Kesan sy pd bensin Shell
Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2980
- Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
- Location: Kingdom of Heaven
enak nya hidup di alam persaingan nih uhahuauhauhuha.
saya agak bingung shell berani beri kita harga yang hampir sama apa kah mereka kena subsidi,kalo ngak harus nya kan mereka ikut naik harga karena minyak dunia lagi naik.
ato dengan harga segitu shell udah untung walaupun harga minya naik.
dan lucu nya walaupun minyak dunia naik eh pertamax yang ngak kena subsidi malah turun harusnya kan kalo ikut harga pasar (ngak tau pasar mana) naik dong soalnya minyak dunia aja udah naik.
saya agak bingung shell berani beri kita harga yang hampir sama apa kah mereka kena subsidi,kalo ngak harus nya kan mereka ikut naik harga karena minyak dunia lagi naik.
ato dengan harga segitu shell udah untung walaupun harga minya naik.
dan lucu nya walaupun minyak dunia naik eh pertamax yang ngak kena subsidi malah turun harusnya kan kalo ikut harga pasar (ngak tau pasar mana) naik dong soalnya minyak dunia aja udah naik.
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2980
- Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
- Location: Kingdom of Heaven
Konsumsi BBM Akan Dibatasi
Asumsi Harga Minyak USD 60 Per Barel
JAKARTA - Pemerintah bakal mengoreksi asumsi harga minyak dalam APBN menjadi USD 60 per barel dari semula USD 57 per barel. Kebijakan ini dilakukan menyusul melonjaknya harga minyak dunia di atas USD 70 per dolar AS. Namun, pemerintah tetap tidak akan menambah subsidi BBM. Saat ini yang digalakkan adalah kampanye penghematan konsumsi bahan bakar fosil itu.
Men PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan, saat ini pihaknya mengusulkan mekanisme pembatasan konsumsi BBM dan diharapkan bisa dilaksanakan tahun ini. "Akan ada pembatasan di publik tentang penggunaan BBM, termasuk untuk kendaraan pribadi. Kita bicarakan dengan DPR, kalau perlu melalui UU," jelas Paskah di kantornya kemarin. Tapi, khusus kendaraan umum tidak akan dibatasi.
Prinsipnya, lanjut dia, pemerintah tidak mau menambah subsidi lagi. "Kita juga tidak mau menaikkan harga BBM. Konsekuensinya, ada pembatasan pemakaian BBM," tukasnya. Dengan pembatasan konsumsi BBM pribadi, subsidi lebih terarah pada kendaraan umum. Bagi Paskah, verifikasi pemakaian BBM merupakan langkah terbaik dibandingkan menaikkan subsidi ataupun harga BBM. "Negara lain sudah melakukan penghematan sejak 1995, kita saja yang belum."
Langkah ini, akan dimulai di tingkat pemerintahan. "Di level pemertntah harus segera. Memang berat, tapi kalau hanya untuk rekreasi ke puncak kan harus dibatasi, pakai saja kendaraan umum," paparnya. Mengenai windfall profit yang mungkin diperoleh akibat kenaikan harga minyak internasional, Paskah memastikan tidak dialokasikan ke komponen subsidi. "Lebih baik untuk kepentingan masyarakat secara luas, seperti pembangunan infrastruktur," tuturnya.
Permintaan PT Pertamina (Persero) agar subsidi ditambah tidak akan dikabulkan pemerintah. Selain pembatasan konsumsi BBM, pemerintah akan mematangkan upaya diversifikasi energi. "Ini memang harus dimulai, nanti secara bertahap," jelasnya. Sebelumnya Wapres Jusuf Kalla memastikan pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM tahun ini, meski harga minyak internasional melambung.
