Betul om Jembiee, seingat ane ada beberapa issue mengenai double decker ini. Nov 2010 kemaren kan sempat grounded semua gara2 A380 Qantas dari Sing harus RTB dan meninggalkan serpihan di perairan Batam. Selidik punya selidik, ternyata ada kebocoran oli di mesin RR Trent 900 nya yang menyebabkan ledakan, sementara mesin Engine Alliance GP7000 tidak bermasalah. Jadi semua A380 dengan mesin Trent 900 harus menjalani perbaikan/penggantian, terutama separuh armada A380 Qantas..
A380..yah namanya juga pesawat masih baru..kalau dianalogikan dengan software komputer, masih ada "bug" nya yang belom diselesaikan..mesinnya A380 ini super halus di kabin, sayangnya gara2 kelewat halus, sebagian pilot2 A380 komplein semua..mereka kgk bisa istirahat tidur dalam penerbangan jarak jauh gara2 suara di kabin penumpang masuk ke kamar tidur mereka. Mereka lebih prefer dengerin suara mesin pesawat yang bisa menyerap suara gaduh penumpang..
Cuman niiii yg ane notice, ni Jumbo spt mudah goyang2.........apa mungkin karena disain sayap lebar + material2 yg ringan membuatnya jadi mirip spt "layang-layang" ?.........jadi kalo ada riak2 kecil di udara lgs kerasa
itulah yang namanya aerodynamic, mau segede apapun pesawatnya..kalau aliran udara tidak merata pasti bakalan goyang
hmm...kayaknya waktu itu ada yang minta bahas A300B4 ya..okelah, akan ane coba bedah..
A300, the world first widebody twinjet airliner...and also the slowest widebody di udara (mach 0.78 cruising speed) ! A300B4 sebenernya pengembangan dari A300B2 yang ditambahkan Center Fuel Tank untuk menambah jarak tempuh, ia bisa menempuh jarak sekitar 6600km. Untuk pilihan mesin ada 2 jenis, mau pake PW JT9D atau GE CF6-50E2 (yang terakhir paling populer). A300B4 awalnya memiliki 3 awak kokpit, suatu hari alm Wiweko (dirut Garuda saat itu) ikut "test drive" A300B4, begitu mendarat beliau ditanya ama orang Airbus "Mr Wiweko, bagaimana menurut anda A300 ?", beliau malah balik bertanya "itu orang di belakang saya ngapain sih ?" yang dijawab "dia Flight Engineer", Pak Wiweko langsung "iya saya tau, tapi dia itu ngapain sih ? kok kayak nggak kerja ?", akhirnya orang Airbus mengakui kalau mereka sengaja menaruh Flight Engineer karena regulasi zaman itu pesawat besar harus ada Flight Engineer. Pak Wiweko dengan spontan ngomong "keluarkan kursi Flight Engineer itu, ayo kita omongin kontrak pembelian pesawat", orang Airbus berasa dapet durian runtuh dan kaget..iyaa kaget, karena Pak Wiweko maunya A300 hanya diawaki 2 orang..
sontak dunia penerbangan gempar dan mengecam habis2an Airbus dan Pak Wiweko, Boeing pun juga mengecam sekali langkah Airbus karena dianggap berbahaya..tapi Airbus dan Pak Wiweko nggak pantang menyerah, sehingga lahirlah Airbus A300B4-200FFCC (Forward Facing Crew Cockpit) yang hanya diawaki 2 orang kru kokpit, pesawat badan lebar pertama di dunia yang hanya diawaki 2 orang di kokpit. pak Wiweko langsung pesen 9 unit (1 unit akhirnya jatuh di Medan, PK-GAI) dan Airbus pun menawari nama untuk desain 2 orang awak kokpit ini, mereka menawarkan "Wiweko Design Cockpit", tapi beliau menolak dan nama yang beliau mau adalah "Garuda Design Cockpit".
Sontak dunia penerbangan langsung berubah, Boeing akhirnya menerima desain tersebut dan mengaplikasikannya ke Boeing 747-400, semua Boeing 767 yang sudah keluar dari pabrik saat itu ditawari opsi untuk mengkonversi kokpit dari 3 orang kru menjadi 2 orang kru saja. Terbukti pesawat masih bisa terbang dengan aman dan pengeluaran uang Airlines jadi menyusut. Semenjak saat itulah Airbus dan Dunia Penerbangan Indonesia punya ikatan khusus, seandainya alm Pak Wiweko nggak pernah "test drive" A300, mungkin dunia penerbangan nggak bakal kayak sekarang..siapa sangka ya, Indonesia pernah mempunyai pengaruh yang besar tahun 1980an di Dunia Penerbangan Internasional, dan pengaruh itu dari dirut Garuda Indonesia, Alm Pak Wiweko.
Take Off without flaps ? no problem ! for A300, it's just like walk in a park
A300B4 cockpit
the FFCC version
dari situ kelihatan kalo panel MCP (untuk ngatur speed dan ketinggian) si FFCC sudah digital
Garuda Indonesia A300B4-200FFCC
Garuda Indonesia A300-600R
