IMO, banyak sekali faktor2 yang mempengaruhi produsen untuk menentukan harga jual. Tidak hanya komponen itung2an sederhana seperti laba/rugi dan perpajakan saja... If I were an automotive brand owner, saya juga selalu memikirkan langkah2
pengembangan dan
ekspansi di masa hadapan, dan tidak kalah penting: Peningkatan pelayanan pada kastemer.
Langkah kongkritnya adlah:
1. Menambah kapasitas produksi untuk meladeni demand pasar, salah satunya dengan mendirikan pabrik baru. Mendirikan pabrik baru, atau kegiatan sejenis, jelas tidak mungkin seperti orang sulapan macam Jin dan Jun, tapi butuh waktu, ketelatenan, mengumpulkan laba demi laba penjualan tiap mobil.
2. Meningkatkan kualita bengkel resmi sebagai paripurna layanan pada langganan.
3. Menambah jaringan bengkel resmi
4. Menambah kuantita ketersediaan spare parts, agar tidak ada lag ketersediaan spareparts.
Ngebikin bagus bengkel, ngebangun dealer beserta fasilitas bengkel yang te o phe, peningkatan kapasitas produksi spareparts, semua butuh biaya engga sedikit lah, udah gitu, jaringan yang harus dikover bukan hanya Jakarta kan?? Kalau mau eksis, ya minimaal se Jawa sampai Bali dulu. Tapii, coba hitung, berapa kota yang harus disediakan jaringan dealer dan bengkel, dan bla bla bla...?? Ambil contoh macam Bandung, Cirebon, Semarang, Jogja, Purwokerto, Surabaya, Malang, banyuwangi, adalah beberapa contoh kota besar di Jawa yang harus dikover, kalau mau eksis.
Toyota, sudah memulainya dari 40 th yang lalu. Honda juga lebih kurang. Sekarang, ibaratnya, Anda membawa Kijang Grand Extra atau Avanza keliling kota di seantero Jawa, pernahkah Anda merasa khawatir, jangan2 kalu mobil saya rusak di jalan, sparepart nya nggada?
Cobalah sedikit imagine, sedang asik2nya perjalanan mudik, amit amit.. sampai Ngawi , laher roda Kijang Kapsul anda pecah. Mungkin Anda hanya perlu sedikit capek dan ngerogoh beberapa lembar 10ribuan nyari taksi/angkot untuk ke dealer Toyota terdekat. Bagaimana kalau misalnya Anda punya Exora, mengalami hal tersebut di Ngawi atau Nganjuk, misalnya...?? Bagaimana ketersediaan dealernya? Jangan tanya spare part dulu, kalau delaernya nggada, kan?
Nilai intrinsik inilah yang didapat konsumen, dari hasil 'membayar kelebihan' harga tadi. Dan jaringan yang harus dibangun tuh se Indonesia Raya loh..! Kalau membandingkan dengan Amerika yang sama luasnya, tentu akan menjadi tidak adil, rasanya. Amerika sudah maju teknologi otomotifnya sejak tahun-tahun jebot. Indonesia baru mulai merintis melek otomotif, macam Kijang, baru tahun berapa..? Sudah gitu, amerika sudah lebih maju, pada masa itu, juga ditopang dengan bbrp keunggulan alamiah di masa itu, seperti harga-harga sumber daya alam masih murah, tenaga kerja masih murah, pajak2 juga engga membelit-belit, tidak ada ikatan Undang-Undang pelestarian Lingkungan Alam (Euro emission), dan lain-lain... Ini sungguh merupakan berkah dan anugerah pada zamannya.
Nah, sudah dengan beberapa keunggulan tersebut, wajar kalau industri otomotif amerika sudah established. Nah sekarang perhatikan. Dengan telah established begitu lama pun, tetep ambruk juga, macam GM itu. Pontiac? Apakabar?
Soo, dengan beberapa pertimbangan faktor2 tadi, rasa2nya, pajak, pajak siluman, adalah sebahagian komponen cost yang akan menentukan harga jual. Mungkin, mencapai 1/3.
CMIIW yaa..!
*nubie sotoy mulai bertingkah* 