Sori, bro ... pingin juga seehh. Tapi ya gitu lah, sulit banget buat bolosnya.Berux_bogor wrote:Thanks bro stamen for applause nya knp gak ikutan ke TVS???
Tapi review dari bro2 bertiga cukup menjawab penasaran gua.
Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit
wakakakka.. waktu nyoba Apache? gw cuma ga mo pake motor orang trus jatoh beset Bro :-P.. soalnya gw belum dapet PW yang cocok di Apache, mungkin klo udah bawa 2-3x berasa deh, atw minimal udah nyobain ke jalan raya yang bisa geber gas... (coba kemaren dukung gw pas ane bilang mo ane bawa ke jalan raya.. he3x..)sebenernya itu bukan turun2 tapi kaki gw nyari2 footstep apache yang 'ke depan bgt', giliran dapet masih kurang pas dengan tuas rem dan perseneling (ga sekalian aja bikin footstep di shock depan he3x.. biar kayak jalu sepeda bmx he3x...) soalnya gw ga biasa naek motor yang jarak footstep ama tanah terlalu dekat (kayak bebek, mungkin bener kata Bro Yoyoyo posisi footstep apache kayak bebek) gw pun klo naek bebek kaki turun2 mulu) dan point terpenting gw ga biasa boncengin cowok (Pa Andy.. he3x..) biasanya boncengin cewek :-P <==huuu raja ngeleesss..bisa ajagauss wrote:@bro Berux : gw juga 'ngeri' ngeliat bro budz... keknya dia belum lancar banget bawa motor. Gw perhatiin dari belakang, kalo lagi belok dia selalu turunin 2 kaki-nya.....
tanyaken....apa ??
bro p4nd4: ttg PPN BM apakah ini artinya motor2 CBU seperti CBR yang di import bulat2 oleh IU dari Thai itu nggak dikenakan PPN Biaya Masuk?p4nd4 wrote:
tapi gw asumsi ga mungkin kalo pajak kita lebih tinggi 20% dari harga produk....kenapa ? karena harga di India bukankah juga sudah termasuk pajak disana ? dan harap diingat kalau untuk produk kendaraan motor beroda dua 250cc ke bawah tidak dikenakan PPN BM....
untuk berat kosong gw liat di situsnya TVS Bro, tapi ga berat2 amat kok, dimensinya juga kecil (gw sih ngerasa pas buat ukuran body gw yang irit)..atjep wrote:Aplaus deh Buat Bro Gauss, Bro Budzaemon dan Bro Berux ....
Cuman gw heran kok berat banget ya? Scorpio aja berat kosongnya sekitar 125 kg loh, ini 136kg?
(see budzaemon said:http://www.serayamotor.com/diskusi/view ... 1&start=40)
CMIIW
Dulu dia kontak gw karena gw yang nelp.. ya udah ntar coba gw kontak PA Andy untuk baca thread ini.. (waduh.. brarti tulisan gw soal 'nyenggol2' Pa Andi mesti di sensor kali ya? :-P)Berux_bogor wrote:Btw : Bro budz...gimana tuh orang TVS bisa kontak lu????
gw cuma berharap ada oarang TVS yang liat forum bahasan TVS ini..
pemilik/direktur maupun pihak manajemen dari TVS bisa memperhitungkan lagi harga yang akan diluncurkan dindonesia...biar harga lebih terlihat spesifik dengan motor jepang
Bro PPN BM adalah PPN Barang Mewah beda lagi dengan PPN trus Bea Masukindomi wrote:bro p4nd4: ttg PPN BM apakah ini artinya motor2 CBU seperti CBR yang di import bulat2 oleh IU dari Thai itu nggak dikenakan PPN Biaya Masuk?
Tapi kok muahal bgt yah kalo di Indo?
kabar terakhir dari bajaj : untuk tahap pertama mereka akan import dulu kemudian mereka akan melakukan produksi dari pabrik proton menunggu pabrik di Indonesia bisa produksi secara massal...y_anjasrana wrote:Wah wah... Bajaj ga ada kabarnya nih...
Motor non-Jepang tak nikmati pertumbuhan pasar
JAKARTA: Pertumbuhan pasar sepeda motor sebesar 19% pada Agustus ternyata hanya dinikmati merek Jepang, sementara AISI berpendapat pemberian insentif khusus pada merek non-Jepang untuk mendorong penjualan tidak mungkin dilakukan, karena bertentangan dengan prinsip perdagangan bebas.
Dari tujuh produsen kendaraan roda dua anggota Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), hanya empat yang mampu menangguk untung dari kondisi pasar yang tengah menggeliat pada Agustus.
Semua produsen motor yang memperoleh pertumbuhan penjualan tersebut berasal dari Negeri Sakura, yaitu Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki. Penjualan tiga produsen lain yaitu Kanzen, Kymco, dan Piaggio, justru menurun.
Pasar sepeda motor nasional
Merek Juli Agustus
Honda 186.047 241.447
Yamaha 133.315 138.837
Suzuki 47.206 56.181
Kawasaki 3.814 4.903
Kanzen 1.604 1.570
Kymco 1.060 987
Piaggio 46 39
Total 373.092 443.964
Sumber: AISI, 2006
Data AISI yang diperoleh Bisnis mengungkapkan Honda pada bulan lalu menjual 241.447 unit atau naik sekitar 30% dibandingkan Juli. Yamaha membayangi di posisi kedua setelah membukukan kenaikan penjualan 4,1% menjadi 138.837 unit dari bulan sebelumnya 133.315 unit.