Meski demikian, Kalla memastikan kenaikan harga minyak internasional berdampak pada asumsi-asumsi keuangan yang telah ditetapkan dalam APBN 2006. Untuk itu, dalam pembahasan APBN-P Agustus mendatang, pemerintah meningkatkan alokasi subsidi BBM dengan melihat pendapatan pemerintah dari kenaikan harga minyak (windfall profit). Selain windfall profit, salah satu sumber ketahanan fiskal Indonesia adalah penguatan nilai tukar rupiah. (sof)
Asumsi Harga Minyak USD 60 Per Barel
JAKARTA - Pemerintah bakal mengoreksi asumsi harga minyak dalam APBN menjadi USD 60 per barel dari semula USD 57 per barel. Kebijakan ini dilakukan menyusul melonjaknya harga minyak dunia di atas USD 70 per dolar AS. Namun, pemerintah tetap tidak akan menambah subsidi BBM. Saat ini yang digalakkan adalah kampanye penghematan konsumsi bahan bakar fosil itu.
Men PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan, saat ini pihaknya mengusulkan mekanisme pembatasan konsumsi BBM dan diharapkan bisa dilaksanakan tahun ini. "Akan ada pembatasan di publik tentang penggunaan BBM, termasuk untuk kendaraan pribadi. Kita bicarakan dengan DPR, kalau perlu melalui UU," jelas Paskah di kantornya kemarin. Tapi, khusus kendaraan umum tidak akan dibatasi.
Prinsipnya, lanjut dia, pemerintah tidak mau menambah subsidi lagi. "Kita juga tidak mau menaikkan harga BBM. Konsekuensinya, ada pembatasan pemakaian BBM," tukasnya. Dengan pembatasan konsumsi BBM pribadi, subsidi lebih terarah pada kendaraan umum. Bagi Paskah, verifikasi pemakaian BBM merupakan langkah terbaik dibandingkan menaikkan subsidi ataupun harga BBM. "Negara lain sudah melakukan penghematan sejak 1995, kita saja yang belum."
Langkah ini, akan dimulai di tingkat pemerintahan. "Di level pemertntah harus segera. Memang berat, tapi kalau hanya untuk rekreasi ke puncak kan harus dibatasi, pakai saja kendaraan umum," paparnya. Mengenai windfall profit yang mungkin diperoleh akibat kenaikan harga minyak internasional, Paskah memastikan tidak dialokasikan ke komponen subsidi. "Lebih baik untuk kepentingan masyarakat secara luas, seperti pembangunan infrastruktur," tuturnya.
Permintaan PT Pertamina (Persero) agar subsidi ditambah tidak akan dikabulkan pemerintah. Selain pembatasan konsumsi BBM, pemerintah akan mematangkan upaya diversifikasi energi. "Ini memang harus dimulai, nanti secara bertahap," jelasnya. Sebelumnya Wapres Jusuf Kalla memastikan pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM tahun ini, meski harga minyak internasional melambung.
Meski demikian, Kalla memastikan kenaikan harga minyak internasional berdampak pada asumsi-asumsi keuangan yang telah ditetapkan dalam APBN 2006. Untuk itu, dalam pembahasan APBN-P Agustus mendatang, pemerintah meningkatkan alokasi subsidi BBM dengan melihat pendapatan pemerintah dari kenaikan harga minyak (windfall profit). Selain windfall profit, salah satu sumber ketahanan fiskal Indonesia adalah penguatan nilai tukar rupiah. (sof)
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2980
- Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
- Location: Kingdom of Heaven
-
- New Member of Mechanic Engineer
- Posts: 1028
- Joined: Thu Nov 03, 2005 8:11
- Location: Indonesia
-
- Full Member of Senior Mechanic
- Posts: 397
- Joined: Tue Nov 29, 2005 12:58
- Location: most eastern jakarta
BP kan udah di swastakan berhubung sistem ekonomi UK udah capital/liberal, but BPkan share holdernya dari buckingham family alias dari pemerintah.
