Penyerapan budaya asing seperti inilah yg terkadang membuat pertentangan antara di antara manusia lokal, terutama antara yg sudah terinfeksi virus luar dgn yg masih murni. Ini wajar saja. Umumnya mereka yg mudah mengadaptasi budaya adalah kaum muda yg sedang menambah wawasan seluas2nya. Sebaliknya mereka yg sulit beradaptasi, umumnya kaum tua yg memiliki anggapan wawasannya cukup luas.
Kalau diperhatikan lebih jauh lagi, budaya yg saat ini dipahami oleh orang2 tua sekarang, sebetulnya juga merupakan campuran dari berbagai macam budaya jaman dahulu, seperti arab, cina, india dll. Saat dulupun, mereka juga mengadaptasi berbagai macam budaya. Bohong deh kalu dahulu mereka tidak pernah lihat celana cutbrai, rok mini, kemeja dgn kancing terbuka lebar, rambut ala beatles, dll. Entah kalau lebih lama lagi, yg jelas pasti ada pada tiap masa.
Mungkin masa itu belum ada pacaran model, pegang2an, pluk2an atau ciuman di muka umum. Namun saat ini sudah berubah. Itupun tidak disetiap kota. Mungkin terjadi di kota2 besar saja. Tetapi bisa saja menyusul beberapa tahun lagi di kota2 kecil di Indonesia. Entah pada masa2 10 tahun mendatang. Bisa jadi malah tambah parah, atau malah hilang sama sekali. Seperti yg terjadi pada mode pakaian. Ada jamannya pakaian serba tertutup, ada jamannya pula pakaian serba terbuka.
Kembali lagi pada siapa yg jadi pusat informasi dunia? Siapapun tahu kalau budaya Jepang pun ikut mempengaruhi budaya dunia pula. Kalau mau kembali ke jaman pacaran serba sopan, silahkan tunggu saat pusat informasi dikuasai oleh agama (kebanyakan agama memang mengajarkan utk pacaran yg serba sopan, bukan?). Tapi utk saat ini sepertinya sulit yaa...
