yang digunakanlah yang mempengaruhi kualitas wine yang dihasilkan. Fermentasi dimulai hampir bersamaan setelah yeast ditambahkan ke dalam jus/sari buah anggur.
Material pewarna dan rasa terdapat pada kulit buah anggur, dan ketika alkohol dihasilkan dari proses fermentasi gula, rasa dan warna wine/anggur diekstrak/diambil dari kulit buah anggur. Fermentasi kulit buah anggur berlangsung mulai dari tiga hari hingga dua minggu, bergantung pada seberapa banyak zat tannin yang diinginkan dari ekstrak kulit buah anggur. Wine2/anggur yang ditujukan untuk dapat bertahan lama biasanya difermentasikan lebih lama daripada wine yang ditujukan untuk dapat dikonsumsi (matang/masak) lebih cepat. Selama proses fermentasi, lapisan kulit anggur yang berada di atas jus anggur (biasa di sebut 'the cap') harus di tekan kembali ke dalam jus anggur yang sedang difermentasikan satu atau dua kali dalam sehari. Cara lainnya, jus dipompa dari dasar tangki, kemudian disemprotkan di atas 'cap'. Dalam cuaca yang cukup panas, panas yang ditimbulkan dari proses fermentasi dapat meningkatkan suhu tangki hingga cukup tinggi yang dapat menghalangi pertumbuhan yeast, dan karenanya, pendinginan diperlukan dalam kasus ini. Setelah jumlah tannin dan warna yang diinginkan telah diekstrak, material padat (kulit dan biji) dipisahkan dari jus yang baru separuh difermentasikan dengan sebuah alat pres. Ada dua jenis alat pres yang digunakan, yaitu basket-type dan continuous-screw-type. Alat yang memberikan hasil terbaik adalah basket-type.

- White Table Wine dan Roses
Dalam produksi white table wine, buah anggur yang telah dilumatkan segera dipisahkan dari kulitnya dengan sebuah pengekstrak jus, lalu menguras jus dalam sebuah tangki endapan dengan metode pres, atau kombinasi dari cara2 lainnya. Alat basket-press dan cylindrical-press hidrolis biasanya digunakan untuk proses ini, sementara continuous-press tidak sesuai untuk jus/sari buah anggur yang belum difermentasikan. Jus yang belum difermentasikan biasanya diendapkan dengan menempatkan jus dalam suatu tempat yang cukup dingin dengan sekitar 100 ppm sulfur dioksida untuk jangka waktu 12 hingga 24 jam. Proses pengendapan ini memungkinkan material padat (potongan kulit dan biji) yang lolos proses pressing untuk mengendap, dan cairan bening di bagian atas endapan ini yang akan diambil untuk digunakan dalam proses pembuatan anggur yang sebenarnya. Proses pengendapan akan menghasilkan wine yang berwarna lebih muda dan lebih cepat matang. Dalam kebanyakan kasus, jus ini, baik diendapkan atau belum, harus di-inokulasi dengan kultur yeast murni, biasanya digunakan sekitar 1 hingga 3 persen dari kultur yeast aktif yang sedang berfermentasi. White wine sebaiknya difermentasikan dengan suhu yang relatif rendah, sehingga akan memperoleh citarasa yang lebih baik, suhu yang disarankan berkisar 50 hingga 60 derajat F.
Dalam banyak kasus, biasanya semua gula difermentasikan dalam produksi white table wine. Bagaimanapun, dalam kasus lainnya, disisakan sedikit kandungan gula residu. Hal ini khususnya dilakukan di wilayah2 dimana buah anggur memiliki kandungan gula yang tinggi untuk melawan jamur Botrytis cinerea, sebagai contoh, wilayah Sauternes di Prancis. Untuk kasus ini, fermentasi harus dilakukan dalam temperatur yang rendah untuk mengendalikan kecepatan fermentasi. Ketika fermentasi telah mencapai kandungan gula yang diinginkan, wine diambil dari sedimen yeast dan didinginkan hingga suhu 50 F atau lebih rendah, dan sulfur dioksida ditambahkan untuk mengurangi tingkat fermentasi lebih lanjut. Proses penyaringan dapat dilakukan untuk memisahkan yeast dari wine dan menghentikan fermentasi. Akhir2 ini, fermentasi yang dilakukan dengan bantuan tekanan digunakan untuk mengendalikan kecepatan dan tingkat fermentasi.
