Sejujurnya saya nggak ngerti apa tujuan Suzuki pakai nama “Grand” Vitara lagi. “Grand” dalam kamus permobilan selalu dianggap produk yang lebih besar, atau lebih upclass. Misalnya Grand Cherokee adalah Jeep Cherokee versi lebih besar. Ya kalau Grand Innova sih bisa-bisanya Toyota Indonesia aja.
Berlaku juga dengan “Grand” Vitara. Suzuki punya tradisi menamai “Grand” buat varian Vitara / Escudo yang lebih besar atau upmarket. Misalnya Grand Escudo XL7 (yang mana lagi-lagi dipake buat namain Ertiga crossover), dan Grand Vitara adalah Suzuki Vitara 5-doors.

Suzuki XL-7 yang "asli" bukan Ertiga tinggi
“Oh Chz anda kurang fact check bahwa dimensi dari Vitara baru ini hampir sama dengan yang dulu.”
Masalahnya kalau pakai patokan dulu, Honda HR-V baru juga dimensinya sudah deket sama CR-V gen 3. bahkan Suzuki sendiri sudah nge-drop nama “Grand” di Vitara generasi 4 karena konsepnya sudah berubah dari midsize ke compact.
Jadi ketika Grand Vitara kembali dihidupkan, rasanya kok saya berhak punya ekspektasi dan high hopes bahwa mobil ini wajib punya trait seperti old Grand Vitara which we all know and love. Saya sendiri punya kenangan banyak dengan Grand Vitara 2.4.

Lucunya saya search nama "Grand Vitara" di google, yang muncul justru Grand Vitara lama. Google saja bingung mobil ini GV beneran apa bukan...
Sayangnya dengan disuntik matinya "Grand" Vitara, adalah bukti bahwa mobil ini tidak diserap pasar sebaik Honda CR-V. Bahkan Suzuki malah menurunkan kelas Vitara ke small crossover. Adalah sebuah keanehan kalau nama "Grand" nya dipakai lagi. Tapi since hari gini Daihatsu Rocky aja berubah jadi LCGC tinggi so....

Suzuki Vitara
Jadi gimana Grand Vitara baru ini ? Saya mengarahkan steer BMW tua saya ke salah 1 mall yang sedang ada pameran Suzuki karena nggak ada dealer Suzuki yang dekat tempat saya. Iseng - iseng saja siapa tau ada Grand Vitara, eh beneran ada.
Still a looker, even though lacks one important "Suzuki SUV" feature.
Sejujurnya kalau lihat model, GV ini cukup looker. Suzuki berusaha keras membuat kita inget Grand Vitara yang dahulu. Sedikit mengotak, tapi diberi sudut - sudut supaya terlihat modern. Tidak terlihat over-styled. Bahkan boleh dibilang lebih enak dilihat daripada Hyundai Creta. Minimal kalau dibilang namanya Grand Vitara, semua orang percaya. Bentuknya masih rada mirip.
Tapi masalahnya ada 1 dosa besar Suzuki yang ngebikin mobil ini kurang “SUV Suzuki” : mana plastik hitam kecil di samping-samping kap mesin ? Ignis aja punya.

