Nih ambil dari artikel Kompas
DEX, Solar Ramah Lingkungan dari Pertamina
Jakarta
Pemilik mobil-mobil bermesin diesel dengan teknologi common-rail kini bisa berlega hati, mengingat pada tanggal 15 Agustus 2005, Pertamina secara resmi akan meluncurkan solar baru yang ramah lingkungan, yang diberi nama PertaDEX, atau Pertamina DEX. DEX adalah kependekan dari diesel environment x-tra, atau diesel environment x-treme.
PertaDEX sudah akan tersedia di tiga stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Jakarta pada tanggal 13 dan 14 Agustus 2005. Tepatnya di wilayah Rawamangun, Kemayoran, dan khusus untuk Jakarta Selatan tempatnya akan ditentukan kemudian. Mengenai harga per liternya belum diputuskan, tetapi kemungkinan besar akan berkisar antara Rp 4.000-Rp 6.000. Warna PertaDEX yang bening membuatnya dapat dengan mudah dibedakan dari solar yang berwarna kebiru-biruan yang dijual dengan harga Rp 2.100 per liter.
PertaDEX yang kandungan partikelnya maksimum hanya 300 particles per million (ppm) sangat cocok digunakan untuk mesin diesel common-rail. Dengan demikian, diharapkan persoalan filter bahan bakar tersumbat yang selama ini dialami oleh mesin diesel common-rail dapat diatasi.
Pada mesin diesel common-rail, bahan bakar diberikan tekanan tinggi lewat pompa (bertekanan tinggi) yang digerakkan secara elektronis. Bahan bakar bertekanan tinggi itu ditampung dalam pipa penampung (rail) sebelum disalurkan secara independen ke setiap nozzle, sesuai putaran mesin dan urutan pembakaran di setiap silinder.
Dengan teknologi common-rail, pembakaran pada mesin diesel menjadi lebih efektif, lebih bersih, dan hemat dalam mengonsumsi bahan bakar. Tingkat kebisingan pun menurun drastis, yang antara lain juga diakibatkan menurunnya rasio kompresi. Pada mesin diesel common-rail, perbandingan tekanan 1:18, lebih rendah daripada mesin diesel biasa yang berkisar antara 1:20 sampai 1:25.
Namun, mesin diesel common rail mempersyaratkan solar yang kandungan partikelnya maksimum 500 ppm. Kendati, beberapa merek tertentu masih bisa memberikan toleransi sampai maksimum 1.000 ppm.
Selama ini, mobil-mobil bermesin diesel common-rail mengalami masalah, karena solar yang tersedia di pasar kandungan partikelnya 4.000-5.000 ppm, hampir sepuluh kali lipat di atas ambang batas yang dapat ditoleransi. Akibatnya filter bahan bakar mudah tersumbat, dan mesin pun mati karena suplai solar ke ruang bakar terputus. Dengan demikian, mobil harus bolak balik ke bengkel untuk membersihkan atau mengganti filter bahan bakar.
Menanggapi permintaan
Arman Siswandi dari Kelompok Ahli Pengembangan Pasar BBM, PT Pertamina (Persero), mengemukakan, penyediaan PertaDEX itu dilakukan untuk menanggapi permintaan konsumen akan bahan bakar solar yang kandungannya partikelnya sekitar 500 ppm.
Dari survei yang diadakan, diketahui bahwa di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi ada sekitar 4.800 sampai lebih 5.000 unit mobil bermesin diesel yang menggunakan teknologi common-rail. Itu sebabnya pada tahap awal Pertamina akan memasarkan PertaDEX sebanyak 4.000 kiloliter per hari.
Agar kualitas PertaDEX tetap terjaga, maka penyaluran PertaDEX akan dilakukan oleh mobil-mobil milik Pertamina sendiri dari kilang di Balongan langsung ke SPBU. Dan, lepas kilang, partikel yang dikandung PertaDEX 287 ppm. Melalui proses transportasi dan penyimpanan di SPBU, Arman Siswandi memperkirakan partikel yang dikandung PertaDEX akan meningkat dari 287 ppm menjadi maksimum 300 ppm.
Selain memenuhi persyaratan untuk mesin diesel yang menggunakan teknologi common-rail, PertaDEX juga ramah lingkungan. Sebab itu, PertaDEX juga baik digunakan oleh mobil yang bermesin diesel biasa atau diesel turbo. "Jika kualitas solarnya lebih baik, tentunya pembakaran lebih efektif sehingga konsumsi bahan bakar pun lebih efisien," kata Arman Siswandi.
Sebelum dipasarkan, PertaDEX (287 ppm) diuji coba secara saksama dengan menggunakan mobil Toyota Innova Diesel yang menggunakan teknologi common-rail. Dengan menggunakan PertaDEX, Toyota Innova Diesel itu menempuh rute Merak-Jakarta-Bandung pergi pulang (pp) sampai menembus angka 10.000 kilometer. Bukan itu saja, Toyota Innova Diesel itu juga diuji coba di laboratorium di Pusat Penelitian llmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong. Walaupun dikendarai secara Spartan, getaran mesin Toyota Innova Diesel hampir tidak terasa, knalpotnya pun tidak mengeluarkan asap.
Saat menempuh perjalanan dari Puspiptek, Serpong, ke Bandung lewat jalan tol Cipularang, hari Jumat (5/8) lalu, Toyota Innova Diesel melaju secara mulus. Kendati dipacu sampai 120 kilometer per jam di ruas jalan yang menanjak, suara mesin tetap halus, getaran tidak terasa, dan asap pun tidak tampak keluar dari knalpot.
Suara mesin yang bergemuruh, bodi yang bergetar, dan knalpot yang mengeluarkan asap hitam, yang menjadi ciri khas mobil bermesin diesel, sama sekali tidak muncul pada mesin diesel common-rail yang menggunakan PertaDEX. Asap hitam, enggaklah ya!
Akhirnya Solar + (PertaDEX) muncul juga...
Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit
-
- Member of Junior Mechanic
- Posts: 55
- Joined: Fri Mar 07, 2003 3:15
- Location: Jakarta
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2961
- Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34
-
- New Member of Mechanic Engineer
- Posts: 873
- Joined: Tue Jul 27, 2004 14:03
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 1640
- Joined: Sat Mar 20, 2004 17:59
- Location: in the globe