Wine yang berada di antara white dan red table wine adalah pink atau rose. Wine jenis ini dihasilkan dengan memfermentasikan berbagai jenis varietas buah anggur dengan sedikit warna yang terkandung di kulit buahnya, seperti pada red wine, atau dengan menggunakan varietas buah anggur dengan warna normal dan kemudian memisahkan jus dari kulitnya dalam jangka waktu antara 12 hingga 36 jam setelah proses fermentasi di mulai.

- Fortified Wine
Tipe lainnya dari wine/anggur yang populer di Amerika Serikat pada khususnya, adalah fortified wine. Wine jenis ini mendapat tambahan alkohol pada saat atau setelah fermentasi. Sumber alkohol yang digunakan berasal dari senyawa spiritus yang didapatkan dari proses distilasi wine. Tujuan dari penambahan alkohol ini adalah untuk menghentikan proses fermentasi. Baik pada saat fermentasi atau setelah fermentasi, kandungan alkohol akan ditingkatkan hingga 18 sampai 20 persen. Tipe wine seperti port atau muscated dihasilkan dengan proses fortifying selama proses fermentasi, akan mengandung 10 hingga 15 persen gula. Wine fortified kering seperti dry sherry dan dry madeira diproduksi dengan menambahkan alkohol setelah fermentasi.

- Vermouth
Tipe dessert wine yang lain adalah Vermouth. Saat ini, ada dua tipe Vermouth yang dihasilkan: dry Vermouth (tipe Prancis), yang menggunakan white wine berbasis dry-fortified, dan sweet Vermouth (tipe Italia), yang menggunakan white wine berbasis sweet-fortified dimana sirup caramel ditambahkan untuk memberi warna. Terkadang gula ditambahkan sebagai pemanis. Dalam kedua kasus ini, campuran atau ekstrak tumbuh2an/herbal ditambahkan ke dalam wine untuk mendapatkan karakter herbal yang diinginkan. Lebih dari 60 tumbuhan/herbal yang telah digunakan untuk menghasilkan Vermouth, diantaranya akar Angelica, biji Anise, Kulit Jeruk Bitter, kulit pohon Cichona, Clove/Semanggi, biji Coriander, akar Gentian, kayu Quassia, kayu worm Roman dan worm biasa, serta biji vanilla.
- Sparkling Wine
Sparkling wine memiliki jumlah karbondioksida yang cukup banyak. Tipe2 yang paling populer adalah champagne dan sparkling wine putih lainnya, meskipun beberapa jenis sparkling wine pink dan merah juga dihasilkan. Bahan dasar untuk memproduksi sparkling wine adalah wine merah, pink, atau putih dengan aroma buah yang kuat dengan 11 hingga 12 persen kandungan alkohol. Kemudian gula dan yeast ditambahkan dengan jumlah yang telah ditentukan dengan hati2 ke dalam bahan dasar ini (yang disebut dengan Cuvee). Campuran ini diletakkan dalam sebuah kontainer/tempat tertutup untuk fermentasi tahap kedua yang akan menghasilkan alkohol dan karbondioksida. Karena wine berada di tempat tertutup, maka diperlukan tekanan gas karbondioksida.