pertamina kan jelas BUMN yg oriented to liberal tapi masih di komando dengan mengatas namakan "DEMOKRASI" kan sulit mo berkembang
shell itu perusahaan belanda yg di akusisi oleh amerika(entah itu perusahaan ato pemegang saham)
castrol gak tau deh... gw taunya castrol cuma merk oli
kalo gw liat di negara tetangga, setiap jalan pasti tiap pom bensin beda2, ada shell,BP,Petronas,ESSO,dll saya berharap pertamina bertengger di salah satu negara tetangga ternyata tidak. istilah bola sih "berani kandang" hehehe
pertamina kan jelas BUMN yg oriented to liberal tapi masih di komando dengan mengatas namakan "DEMOKRASI" kan sulit mo berkembang
shell itu perusahaan belanda yg di akusisi oleh amerika(entah itu perusahaan ato pemegang saham)
castrol gak tau deh... gw taunya castrol cuma merk oli
kalo gw liat di negara tetangga, setiap jalan pasti tiap pom bensin beda2, ada shell,BP,Petronas,ESSO,dll saya berharap pertamina bertengger di salah satu negara tetangga ternyata tidak. istilah bola sih "berani kandang" hehehe


-
- New Member of Mechanic Engineer
- Posts: 1215
- Joined: Fri Dec 10, 2004 20:04
- Location: Jakarta Barat
kan gw dah bilang sblmnya, kalo pertamina tuh sebenernya cuma 'kilangin' minyak mentah doang, dah itu dieksport buat diolah, lalu diimport. Logikanya kalo produksi bbm sendiri, kan gak takut harga pasar kemana-mana...Tau deh kalo ada dibilang pertamina produksi bbm sendiri..maybe diboongin sama pertamina, maybe juga memang begitu adanya.
Just Call Me Nichol !!!
-
- New Member of Senior Mechanic
- Posts: 146
- Joined: Thu Sep 16, 2004 7:08
- Location: Jabodetabek
Bener koq, pertamina mengolah sebagian minyak mentah menjadi BBM siap pakai. Tapi minyak mentahnya sendiri tidak mencukupi, produksi sumur minyak cuman 1.08 juta barrel per hari, sedangkan kebutuhannya 1.2 Juta (lebih) barrel sehari.nichol wrote:kan gw dah bilang sblmnya, kalo pertamina tuh sebenernya cuma 'kilangin' minyak mentah doang, dah itu dieksport buat diolah, lalu diimport. Logikanya kalo produksi bbm sendiri, kan gak takut harga pasar kemana-mana...Tau deh kalo ada dibilang pertamina produksi bbm sendiri..maybe diboongin sama pertamina, maybe juga memang begitu adanya.
Minyak mentah produksi sumur sendiri gak semua bisa diolah oleh pertamina, jadi sebagian di export, lalu pertamina beli lagi dari perusahaan lain, yg kualitas bahan bakunya tidak sebagus minyak Indonesia, misalnya minyak jadi dari Arab Saudi, yang sulfurnya bejibun.
Gituu sekilas info.
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2980
- Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
- Location: Kingdom of Heaven
-
- New Member of Mechanic Engineer
- Posts: 1215
- Joined: Fri Dec 10, 2004 20:04
- Location: Jakarta Barat
kalo gitu sih, gobloknya pertamina aja, kenapa gak usaha produksi 100 persen minyak jadi bbm, biar gak lagi tergantung harga minyak dunia dan kurs IDR. Susah sih, keenakan ambil org punya, ngembangin kemampuan sendiri gak mau. Enak sih, kalo maen2 jalur import kan banyak selanya, pantesan pada kaya org minyak, hehe. ribut2 mo ngebatasin penjualan bbm lagi, gebleg bener tuh si purnomo...namanya aja sama ma OB di kantor gw...dasar mental OB, cari gampang aja, hehe..
gw dukung deh shell, biarin pertamina batesin penjualan bbm, bakal rame org nyari shell lantaran di pertamina gak boleh beli bbm/dibatesin belinya, hehe..
gw dukung deh shell, biarin pertamina batesin penjualan bbm, bakal rame org nyari shell lantaran di pertamina gak boleh beli bbm/dibatesin belinya, hehe..
Just Call Me Nichol !!!
