steakikan wrote: Mon Apr 01, 2024 5:21
First 1000km Impression
Setelah penantian yg cukup lama, akhirnya unit datang jg pada pertengahan Maret tanggal 17, dan seperti yang sudah di sharekan disosial media memang BQ luarnya kurang apik dan perlu di QC lagi. Gap2 yang cukup besar (hampir 1 jari telunjuk di bagian lampu kanan) dan las yang kurang rapih menjadi attensi termasuk dari merek2 sebelah. Tidak ada apa2, sama seperti awal2 Xpander yang jg unitnya bnyk masalah seperti Idle up dan kabel yang tidak tertancap rapat E5 ini saya lsg test yang sampai saat ini sudah di 1700km di odometer.
First Week mobil dipakai cukup santai dengan perjalanan paling jauh saat itu ke Kelapa Gading dan PIK2. Isu pertama muncul pas mo charge di rest area tol Jakarta Serpong dimana harusnya bisa 50kW tetapi yang masuk ke mobil cuma 25kW. Penasaran akhirnya saya test jg di UFC (Ultra Fast Charger) Centerpoint PIK 2 dan ternyata cuma bisa 60kw. Diskusi dengan komunitas awalnya diduga karena persenan battere masih lumayan tinggi jadi saya test lgi pas 23% dan ternyata masih 60kW jg. Sepertinya masih ada masalah dengan charging karena di group jg ada yg bisa 80kW. Sempat jg head unit perlu di restart karena ngehang.
Second week, akhirnya berkesempatan jg untuk di test top speednya nih mobil dan di odomoeter berhasil membukukan 180km/h dengan GPS speed di 176km/h jadi sedikit di atas spec yang hanya 172km/h, fantastis. Pengendaliannya seperti membawa mobil berat dan dengan posisi ban yg FWD steeringnya sepertinya kurang meyakinkan cuma memang kalau soal tenaga mobil ini sangat kencang dengan akselerasi yg flat dri 0-130km/h dan sangat mudah untuk menyentuh 180km/h di speedo. Catatan pas test 180km/h tersebut tenaga yg kluar sekitar 35%-61% jadi sebenarnya mesin masih punya nafas lebih tetapi memang di limit dari sistem. Ban Kumho Ecsta PS71 yang standar dri pabrikan ya biasa saja, cukup berisik dan tidak terlalu memberi confidence yang baik. Steernya cukup berat ketika speed sudah di atas 100km/h jdi menurut saya sudah cukup.
Tanjakan Gundung Sindur. Ada keperluan untuk ke Gunung Sindur dimana jalanannya cukup terjal dan berbatuan, tidak masalah untuk dihadapi oleh E5 walau memang bannya susah sekali untuk menapak dan beberapa x ngespin. Kalau saja E5 ini RWD maka bisa jdi kendaran yang jauh lebih fun to drive, torsi yang instant dan cenderung rata sangat enak sebenarnya buat tanjak2an seperti itu tetapi yg terjadi malah gas harus dijaga kalau tidak bannya jdi spinning liar.
Trip Bandung. Otw dari Gunung Sindur lsg tancap ke Bandung dengan terlebih dahulu istirahat di KM57a sambil ngecas. Chargingnya sempat menyentuh 80kW tetapi setelah 1 menit balik lgi ke 60kW, sepertinya memang perlu di cek di beres modul chargingnya. Tanjakan Cipularang dapat di lewati tanpa perlu ancang2 seperti mobil ICE membuat perjalanan jdi sangat santai dan cenderung membuat ngantuk karena tidak perlu ngapa2in. ADAS pun di test dan sepertinya ADASnya masih perlu optimisasi karena pengendaliannya tidak terlalu smooth terutama di kecepatan 80km/h keatas, ada beberapa kejadian mobil depan sudah ngerem tetapi ADASnya belum respon dan malah jdi rem dadakan.
Keesokannya harinya E5 tersebut dibawa ke tanjakan punclut sambil mensurvey villa2 yang ada disana. Sama seperti di Gunung Sindur gas perlu dijaga dengan baik jika tidak mobil akan spin liar dan cenderung membuang setir, seperti tipikalnya FWD. Ban Kumho standar pabrikan kurang membantu soal grip tanjakan dan mobil perlu di kawal pelan2. Untungnya dengan torsi yang flat gas hanya perlu di toel2 dikit mengitari tanjakan punclut yg lumayan terjal dan so far belum menemukan masalah ground clearance yang berarti. Sepertinya ini indikasi perlu ganti sepatu nih mobil hehehe. Pas turunan mulai kerasa nih logicnya E5 buat regen braking kerasa krg smart, dimana jika sistem sedang regen sedangkan kita injek gas maka sistem lsg balik ke 0% tidak ada progressi perlahan yg terkontrol (misal jika injak sedikit turunin regennya dri 20% ke 15% dsb). Hal tersebut makin terasa pas pulang di Cipularang dimana turunan panjang tol tersebut mobil jdi terasa terhentak2 ky rem yg dikocok2, jika saja sistemnya cukup pintar agar tidak lsg melepas regen tetapi hanya mengurangi jumlah tersebut maka mobil sepertinya akan lebih enak untuk dibawa.