Ada dua tipe kontainer yang biasa digunakan. Metode tradisional adalah dengan memfermentasikan di dalam botol. Untuk hal ini harus digunakan botol khusus yang tidak akan pecah dalam tekanan yang tinggi, tutup botol juga diberi besi klam penahan. Setelah fermentasi selesai, botol2 wine akan memiliki tekanan sekitar 6 atm. Untuk mendapatkan kualitas terbaik, wine difermentasikan selama 1 hingga 3 tahun. Ketika wine siap dijual, endapan yeast harus disingkirkan dari botol dengan penurunan tekanan yang minimal. Hal ini dilakukan dengan membalik botol dan membiarkan sedimen/endapan yeast untuk mengendap di mulut botol. Tekanan di dalam botol kemudian dikurangi sebanyak mungkin dengan mendinginkan botol hingga 25 F, dan membekukan mulut botol. Endapan yeast dikeluarkan dengan membuka botol secara hati2 dan membiarkan endapan beku yeast dan sedikit wine untuk keluar. Wine dan larutan brandy+gula kemudian ditambahkan untuk memenuhi botol, dan tutup botol yang baru kemudian dipasang. Sparkling wine yang difermentasikan di dalam botol terkadang ditampung dalam tangki dan wine disaring ke dalam botol.
Cara yang lain dan lebih modern adalah memfermentasikan wine di dalam tangki tertutup yang biasanya memiliki kapasitas berkisar antara 500 hingga 1000 galon dan terbuat dari baja tahan karat. Setelah fermentasi selesai, larutan gula+brandy ditambahkan dan keseluruhan campuran dilewatkan ke sebuah filter kemudian dimasukkan ke dalam botol. Hal ini lebih murah dari cara pertama, tetapi karena wine tidak berada dalam endapan yeast lebih lama, maka kualitasnya tidak lebih baik dari cara jebot yang pertama.

3. Racking
Setelah fermentasi, wine menjadi keruh karena material sisa, terutama yeast dan akibat jumlah karbondioksida yang banyak. Kebanyakan yeast biasanya dengan cepat hilang secara normal ketika wine disimpan. Wine yang bening kemudian dipisahkan dari endapan (proses ini biasanya disebut dengan racking) dan diletakkan di tempat/kontainer yang baru. Selama proses racking, sejumlah besar karbondioksida akan hilang. Proses penjernihan berjalan sangat cepat selama periode setelah penyelesaian fermentasi, terutama jika tempat yang digunakan cukup kecil. Wine yang baru dihasilkan biasanya sangat rentan terhadap oksidasi, dan untuk mencegah terjadinya kontak dengan udara, wine harus ditempatkan dalam suatu kontainer tertutup. Karena suhu turun secara bertahap setelah fermentasi, suatu ruang udara akan timbul karena kontraksi cairan dalam kontainer. Karenanya, diperlukan proses topping, yaitu mengisi kontainer hingga penuh secara teratur, biasanya sekitar satu minggu sekali untuk bulan2 pertama. Hal ini lebih penting untuk table wine, terutama white wine daripada untuk fortified wine.
4. Penyaringan dan Pemurnian
Sementara racking menjadi metode utama proses penjernihan, hal yang lain perlu dilakukan untuk membuat wine memiliki kondisi yang brilian yang diperlukan untuk pengemasan ke dalam botol. Sekarang, penyaringan adalah prosedur yang paling umum digunakan untuk tujuan ini. Saringan pelindung biasanya digunakan, pelindung ini dibuat oleh serat asbes, dalam berbagai tingkat porositas. Penyaringan dapat diselesaikan secara kasar untuk menyingkirkan sejumlah besar material yang tersisa, atau dilakukan secara ketat untuk menyingkirkan partikel yang lebih kecil. Pelindung asbestos mampu menyingkirkan mikroorganisme yang ada dan dalam beberapa kasus, khususnya di Jerman, dimana biasanya wine yang diinginkan adalah yang sedikit manis dengan kadar alkohol rendah, penyaringan anti-kuman biasanya dilakukan sebelum pengemasan ke dalam botol sehingga tidak tersisa satu pun sel yeast di dalam wine.