Meski mencatat pertumbuhan lebih besar, yaitu 19%, Suzuki harus cukup puas di posisi ketiga karena secara volume hanya berhasil melego 56.181 unit. Sementara Kawasaki yang berada di peringkat empat hanya mampu menjual 4.903 unit atau naik 28% dari bulan sebelumnya.
Pengguna sepeda motor sejak awal memang cenderung memilih motor Jepang dibandingkan merek lain yang beredar di Tanah Air. Tiga merek motor non-Jepang yaitu Kanzen, Kymco, dan Piaggio ternyata belum mampu mencuri perhatian konsumen.
Kanzen-diproduksi PT Kanzen Motor Indonesia-yang diklaim sebagai motor buatan dalam negeri pada bulan Agustus hanya mampu melego 1.507 unit atau turun 6,05% dibandingkan Juli yang sempat mencapai 1.604 unit.
Sedangkan penjualan Kymco pada bulan lalu turun sekitar 7% dari 1.060 unit pada Juli menjadi hanya 987 unit, sementara penjualan Piaggio merosot 15,2% menjadi hanya 39 unit dari 46 pada bulan sebelumnya.
Insentif
Ketika ditanya tentang kemungkinan pemberian insentif khusus terhadap merek non-Jepang untuk meningkatkan penjualan, Ketua Umum AISI Ridwan Gunawan menyatakan hal itu tidak mungkin dilakukan karena bertentangan dengan prinsip perdagagan bebas.
"Itu akan bertentangan dengan regulasi dan semangat WTO yang menuntut adanya perlakuan yang sama antarprodusen," katanya, kemarin.
Seperti diketahui, selain Kymco, Kanzen, dan Piaggio ada beberapa merek motor lain yang beredar di pasar domestik, termasuk beberapa merek motor China. Belakangan dua produsen motor India, TVS Motor Company dan Bajaj Motor Indonesia juga agresif merebut perhatian konsumen di dalam negeri.
Ridwan menegaskan secara pribadi dirinya tidak setuju ada pengkotak-kotakan merek sepeda motor. Yang terpenting saat ini adalah produsen motor melakukan kegiatan produksi di Indonesia, sehingga memberikan nilai tambah pada industri lokal dan menyerap tenaga kerja.
"Kita tidak bicara investor dari mana asalnya. Saya kira, zamannya sudah lewat dan saya yakin pemerintah tidak akan memberikan perlakuan khusus," tandasnya. (ahmad.muhibbuddin@ bisnis.co.id)
Oleh Ahmad Muhibbuddin
Bisnis Indonesia
p4nd4 wrote: Bro PPN BM adalah PPN Barang Mewah beda lagi dengan PPN trus Bea Masuk
PPN 10% ini pasti sudah dikenakan....
trus PPN BM ini yang untuk motor 250cc ke bawah tidak dikenakan...
trus Bea Masuk ini tergantung dari apakah ada perjanjian antara kedua negara tidak.
untuk Indonesia dengan Thailang ada perjanjiannya cuman gw lupa apakah 0% apa 5%..
jadi contoh perhitungan kasar yah kalo CBR 150 di Thailand di Jual 16juta kalo kita import dengan harga :
harga motor : 16 jt
ppn 10% : 1,6jt
bea masuk katakanlah 5% (perkiraan) = 0.8jt
jadi total adalah 18,4jt
tambahkanlah profit dari importir katakanlah 25% = 4jt
jadi total harga adalah 22,4jt
apakah selesai ? tidak...
kenapa ? karena IU kalo mau import motor honda harus minta izin dari AHM selaku ATPM honda di Indonesia jadi orang laen tidak boleh memasukkan motor honda ke Indonesia tanpa persetujuan mereka
jadi gimana ? yahh bayar royalti ke AHM besarnya tentu saja tidak kita ketahui tapi kalo kita ambil perkiraan lagi sebesar 25% = 4 jt lagi
total harga CBR 150 sudah mencapai 26,4jt
tanya lagi apakah ini sudah selesai ? belom lagi...
kenapa belummm ? karena begitu kontainer masuk ke pelabuhan dikenakan gw lupa apakah 20jt atau 40jt untuk 1 kontainer...harganya juga tergantung dari produk jadi 1 kontainer motor biayanya beda dengan 1 kontainer pakaian....
belum lagi jasa pelabuhan, handling fee, biaya penumpukan dll.....
jadi masuk akal toh kalo cbr 150 yang harga 16jt bisa sampe 30 jt di Indonesia....?
Tapi perhitungan tadi hanya kasar yahh jadi tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnyaa.....
Apakah ini menjawab sepekulasi bahwa Proton Indonesia menjual pabriknya ke Bajaj?p4nd4 wrote:
kabar terakhir dari bajaj : untuk tahap pertama mereka akan import dulu kemudian mereka akan melakukan produksi dari pabrik proton menunggu pabrik di Indonesia bisa produksi secara massal...