saya pi njemin nih om nes
BTT. dari kompas.com :
http://otomotif.kompas.com/read/2010/07 ... i.Hari.Ini
JAKARTA, KOMPAS.com  Mulai hari ini, BPH Migas dan Ditjen Migas menurunkan tim gabungan PPNS untuk fokus memeriksa SPBU yang selama ini menjadi tempat pengisian bahan bakar minyak (BBM) operator taksi. Investigasi terhadap kualitas BBM khususnya premium dilakukan setelah munculnya tudingan rendahnya mutu premium sehingga menyebabkan kerusakan fuel pump di ratusan unit taksi Blue Bird dan Express Grup.
Direktur BBM BPH Migas Erie Soedarmo menjelaskan, BPH Migas melibatkan Ditjen Migas karena penentuan standar baku mutu BBM berada ditangan instansi yang dipimpin Evita Herawati Legowo tersebut. Sementara BPH Migas perlu menurunkan PPNS karena kejadian tersebut terkait dengan kelancaran distribusi BBM.
"Karena yang banyak bermasalah itu taksi, tentunya stasiun pengisian bahan bakar industri (SPBI) atau SPBU khusus taksi itu yang kita periksa. Jadi, fokusnya akan ke SPBU khusus karena, kalau terjadi di SPBU lain, pasti pengguna premium lainnya komplain. Sementara sekarang yang lain tidak ada masalah," kata Erie kepada Kontan, Senin (26/7/2010).
Disebutnya, pada umumnya di dalam setiap pool taksi terdapat pompa pengisian BBM. Namun, ada juga operator taksi yang memiliki rekanan SPBU di luar dan setiap harinya mengisi BBM di situ.
Menurut Erie, untuk tahap awal tim PPNS akan melihat kerusakan seperti apa yang terjadi pada fuel pump taksi-taksi tersebut. Dari situ, akan diperiksa kualitas bensin yang diminumkan ke unit taksi. Jika ditemukan tidak ada masalah dengan kualitas bensin, akan dicari tahu kenapa fuel pump tersebut bisa rusak.
"Kalau dibilang angka oktan Premium yang dijual Pertamina lebih rendah dari 88 menjadi penyebab kerusakan, saya sangsi. Karena selama masih murni bensin meskipun oktannya rendah tidak akan menyebabkan fuel pump rusak paling mesin ngelitik. Lagian jangka waktu kerusakannya juga agak lama, tetapi setelah diperbaiki seperti penggantian busi dan membersihkan ruang pembakaran bisa normal lagi," jelasnya.
Erie menyebut, satu-satunya kemungkinan fuel pump di sebuah mobil bisa rusak dengan cepat karena premium yang dikonsumsinya mengandung air. Dijelaskannya, kalau air sudah masuk ke tangki bensin di mobil bisa membuat proses pembakaran kacau dan menyebabkan karat.
Kandungan air juga yang menyebabkan terjadinya penyumbatan di saringan fuel pump karena air bisa mengangkat endapan kotoran cair dan padat di dasar tangki ikut naik ke saringan fuel pump.
"Makanya, perlu dilihat yang rusak itu fuel pump-nya, atau saringannya. saya curiga pertama kali saringannya dulu yang tersumbat. Kalau saringan yang tersumbat, dampak turunannya adalah terjadi pengaratan atau korosi. Akhirnya, mesin mati karena bensinnya tidak bisa gerak," katanya panjang lebar.
Jika memang terbukti fuel pump rusak karena premium mengandung air, PPNS akan memeriksa asal muasal air tersebut bisa tercampur. "Kalau ditemukan ada kebocoran di fasilitas penyimpanan BBM di SPBU katakanlah karena hujan atau tanpa disengaja, kami akan memperingatkan SPBU tersebut dan membuat rekomendasi agar Pertamina menutup SPBU itu sampai dilakukan perbaikan. Namun, kalau ada unsur kriminal, seperti sabotase, laporannya akan dibawa ke kepolisian untuk ditindaklanjuti," papar Erie.
satu lagi ya
http://otomotif.kompas.com/read/2010/07 ... pesifikasi.
JAKARTA, KOMPAS.com  Pemerintah curiga pasokan bahan bakar premium impor milik PT Pertamina (Persero) tidak mengandung Oktan 88 sesuai dengan yang disyaratkan. Pendeknya, tidak sesuai dengan impor sejenis sebelumnya. Dus, ini menjadi pemicu rusaknya fuel pump atau pompa bahan bakar kendaraan yang banyak dikeluhkan pengemudi taksi belakangan ini.
"Premium Oktan 88 biasanya impor, kadang-kadang ada spesifikasi yang tidak pas 88, bahkan bisa lebih tinggi," kata Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita Herawati Legowo, Kamis (22/7/2010) malam.
Meski demikian, Evita menegaskan, pemerintah tidak akan menurunkan spesifikasi Oktan 88 yang terdapat dalam premium. "Kita menggunakan Oktan 88 saja sudah termasuk yang paling rendah sehingga tidak akan diturunkan dari Oktan 88," kata Evita.
Saat ini pemerintah sedang mengambil contoh premium yang digunakan untuk menelusuri spesifikasinya, di antaranya contoh dari Ditjen Migas. Tak hanya itu, pemerintah juga sudah berkoordinasi dengan Pertamina untuk pengecekan contoh tersebut. "Sedang diambil contoh, kan, ada keluhan dari Blue Bird. Selain itu, ada di beberapa tempat lain, diambil beberapa contoh saja," kata Evita.
Menurut Evita, premium yang dijual Pertamina sudah dites dan sesuai dengan spesifikasi. Evita berjanji pemerintah akan segera membentuk tim independen untuk menelusuri kasus ini. "Ada, di antaranya kami kasih ke Lemigas, di antaranya itu," ujar dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah pemilik dan komunitas mobil beberapa hari terakhir mengeluhkan terjadinya kerusakan pada pompa bahan bakar di kendaraan mereka. Meskipun belum ada kesimpulan final, beberapa kalangan menyinyalir kerusakan itu disebabkan kualitas bahan bakar yang tidak bagus.
Sejak Juni hingga hari ini, terdapat tak kurang dari 1.200 taksi Blue Bird yang mengalami masalah pada pompa bahan bakarnya. Gejalanya adalah mobil kerap mogok dan tersendat-sendat kalaupun mesin bisa dinyalakan. Mobil yang digunakan pun masih terbilang baru, yakni Toyota Limo buatan tahun 2009-2010.