Sebuah proses yang sangat kuno untuk penjernihan adalah penambahan material organik ataupun non-organik dimana ketika material ini mengendap di kontainer, baik secara fisik ataupun oleh penyerapan, cenderung menyingkirkan material endapan/sisa. Proses ini disebut dengan pemurnian. Zat yang biasa digunakan untuk pemurnian saat ini adalah gelatin, isinglass, dan bentonite. Bentonite adalah material seperti tanah liat dengan karakteristik penyerapan yang luar biasa kuat dan biasanya digunakan untuk penjernihan wine di Amerika Serikat. Metode lainnya adalah sentrifugasi. Metode ini biasanya digunakan untuk jus anggur di Jerman, tetapi jarang digunakan oleh pabrik wine di Amerika Serikat.

5. Proses Lainnya
Wine yang baru dihasilkan juga memiliki zat terlarut, yaitu tartrat asam potasium ('krim' tartar). Karena garam ini lebih sulit larut pada suhu yang rendah, salah satu metode untuk mengurangi kandungannya yang berlebihan adalah dengan menurunkan temperatur. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa penyimpanan di tempat yang dingin disarankan untuk wine. Bagaimanapun, jika pabrik wine terletak di wilayah yang hangat dan wine yang disimpan di kontainer yang sangat besar, temperatur tidak akan dapat diturunkan untuk membuang jumlah krim tartar yang diinginkan. Dalam kasus ini, diperlukan pembekuan wine untuk membuang krim tartar ini. Proses alternatif lainnya adalah melewatkan wine dalam penukar kation dimana potasium akan ditukar dengan sodium. Hal ini tidaklah terlalu diperlukan untuk keseluruhan wine, hanya secukupnya saja untuk mengurangi kandungan potasium dalam campuran sehingga tartrat asam potasium tidak akan muncul. Tartrat sodium potasium sangat mudah larut.
Pasteurisasi pertama kali ditemukan oleh Louis Pasteur untuk membunuh bakteri berbahaya di wine. Bagaimanapun, dengan penggunaan sulfur dioksida dan kultur yeast murni, sangatlah jarang untuk menemukan bakteri yang berkembang di dalam wine untuk menyebabkan kerusakan wine. Karenanya, pasteurisasi jarang dilakukan di pabrik wine untuk membunuh bakteri. Pemanasan secara cepat dengan suhu tinggi biasanya dilakukan untuk me-non-aktifkan beberapa enzim oksidasi yang akan menyebabkan perubahan warna wine menjadi coklat. Pemanasan jangka panjang digunakan di Madeira dan California untuk produksi wine dari jenis Madeira dan California Sherry. Wine jenis ini biasanya dipanaskan selama 3 hingga 4 bulan pada suhu 120 hingga 140 F. Timbulnya sedikit karamel dan oksidasi yang terjadi selama proses ini akan memberikan karakter yang unik pada wine ini.
6. Aging/Pendewasaan
White table wine disimpan di dalam tong kayu dalam waktu yang sangat pendek, sekitar 6 hingga 12 bulan sebelum berwarna cukup cerah dan dikemas. Nyatanya, dry white table wine mendapatkan citarasa buah yang lebih baik dengan dikemas dalam botol pada saat masih berusia sangat muda. Table wine yang manis dapat memerlukan periode pendewasaan yang lebih lama sebelum benar2 stabil untuk dikemas. Red table wine, benar2 memerlukan waku pendewasaan yang lebih lama lagi untuk menghilangkan jumlah tannin yang cukup dan memperoleh tingkat oksidasi yang diinginkan, biasanya pendewasaan red table wine memerlukan waktu 2 hingga 4 tahun. Dessert wine, atas alasan ekonomi, biasanya disimpan di dalam tong kayu dalam periode yang sangat pendek. Bagaimanapun, wine jenis ini seharusnya di simpan lebih lama untuk mendapatkan kualitas yang terbaik.
Tetapi tidak semua wine dapat meningkatkan kualitasnya apabila telah dibotolkan. Hal itu tergantung dari jenis anggur yang digunakan sebagai bahan dasar atau baku. White wine biasanya mencapai kualitas maksimum antara 6 bulan hingga 2 tahun setelah dibotolkan. Red wine, biasanya yang memiliki tannin yang tinggi, dapat terus meningkatkan kualitasnya dalam jangka 10 hingga 15 tahun setelah dibotolkan.
