Perhitungan subsidi Rp 88 Trilyun (that's Rp 88.000.000.000.000,00) di atas, masih menggunakan asumsi harga minyak dunia $ 45 per barrel, padahal harga rata2 tahun ini saja sudah di atas $ 50, bahkan minggu lalu sempat mencapai $ 58. Akhir tahun ini sangat mungkin naik lagi, karena musim dingin di belahan bumi utara dan selatan. Tahun depan rata2nya mungkin bisa mencapai $ 60 per barrel. US dollar pun menggunakan asumsi Rp 9400, padahal sekarang saja sudah di atas Rp 9600.Skenario Subsidi BBM dalam RAPBN 2006
Asumsi Nilai Tukar (Rp/US$) = Rp 9400
Plafon Subsidi BBM (Rp triliun) = Rp 88 Trilyun
Asumsi produksi 1,075 juta barel per hari
Harga minyak internasional US$45 per barrel
Sumber : Panja RAPBN 2006
Tidak heran kini supply BBM kritis, karena dana subsidi 2005 sebenarnya tidak cukup, karena masih menggunakan asumsi harga minyak $ 36 per barrel.
Perhitungan subsidi 'riil' tahun 2006 secara sederhana :
Rp 88 Trilyun pada harga minyak $ 45 per barrel dan Rp 9400/dollar, akan menjadi sekitar Rp 120 Trilyun pada harga minyak $ 60 per barrel dan Rp 9600/dollar. Dan Rp 120.000.000.000.000,00 ini akan habis dibakar begitu saja.
Subsidi Rp 120 Trilyun dibagi dengan jumlah penduduk Indo yang dibulatkan ke atas menjadi 240 juta orang = subsidi BBM Rp 500.000 per orang.
Harga premium sekarang Rp 2400 dengan asumsi harga minyak $ 36 per barrel (APBN 2005). Jika harga minyak $ 60 per barrel, harga premium seharusnya Rp 4000 jika tanpa subsidi. Dengan pertimbangan pemerintah tidak mau didemo dan dilengserkan, harga premium 2006 akan tetap Rp 2400. Jadi subsidinya sebesar Rp 1600 per liter.
Asumsi dipersempit lagi, dipersempit pada penggunaan premium untuk mobil dan motor sesuai mayoritas anggota forum ini.
'Jatah' subsidi tiap orang anggota forum ini adalah sekitar Rp 500.000 per orang per tahun (2006), atau cukup untuk membeli sekitar 300 liter premium bersubsidi (300 liter x subsidi Rp 1600 per liter = Rp 480.000)
Tapi, tidak setiap orang akan menikmati penuh. Seorang pemilik motor yang misalnya hanya mengisi 5 liter bensin per bulan (misalnya hanya untuk pulang pergi sekolah), dalam setahun dia hanya membeli 60 liter bensin atau hanya menggunakan 'jatah' subsidinya sebesar Rp 96.000, dari 'jatah' Rp 500.000 setahun.
Sebaliknya, seorang pemilik minivan misalnya, yang mengisi 50 liter premium bersubsidi tiap minggunya, menghabiskan 200 liter per bulan, atau 2400 liter per tahun. Ia menghabiskan 'jatah' subsidi sebesar 2400 liter x Rp 1600 per liter = Rp 3.840.000 dalam setahun, atau hampir sebanyak 'jatah' subsidi untuk 8 orang.
Ini bisa terjadi karena dari 240 juta penduduk Indonesia, sebagian besar tidak memiliki mobil yang untuk ukuran pendapatan per kapita kita, masih termasuk barang mewah. Bahkan masih lebih banyak pemilik motor daripada pemilik mobil.
Siapa yg lebih diuntungkan dengan adanya subsidi ini? Pemilik mobil yang mengisi mobilnya dengan premium bersubsidi (termasuk aku sendiri).
Karena itu aku mendukung pencabutan subsidi premium secara bertahap. Hal ini juga akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya menghemat BBM.
Tapi, pemilik mobil yang mengisi mobilnya dengan Pertamax atau Pertamax Plus yang tidak disubsidi, dia bahkan tidak menggunakan satu rupiah pun dari 'jatah' subsidi miliknya, dan dia 'memberikan' jatahnya itu pada :
1. Orang miskin yang tidak punya mobil dan hanya beli minyak tanah untuk memasak.
2. Pemilik mobil yang lebih mewah dari mobil dia sendiri, tapi mengisi mobil mewahnya dengan premium.
Karena itu, alangkah baiknya jika rekan2 yg memiliki mobil dengan harga misalnya Rp 200 jutaan ke atas, tidak menggunakan premium bersubsidi, tapi gunakanlah Pertamax. Agar konsumsi premium secara nasional bisa turun, dan lebih banyak uang bisa digunakan untuk pembangunan daripada untuk dibakar begitu saja.
Don't be seduced by the dark side. "Take what you need, give what you can."
Untuk pemilik mobil2 yg harganya Rp 200 jutaan ke bawah, rasanya masih wajar jika masih menggunakan premium, tapi jika mampu, tidak ada salahnya jika sekali2 menggunakan Pertamax. Mesin pun akan senang sekali2 diberi bensin bersih, hahaha.
Dan untuk semuanya, tidak ada salahnya mencoba alat penghemat bensin yang sudah terbukti bekerja dengan baik. Penghematan dalam jangka panjang akan menggantikan biaya pembelian alat tersebut.
Daripada pindah dari Pertamax ke premium yang bisa merusak mesin2 mobil yg minimum RON-nya di atas 88 (premium), lebih baik gunakan alat penghemat BBM untuk menghemat sebesar 10-15% dan tidak merusak mesin.
Just my two cents.
