Namun kalau suatu saat Anda naik metromini, ada kecenderungan dari dalam diri Anda untuk membenarkan (tepatnya : mewajarkan) tindakan ugal-ugalan yang dilakukan oleh sopir metromini karena Anda melihat mobil-mobil pribadi yang lalu lalang, sudah nyaman, menghambat perjalanan metromini yang didalamnya ada Anda, sikap seperti ini bisa muncul karena sedikit banyak Anda merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan oleh sang sopir, Anda memahami dan memaklumi mengapa si sopir memutuskan untuk berjalan di trotoar atau pelanggaran-pelanggaran lainnya, sehingga anda 'mewajarkan' pelanggaran tersebut.
Mungkin ini yang dinamakan solidaritas kelompok, karena meskipun cuma sementara, namun pada saat Anda berada diatas metromini, Anda berada di dalam kelompok kecil bersama sopir dan penumpang metromini tersebut.
Solidaritas kelompok seperti itulah yang akhirnya memunculkan 'pewajaran' untuk sebuah pelanggaran atau katakanlah ketidak laziman, misalnya jawaban pengendara motor tiger di kasus 'Warung buncit'
"kami dari motor Tiger club dan kami sedang berkonvoi' yang bila diterjemahkan menjadi 'Karena kami sedang berkonvoi, pengguna jalan yang lain termasuk Anda HARUS maklum, mengerti dan membiarkan kami melakukan pelanggaran dan menguasai jalanan'.
Sedikit mirip dengan jawaban dari sdr. S2W-230 di Thread ini :
'Anda HARUS TAHU kode-kode khusus yang dipergunakan iring-iringan sepeda motor' yang bisa pula dibaca dengan 'Kami klub sepeda motor, kami punya kode-kode khusus untuk kelompok kami, kalau Anda nggak faham dengan kode tersebut salah Anda sendiri, bukan salah kami'.
Empati !, Itulah yang seringkali tidak dimiliki oleh para 'penguasa' jalanan.
Sayangnya yang muncul bukannya empati tapi malahan semacam apologi.
Misalnya 'Yang arogan itu adalah klub motor besar yang suka masuk jalan tol'.
Bagi saya pelanggaran tetaplah pelanggaran, arogansi tetaplah sebuah arogansi, meskipun itu dilakukan oleh klub motor besar, motor kecil, motor bebek, sepeda, mobil dsb.
Mungkin kalau kita tanya mengapa klub motor besar suka masuk jalan tol, jawaban yang muncul adalah 'pewajaran' lain yang hanya bisa dimaklumi oleh kelompok mereka, misalnya 'Oh ada Pak Menteri anu di rombongan ' atau 'oh..kami ditunggu panitia untuk peresmian project anu jam sekian, kalau lewat jalan biasa macet peresmiannya bisa telat' atau alasan-alasan 'ekslusif' lainnya.
Saya selalu kagum, hormat dan maklum dengan mereka-mereka yang suka beriring-iringan. apakah itu iring-iringan motor besar, motor kecil, iring-iringan kampanye parpol, bahkan iring-iringan jenazah sekalipun, selama mereka bisa mengatur diri dengan baik dan tetap menghormati pemakai jalan yang lain.
Perjalanan yang terhambat bagi saya juga tidak terlalu perlu dipermasalahkan karena saya kira kita hidup nggak sendiri kok, ada saatnya kita memberi peluang kepada 'orang lain' untuk menunjukkan eksistensi mereka.
Namun saat 'sebagian diri kita sudah bersedia untuk memahami' tiba-tiba kita 'dipaksa untuk memahami lebih jauh lagi', maka tentu saja ada rasa tidak nyaman.
Saya kira juga seandainya Anda para klub sepeda motor tengah berkonvoi dan senantiasa bisa menghormati pemakai jalan lain, akan banyak pujian dan bahkan do'a untuk keselamatan perjalanan Anda, namun saat Anda ugal-ugalan dan tidak ada rasa hormat terhadap sesama pengguna jalan, bukan tidak mungkin sumpah serapah yang akan Anda terima, bahkan bisa-bisa apabila konvoi tersebut terkena musibah bukannya dibantuin, malah disyukurin.
Saya kira tidak ada seorangpun dari kita yang mau seperti yang terakhir bukan ?
Peace
Haekals
ps: maap, thread terpaksa dibuka lagi sebab ada yang menggelitik sih
