

Stories
Ini mobil yang mengguncang dunia persilatan otomotif Indonesia, mulai dari merek aja udah kontroversi. and just stop there.
bajaj EV ini (here we go, again), ehm maksudnya Air ini.

Air ini kepunyaan kenalan, dipersilahkan icip2, karena saya tidak tahu diri tentu saja mau test jadi penumpang dulu baru mau nyetir lagi. Test drive dilakukan malam hari dan lalin Jakarta malam itu ramah sekali, Tebet - Grogol 30 menit kurang via toll dalkot.
Exterior
ketika sampai, dari tampilan saja sudah jadi neck breaker, semua orang melihat, bocil2 apalagi lucu ya lucu ya apalagi pas malem ini mobil tidak kalah heboh dari bus akap. Stargazer pun jadi tidak seheboh ini. yang paling menakjubkan tetap saja di soal dimensi yang cuma segitu. Literally, Bajaj like. 3 meter kurang, lebar 2 meter kurang, tinggi 1,5 meter. sepertinya Jetski darat gerombolan namex saja kalah kecil.

Warna yang saya coba adalah Hijau. Pilihan warnanya entah kenapa tidak seperti merek lain, tidak ada yang heboh kecuali kuning, biru dan hijau pastel. bahkan Putih pun ternyata solid gloss white. kalau saya akan pilih racing red in two tone, tapi tidak ada. Roda hanya berukuran 12 inch benar2 memberikan efek visual mini. Tapi salut dengan engineering Wuling, stance kiri kanan depan belakang tidak tercela, everything just right and sijuki made in vrindavan gotta learn something from this Chinese giant. Mungkin kalau mau tampil beda cukup ganti motif velg saja atau inch up seperti yang dilakuin para influencer.

Tapi bukan China brand namanya yang ga bikin sesuatu yg ajaib (not quirky but grasping), handle pintu vertical chrome itu biasa, tapi tanpa mekanikal key sama sekali LOL ini saja temen sampe cari buku manualnya yang versi asli ternyata ada emergency access di balik charging port. Oh tentu saja lampu malamnya itu berkebalikan fungsinya dengan lampu di logo di charging port itu. Logisnya: Lampu logo tsb adalah DRL gitu ya, ini malah jadi lampu malam barengan dengan lampu utama. Lampu malam? ya itu led bar dari ujung ke ujung. DRL? Tidak ada. Tapi acungan jempol untuk output lampu utamanya sangat lebih dari cukup untuk mobil dalam kota ini, bahkan untuk keluar kota pun masih pede.
Mungkin kelemahan terbesar itu ada di Spion Luar yang jangkauan pandangan kurang jauh dan penempatan lampu belakang yang di bumper, bukan di kaca jadi kurang terlihat oleh kebanyakan kendaraan di belakang. untung ada lampu sign di spion yg unik, karena ada di sisi depan dan samping yang terpisah.
dilihat2 dari panel gap and assembling precision, memang bukan yang terbaik, bahkan bisa dibilang masih satu dua level dibawah kerjaan ADM. Tapi sepertinya yang beli kendaraan ini gak mikirin gituan. Oh ya engine hood itu sangat kecil dan bisa dibilang tidak berguna karena untuk akses aki tetap butuh bongkar front bumper dan practically mobil ini jadi tidak ada moncong (mungkin amit2 kalau frontal impact harus siap2 angkat kaki macem pickup jaman dulu = joking).
Overall, sebetulnya kalau ini bukan EV pun mungkin masih bisa laku kalau dari segi tampilan saja, karena bentuknya itu bisa dibilang masuk kategori memikat bukan antara suka atau tidak suka.


Interior.
Pegang kunci, well bentuknya antik, macem kotak kosmetik. apalagi dikasih silicone case unyu gitu. it's quirky for this one. Oh ya varian Standard Range tetap dapet kunci mekanis dengan wireless button.
Masuk ke dalam, bukaan pintu amat sangat lebar, dan pintunya memang lebar, bisa dibilang 60% dari bagian samping kendaraan ini adalah pintu, dan ini sangat membantu untuk keluar masuk terutama baris kedua karena itu bangku cuma bisa slide and recline saja tak bisa fold. duduk di bangku, langsung berasa ah ya ini bajaj bukan mobil LOL.