Total cost pengisian listrik hanya 120rb untuk trip dri Serpong ke Gunung Sindur ke Dago/Lembang karena hotel menyediakan charging gratis hehehe jadi cuma perlu bayar yg pengisian di km 57a. Rata2 kWh untuk di tol skitar 15.5km/kWh dan pas di Lembang/Dago skitar 19.4km/kWh
Good point. Driving impressionnya so far cukup istimewa, sepertinya akan susah untuk mendapatkan sensasi performa seperti itu dengan harga yang ditawarkan. Charging selama bukan di luar kota bukan menjadi masalah, hanya mengandalkan portable charger mobil di cas setiap hari dan besoknya sudah penuh lgi. Interiornya juga terlihat mewah dan lebih berkelas dibandingkan dengan lawan2 terdekatnya. Untuk soal performa mesin jg sepertinya melebihi dari spesifikasi yang ada di brosur. Handling jg sebenarnya bagus untuk kelas FWD, sedikit lebih keras dri rivalnya tetapi masih tolerable. Secara overall mobil ini lebih Driver oriented cars dibanding Passenger oriented cars. Satu lagi, ACnya sepertinya lebih dingin dibanding rival2nya sangat membantu pas cuaca di luar skitar 38-41 derajat celcius.
Need improvement. System bawaan terlihat masih beta, dimana UI yang berantakan dan mengakses beberapa fitur seperti Ventilated seat, Energy Recovery setting dan ADAS perlu lebih dari 2 touch. Untuk sebuah mobil yang semua di set via Touch screen ini kurang acceptable, ditambah short cut yg bisa di customize sangat terbatas. Speedometer juga walaupun besar tetapi informasi yang berguna sedikit, seperti tidak adanya real time power consumption/regeneration, tidak ada trip a dan b, battery information yang hanya dalam bentuk percentage dst. Peta di speedometer jg kurang berguna karena bukan peta dri Carplay atau AA. AEB jg sudah beberapa kali melakukan phantom brake karena disalip motor, alangkah baiknya jika fitur ini dapat di nonaktifkan permanent karena tidak cocok untuk Indonesia, hal ini makin di persulit karena untuk mematikan fitur seperti ELK dan AEB perlu menu diving yg cukup dalam tidak seperti beberap mobil yang hanya perlu 1 sentuhan untuk mematikan fitur tersebut.
ADAS juga masih seperti beta software, cenderung ragu2 dan kurang smooth yang mengakibatkan penumpang mual2. Jarak terdekatnya juga masih 1 space mobil dimana jika macet2an di Jakarta siap2 sering disalip motor dan mobil, plus pengeremannnya tidak smooth palagi jika ada yg menyalip. TJA hanya berguna jika macet di tol, itupun jika tidak ada yg salip2an karena jaraknya terlalu jauh dengan mobil depan. Lane centeringnya cenderung terlalu kiri jdinya mepet sama mobil di lajur kiri atau tengah, dan klo pas belok juga seperti ragu2 klo terlalu tajam kaya di tol Jakarta-Serpong yg ICAnya suka mati.
QC juga perlu di improve, so far kamera kanan sudah ada masalah, bagasi sempat gk mau ke lock dan pas di charge juga beberapa x sering tidak mau konek. Sebetulnya mobilnya cukup solid tetapi pas assembling sepertinya kurang rapih. Port charging dan Frunk jg tidak bisa dibuka via kunci menambah ribet jika ingin mengabil charger di Frunk karena 2 2nya tidak bisa dibuka barengan harus gantian buka tutupnya. Sensor kunci jg sepertinya tidak ada di charging port jdi mobil suka kekunci sebelum charger di copot.
Headunit juga sepertinya tidak dapat lari dri masalah, mulai dari player yg kalau mesin di restart bukan kembali ke folder tetapi malah jdi alphabetical play order plus Carplay/Android auto yang suka susah konek dengan sistem head unit. Keluar akses ke home jg tidak ada shortcutnya, ditambah banyak menu diving untuk fitur2 yang sebenarnya bisa di optimize lgi UX/UInya. Ini juga belum cerita Cinglish yang translasinya agak gmn2 gitu kadang bikin pusing untuk setting2 sesuatu di E5. Manual book yang diberikan ATPM juga sekadar di translate dri versi Aussienya saja (karena ada nomor kontak emergency Australia bukannya Indonesia yg di tulis) dan sepertinya ada konten2 yang hilang dari manual tersebut sehingga hrs di cari2 sendiri.
Annoying Removal. Ya betul, ada 2 fitur yang ada di brosur tetapi tidak ada di unitnya yaitu Rearview Mirror with DVR dan AC with PM2.5 filter. So far komennya hanya specifikasi dapat berubah sewaktu2, and yet sampai sekarang brosur yg di websitenya aja masih ada 2 fitur tersebut. Agak kurang professional
Conclusion, mobil ini sebenarnya enak dan bagus, cuma isu2 mulai dari yg sepele sampai yang mengganggu membuat calon pembeli sebaiknya wait n see dibanding lsg cemplung sambil menunggu pembaruan yang lebih baik. Sangat disayangkan sampai saat ini CSI tidak merespon keluhan2 pembeli awal dengan baik malah sepertinya cenderung tutup mulut, tidak seperti awal2 O5 yang responsnya sangat cekatan. Jika masalah2 diatas dapat diselesaikan dan di improve maka mobil ini cukup recommended untuk dipinang, but until CSI has better response potential buyer shall wait and see or even wait for the competitors offering. Masalah las-an aja ud bingung gimana diselesaikan buat yg early buyer.
It could be the game changer cars but right now it still missing a lot of things.