-
- New Member of Mechanic Engineer
- Posts: 1028
- Joined: Thu Nov 03, 2005 8:11
- Location: Indonesia
-
- New Member of Senior Mechanic
- Posts: 146
- Joined: Thu Sep 16, 2004 7:08
- Location: Jabodetabek
-
- New Member of Mechanic Engineer
- Posts: 1215
- Joined: Fri Dec 10, 2004 20:04
- Location: Jakarta Barat
logikanya sih bro, konsumen terbanyak bbm itu kan sebenernya pulau jawa n sumatra, kalo dibilang kita bisa produksi bbm, kenapa masih aja gak cukup? kan pengguna terbanyak bbm cuma di 2 pulau dr ribuan pulau2 yg kita punya, masih gak cukup? ah, itu sih akal2an purnomo aja, ibaratnya biar bisa import bbm 3 juta dollar, bilangnya ke negara import 5 juta dollar, yg 2 juta dibagi2in ke konco2nya 

Just Call Me Nichol !!!
-
- Full Member of Senior Mechanic
- Posts: 355
- Joined: Wed Nov 16, 2005 6:14
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2980
- Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
- Location: Kingdom of Heaven
ini yang lucu sebelum naik pertamax ama yg plus beda nya cuman 100 doang di sby pertamax 5300 dan plus 5400
sekarang pas naik pertamax 5800 yang plus 6050 hahahahhaha.
lalu yg ngak habis pikir kalo shell ngak naik apakah semua spbu yg berdekatan dengan shell itu ngak naik juga.
susah ngertiin cara pikir pemerintah kita ini hahahahhaha.
kalo shell ngak naik juga berarti pertamina nge cuan nya kebanyakan tutup aja deh uhauhuhauhauha.mendingan suruh shell aja yang kelola.
btw kabar2 in juga harga minyak di shell apakah naik ato ngak
sekarang pas naik pertamax 5800 yang plus 6050 hahahahhaha.
lalu yg ngak habis pikir kalo shell ngak naik apakah semua spbu yg berdekatan dengan shell itu ngak naik juga.
susah ngertiin cara pikir pemerintah kita ini hahahahhaha.
kalo shell ngak naik juga berarti pertamina nge cuan nya kebanyakan tutup aja deh uhauhuhauhauha.mendingan suruh shell aja yang kelola.
btw kabar2 in juga harga minyak di shell apakah naik ato ngak
-
- Full Member of Senior Mechanic
- Posts: 397
- Joined: Tue Nov 29, 2005 12:58
- Location: most eastern jakarta
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2980
- Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
- Location: Kingdom of Heaven
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2980
- Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
- Location: Kingdom of Heaven
Harga Pertamax Naik Lagi
Jakarta, Minggu
Kirim Teman | Print Artikel
PT Pertamina (Persero) per 1 Mei 2006 menaikkan harga bahan bakar non-subsidi jenis Pertamax dari Rp5.300-Rp5.650 per liter menjadi Rp5.800-Rp6.000 per liter tergantung wilayah pemasarannya.
Juru bicara Pertamina M Harun di Jakarta, Minggu mengatakan, kenaikan antara Rp350-Rp500 dibandingkan April itu merupakan dampak meningkatnya harga minyak dunia selama sebulan terakhir.
"Pertamax bukan lagi barang subsidi, sehingga harganya disesuaikan dengan mekanisme pasar. Karenanya, harganya mengikuti naik-turunnya harga minyak dunia," ujarnya.
Harun mencontohkan, harga Pertamax per liter di Pulau Jawa menjadi Rp5.800, Bali Rp5.800, Sumsel Rp5.900,Kalimantan Rp6.000, Sumut Rp6.000, dan Sulawesi Rp6.000.
Selain Pertamax, Pertamina juga menaikkan harga bahan bakar non-subsidi lainnya yakni jenis Pertamax Plus dan Pertamina Dex dengan besaran kenaikannya juga disesuaikan dengan wilayah niaganya.
Harga baru Pertamax Plus adalah Batam Rp5.650, Bali Rp6.000, Jawa Rp6.050, Kalimantan Rp6.150, dan Sumut Rp6.150 per liter.
