^^
hehehe GV d luar top uy... cuma di indo aja, ntah mungkin market strategynya berbeda.. di sini lebih ngejar valuenya, padahal sekalian masukin versi 4x4 3door, dgn fitur polos juga gpp buat neken harga jual... jadi bener2 "car for having fun"
btw ni ada gosip foreseter diesel
[quotes]
Ditemui beberapa waktu lalu saat acara test drive Forester bensin di Ancol, Glenn Tan Group Chief Executive of Motor Image menyebutkan kondisi solar di Indonesia yang memiliki kadar sulfur tinggi membuat pihaknya merasa khawatir.
“Saat ini kami sedang meneliti bahan bakar solar yang terdapat di Indonesia. Bila sesuai dengan spesifikasi mesin diesel Boxer yang dimiliki Subaru, tidak tertutup kemungkinan akan masuk meski belum tahu kapan. Tapi sampai saat ini kami belum bisa mengkonfimasikan lebih jauh,†tutur Glenn Tan.
Impreza dan Forester diesel tersebut berkapasitas 2.0D yang dipasangkan dengan transmisi baru manual 6-speed. Mesin diesel Boxer juga akan mendapat saringan partikular baru yang lebih baik. Subaru menyatakan mesin Forester 2.0D sungguh membanggakan dalam konsumsi bahan bakar yang diklaim mampu mencapai 16 kilometer untuk setiap satu liter solar dengan kadar emisi rendah sekitar 167 g/km.
Tenaga Forester mencapai 147 hp dan torsinya 348 Nm. Sedangkan varian Impreza menghantarkan daya sebesar 150 hp pada 348 Nm. Tenaga dan torsi puncaknya itu dapat dicapai pada 3.600 rpm dan 1.800 rpm.
Sementara itu, permasalahan solar memang menjadi momok menakutkan bagi para ATPM yang hendak memasukan mesin versi diesel. Kandungan sulfur yang terlalu tinggi diatas 3.500 parts per million (ppm) menjadi kendala karena efeknya bisa menimbulkan kerak di mesin diesel. Sulfur sendiri memang diperlukan pada bahan bakar solar untuk mencegah pre-detonation atau meledaknya bahan bakar sebelum masuk ke ruang bakar.
Kandungan sulfur yang berlebihan sangat berpotensi menghasilkan kerak pada injektor bahan bakar selain pada ruang bakar. Seperti diketahui pengkabutan bahan bakar (solar) yang bagus dari injector akan sangat berpengaruh pada pembakaran yang sempurna, dan jika kandungan sulfur berlebihan pada kendaraan yg sudah berstandar Euro-2 akan mengakibatkan kerak, hal itu berpotensi menyumbat injektor sehingga tidak terjadi pengkabutan yg sempurna yang akan membuat performa mesin menurun.
Bila kerak tersebut semakin bertumpuk maka Injector akan mudah rusak. Kerak juga bisa tertinggal di celah-celah ring piston, sehingga membuat pergerakan piston terhambat. Jika dibiarkan, hal ini akan membuat mesin diesel cepat rusak.
Memang saat ini pemerintah mengklaim bahan bakar solar di SPBU di seluruh Indonesia sudah memiliki kandungan sulfur di bawah 3.500 ppm, sesuai komitmen Pertamina per 31 Maret 2007. Pembatasan sulfur ini berkaitan dengan keputusan pemerintah melalui peraturan Kepmen LH No. 141/2003 tentang emisi gas buang yang intinya pabrikan otomotif diwajibkan memproduksi kendaraan yang rendah emisi dengan standard Euro-2 mulai 1 Januari 2007. Coba bandingkan dengan di Benua Eropa yang memiliki standar emisi bahan bakar diesel untuk Euro-2 kandungan Sulfur harus dibawah 500 ppm.
Kendati sudah ada keputusan pemerintah, namun banyak ATPM meragukan kebenaran kandungan sulfur tersebut. Buktinya hanya sedikit sekali pabrikan otomotif Indonesia menjual versi diesel yang telah dilengkapi teknologi Common-Rail. Kalaupun ada hanya Pertamina Dex, Shell, dan Petronas yang mampu memenuhi kebutuhan mesin diesel terkini, itupun dengan lokasi pengisian yang terbatas hanya di Jakarta dan sekitarnya. [O1]
http://www.inilah.com/berita/otomotif/2 ... indonesia/
[/quotes]
lagi2.. masalah sulphur.... padahal boxer diesel engine 147hp & 348 Nm gede tuh... lebih besar dri everest dan torsinya lebih gede dri captiva.. d tambah manual 6speed AWD hmm.. andrenalin riser...
thx