Entah kerasukan apa tapi sepertinya yg design jok ini mementingkan estetika saja, AESTHETIQUE gaes kalo kata Gen Z. everything covered in white nuance, bikin nuansa lega tambah lega lagi karena kacanya juga ekstra besar.
Dua layar besar di tengah itu practically ga guna, karena terlalu rendah posisinya, its like driving a toddler little tikes in real road. Spion tengah? sama parahnya tapi ya mungkin karena ini mobil kecil jadi kalau dikasih gedean kepentok. Bangku belakang? saya cuma coba duduk, ya memang sempit tapi bearable for very short drive. sayangnya ga cobain pas jalan. Pandangan ke segala arah sangatlah lega, mungkin ini kali ya rasanya nyetir Kei Car (tentu Kei car lebih gede) bukan mobil kecil akal2an sijuki. Dashboard sangat rendah, memang pilar A rada ganggu karena kepala saya sudah nyaris menyentuh plafon dan batas kaca depan itu hampir sejajar mata, but its okay.
Overall, kata2 ergonomic di dalem itu tidak ada, semuanya harus aesthique. Tilt steering angle yang aneh mendekati nyetir pickup, jok yang serba salah sudutnya, bahannya yang entah pake busa apaan, ditambah lagi that Driving Gear Selector placed very awkwardly, begitu juga tombol power window, posisi seatbelt yang jauh ke belakang, steering wheel juga rada aneh sebenarnya tapi ya ini bisalah. Ah dosa terakhir: TIDAK ADA GLOVE BOX dimanapun.
kalau ada yang nyuruh saya nyetir ini mobil sekali jalan kurang dari sejam dan 2-3x mungkin saya masih kuat, tapi ga lebih, karena ini mobil untuk kalangan AESTHETIQUE.



DRIVING.
Depress brake pedal, wait for driving ready, turn to D, voila ga jalan. LOL. Creeping mode-nya rada lemot apalagi kalau auto brake hold engaged. injek lagi gas jalan dan gitu doang jalannya. believe me, kayanya tarikan instan jauh lebih kenceng bom bom car, kalau kata kenalan: ini kaya nyetir mobil anak yang pake aki. Tarikan awal tidak instan, ini macem mobil normal, literally ICE normalish econo box. EV instant response? ga ada apalagi med or high speed. I miss that Nissan Kicks instant response. tapi sekedar buat jalan2 dalkot, you go from point A to B its more than enough, bahkan sorry to say LCGC anda seperti kemahalan di mesin ICE.
Faktor kaya gini memang seperti mengurangi fun factor, tapi kadang2 mendingan kaya gini, karena bayangin kalau dibikin instan macem EV normal, bisa2 ini mobil adalah the next step from emak2 naik LCGC. dan tentu saja anda tidak mau jadi korbannya kan. But, still I wish some way to engage Ludacris mode LOL
Test nanjak? kalau full load akan kepayahan terutama tanjakan ekstrem ya, dan jangankan salah mobilnya salahkan yang bikin itu tanjakan. Tapi tebakan saya ini karena engine management seperti tidak cocok dengan jalanan Indo (ciri khas China brand di Indo) yang jalanannya antik karena sangat bervariasi.
Braking response quite good, dan tetap saja bukan China brand kalo ga ada yang aneh, itu Brake Regenaration Mode super aneh, kalau pilih paling maksimum yang ada ndut2an dan malah bahaya karena ketika lepas gas mendadak mobil langsung seperti direm mekanikal tapi lampu rem ga nyala. Entah kenapa kaya gitu, akhirnya saya pake yang medium saja, dan lumayanlah untuk dalkot, sudah mirip denga One Pedal Mode hanya butuh rem mekanis ketika berhenti total di lampu merah.
Handling? ITS GOOD. SO GOOD that I believe Wuling hire some Lotus dude to work it. Bantingan enak? ngga, empuk? pas. keras? pas. Bikin mabok? ya tentu saja karena posisi duduk tinggi bikin pusing (subyektif) tapi lama2 kelamaan biasa. Tapi ketika nyetir, it can make you smile (selain karena dimensinya) karena feedback steering wheel ya entah kenapa kaya ga pake EPS tapi enteng dan bobotnya pas untuk mobil segini. Dipikir2 ini keuntungan RWD pake gardan?. Ban boleh cuma 12 dengan tapak kecil but it swerve like a snake. Di kecepatan 90 kph pun meyakinkan, bahkan percayalah jauh lebih banyak mobil lebih besar dan normal yang di kecepatan segitu bikin rada2 takut, dan mobil2 kaya gini masih dijual (yeah, i name you, RUSH TERIOS). Bantingannya sangat normalish untuk mobil umumnya dan tentu saja ketolong posisi batere di lantai dan jadi pemberat alami. UNBELIEVEABLE.