Sedang, harga Pertamina Dex yang baru adalah Rp6.100 per liter di wilayah Jabodetabek, Banten, dan Jabar, serta Batam Rp5.800 per liter.
Namun, Harun menjelaskan, sesuai SK Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina No Kpts-143/F00000/2006-S0 tanggal 28 April 2006, Pertamina menurunkan harga Pertamax dan Pertamax Plus khusus di lima stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Menurut dia, kelima SPBU itu wilayah pemasarannya berdekatan dengan SPBU kompetitor lainnya seperti Shell dan Petronas. "Harga khusus di lima SPBU di Jabotabek itu diharapkan memberikan pilihan bagi masyarakat dalam mengisi bahan bakar," katanya.
Di lima SPBU itu, Pertamina menetapkan harga Pertamax Rp5.000 per liter dan Pertamax Plus Rp5.300 per liter atau lebih rendah ketimbang April masing-masing Rp5.300 dan Rp5.400 per liter.
Kelima SPBU itu berlokasi di Jalan Kemanggisan Utama Raya (Jakbar), Kapten Tendean (Jaksel), Mampang Prapatan Raya (Jaksel), Karawaci (Tangerang), dan Bumi Perkemahan Cibubur.
ketahuan ngibul nya
Jakarta, Minggu
Kirim Teman | Print Artikel
PT Pertamina (Persero) per 1 Mei 2006 menaikkan harga bahan bakar non-subsidi jenis Pertamax dari Rp5.300-Rp5.650 per liter menjadi Rp5.800-Rp6.000 per liter tergantung wilayah pemasarannya.
Juru bicara Pertamina M Harun di Jakarta, Minggu mengatakan, kenaikan antara Rp350-Rp500 dibandingkan April itu merupakan dampak meningkatnya harga minyak dunia selama sebulan terakhir.
"Pertamax bukan lagi barang subsidi, sehingga harganya disesuaikan dengan mekanisme pasar. Karenanya, harganya mengikuti naik-turunnya harga minyak dunia," ujarnya.
Harun mencontohkan, harga Pertamax per liter di Pulau Jawa menjadi Rp5.800, Bali Rp5.800, Sumsel Rp5.900,Kalimantan Rp6.000, Sumut Rp6.000, dan Sulawesi Rp6.000.
Selain Pertamax, Pertamina juga menaikkan harga bahan bakar non-subsidi lainnya yakni jenis Pertamax Plus dan Pertamina Dex dengan besaran kenaikannya juga disesuaikan dengan wilayah niaganya.
Harga baru Pertamax Plus adalah Batam Rp5.650, Bali Rp6.000, Jawa Rp6.050, Kalimantan Rp6.150, dan Sumut Rp6.150 per liter.
Sedang, harga Pertamina Dex yang baru adalah Rp6.100 per liter di wilayah Jabodetabek, Banten, dan Jabar, serta Batam Rp5.800 per liter.
Namun, Harun menjelaskan, sesuai SK Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina No Kpts-143/F00000/2006-S0 tanggal 28 April 2006, Pertamina menurunkan harga Pertamax dan Pertamax Plus khusus di lima stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Menurut dia, kelima SPBU itu wilayah pemasarannya berdekatan dengan SPBU kompetitor lainnya seperti Shell dan Petronas. "Harga khusus di lima SPBU di Jabotabek itu diharapkan memberikan pilihan bagi masyarakat dalam mengisi bahan bakar," katanya.
Di lima SPBU itu, Pertamina menetapkan harga Pertamax Rp5.000 per liter dan Pertamax Plus Rp5.300 per liter atau lebih rendah ketimbang April masing-masing Rp5.300 dan Rp5.400 per liter.
Kelima SPBU itu berlokasi di Jalan Kemanggisan Utama Raya (Jakbar), Kapten Tendean (Jaksel), Mampang Prapatan Raya (Jaksel), Karawaci (Tangerang), dan Bumi Perkemahan Cibubur.
ketahuan ngibul nya