Ruang fendernya besar, bahkan velg 17 dengan ban 215/60/17 masih terlihat growong sekali. Cocok kalau mau modif offroad ala-ala. Ground clearance juga tinggi 210mm.
It looks generic but it tried, at least.
Interior mobil ini sejujurnya generik Suzuki masa kini. Dari masuk kabin saja saya lebih ngerasa ini kayak nyetir XL7 daripada nyetir Vitara. Persenelengnya di dasbor dan posisinya tinggi. Mungkin biar berasa lebih SUV.
Dibekali tilt-telescopic dan joknya cukup enak. Kabin pun lebih luas dari Honda HR-V terutama headroom belakang karena desainnya nggak maksa ala choptop.
Apa lagi ya…. meter clusternya punya display power meter biar kita ngerti ini hybrid-hybrid an gimmick apa bekerja beneran.
Udah, kayaknya nggak banyak yang perlu dibahas deh di dalem. Fitur liat aja udah banyak yang bahas. Oiya ini tipe GX jadi ada sunroof, kalau tipe GL yang lebih rendah lebih murah sekitar 25 jutaan tidak ada sunroofnya.
Ok, langsung ke nyetirnya aja.
It certainly is economical, comfortable, but what else?
Saya benernya ga expect ditawarin nyoba tapi karena ditawarin ya udah deh. Meski rutenya sangat minimalis tapi karena ini juga paling marketnya orang perkotaan saya mencoba gak nitpicking meski dalam hati berharap bisa punya sweet spot untuk mobil ini karena membawa nama salah satu SUV yang pernah cukup lama ada di rumah dan pengalamannya cukup berkesan.
GV baru ditawarkan dalam varian mesin hybrid saja. K15C. power mesin bensinnya 101.6 hp di 6000 RPM yang awalnya saya kira 114hp, ow crap. Torsinya 137Nm di 4400 RPM. Dibantu dengan sistem SHVS lithium ion battery yang mensuplai tenaga tambahan ke ISG (integrated starter generator) - sistem kebanggaan Suzuki, dan dipadu dengan transmisi 6-speed Automatic. Oh senang dong bukan CVT?
Engine bay nya besar, masuk nih mesin J24B
….. sayangnya, nggak terlalu membanggakan.
Rute saya hanya cukup buat explore tenaganya karena cuma lurus bolak-balik dari parkiran mall keluar lalu balik lagi. Kesan pertama saya mobil ini kena jalan bumpy, wow redamannya cukup baik. Enak dibanding Grand Vitara lama yang pakai rigid axle belakang. Tipikal Suzuki mirip-mirip karakter bantingan Ertiga. Lembut tapi nggak membal-membal.
Lalu saya coba jalankan. Display di MID menunjukkan powerflow meter. Eh lho mana nih torsi hybridnya? Battery di gambar sudah ter-charge sekitar 3 bar. Tapi power flow meternya masih menunjukkan saya cuma pake tenaga 101,6hp yang sangat besar itu.
Saya gas sampe 60 kph karena jalannya juga rame, nggak bisa kickdown, ah ini baru ada powerflow dari baterai………. yang nggak ada rasanya. Kalaupun ada ya kecil sekali. It’s not even comparable to HR-V 1.5 DOHC yang kata orang - orang lemot. Let alone dengan Hyundai Creta. Hyundai Creta rasanya seperti SUV performa dibanding GV. Sangat nggak yakin bisa nyalip apapun dengan mobil ini.
Sudah gitu di posisi mobil jalan pelan ada perasaan kurang halus transisi generator supportnya nyala dan mati karena memang dia memberi supply tenaga saat dibutuhkan. Akibatnya waktu putar balik malah beberapa kali rasanya jerky tiba-tiba ada bantuan tenaga.
Nggak bisa explore handling terlalu banyak karena rutenya singkat. Mungkin saya bakal coba lagi kalau ada kesempatan.
It looks promising but...
Sejujurnya saya nggak mau terdengar seperti fanboy innova yang protes innova jadi front wheel drive, atau kenapa Supra kok nggak pakai mesin JZ. In fact, saya justru sempat tertarik buat gantiin HR-V 1.8 karena kandidat lain antara masih mahal (HR-V RS), atau nggak cakep (Hyundai Creta). Jgn ngomongin omoda 5 lah grillnya bikin trypophobia kumat. wkwkwkkwkw.
Tapi sayangnya ya kalau saya mau beli mobil ini, cuma tampangnya yang enak diliat. Apalagi kadung bawa HR-V 1.8 udah di remap. Saya pikir adanya generator listrik mild hybrid membantu ternyata ya terbukti masih belum refined dan tidak berperan besar buat support tenaga.
Dan masalah kedua adalah it’s not even cheap. 394 juta di kota saya, dan no discount. Mungkin satu-satunya alasan beli mobil ini emang karena kita lebih prefer model jeep-ish dibanding sleek macem HR-V, dan dengan ruang fender besar mobil ini bisa dipasang velg + ban ala ala offroad dibikin ALTO style.
Walaupun kalau mau pasang gardan harus cabut itu batre dan kayaknya baik dicabut aja sekalian swap J24B karena ruang mesinnya muat