NVH.
Engine noise itu ada, dan dari belakang, tebakan saya: bunyi gardan bercampur suara roda. karena peredaman mobil ini sangat minim. saking minimnya suara klakson itu kaya di dalem mobil daripada di luar dan suara efek khas EV ketika mundur atau jalan pelan juga kedengaran di dalam. dan ini point terburuk dari mobil ini selain interior ergonomics. suara keempat roda pun tembus ke dalam.
Bantingan sebagai penumpang pun biasa saja, untuk saya pas pertama2 naik rada mabok karena posisi duduk terlalu tinggi dan mobil ini memang proporsinya tinggi. ketemu lobang tetap berasa gedabak gedebuk, begitu juga sambungan toll, tapi ya itu mesti dipujikan dengan roda hanya segede gitu bisa kasih rasa sebagus ini.

Features & Fun Facts.
1. EV.
2. EV.
3. EV.
4-~. bonus.
Menurut saya sudah kategori kekinian untuk seharga ini. Memang tidak ada TSS atau Honda Sensing sejenisnya. Tapi untuk safety di type Long Range ini cukup banget. karena selling point as EV sudah terpenuhi. Dan ada Wuling Link atau apalah namanya itu semacam remote mobil dari jarak jauh yang konek ke wifi atau bluetooth hape, dan bisa buat buka buka tutup pintu (made up modern problem karena kadang itu BT Remote ga jalan atau server Wuling itu kadang2 Down).
Oh ya itu layar tengah ukuran 10" lebih itu nyaris tidak berguna karena kegunaannya terbatas akibat offline navigation ditambah lagi OS yang dipake Android based tapi di modif habis2an oleh Wuling, juga tidak ada Android Auto atau Apple Car Play (makanya yg pake mau ga mau pasang smartphone holder).
AC sangatlah amat dingin, mungkin kategori AC Pesawat penumpang kali ya saking dinginnya.
dan simpanlah baik2 itu adaptor charging port karena Wuling Air EV ini pake standard China yang mana lebih ga umum lagi dari ChaDeMo di Indonesia. Bendanya si simple cuma plastik gitu doang tapi amat vital. harganya? 500 ribuan.
Untuk Ban ada baiknya stok sebiji, karena di beres konon baru ready stock dan di toko2 ban besar tertentu saja yang ada, ditambah lagi emergency tyre repair kit-nya kualitasnya begitulah.
Charging time untuk 7.7Kwh (paling kenceng yang bisa disedot) itu sekitaran 4 jam dari kosong. range 300 km itu bisa tercapai kalau kata kenalan, dan tentu saja modal nekad plus mau latihan jantung.

Conclusions.
Saya mikir, kalau semua pabrikan bikin ginian, bisa2 itu GREENPEACE akan demo sedunia, karena akan tambah macet kaya apa jalanan kota di dunia, dipenuhi Egoistic Personal Transporter yang ga bikin polusi pas jalan.



Memang ini bukan mobil untuk 99%% orang Indonesia. yang selain isinya netijen mendang mending tapi kaum maha benar yang hobinya mendingan ada tapi ga kepake tapi ga akan beli itu, juga pemuja merek dan fungsionalitas sebagai 3 baris yang lega.
tapi ini sepertinya masuk ke area yang sangat2 niche market. macem sport car atau hyper car atau luxury car. karena terlalu banyak keterbatasan. tapi kalau saya di kategori tsb juga dan atau mobilitas sehari2 saya diisi repeated very short driving times pasti saya beli, seperti kenalan saya tersebut.

Bonus, mobil yg kena kutukan label: xyz killer dan gimana kejamnya dunia otomotif indo

