BACKGROUND
Daripada nulis ulang, saya kutip background yang sudah saya sampaikan pada thread Review MG-HS yang saya buat beberapa waktu lalu :
Ya seperti itulah background-nya, dengan kriteria tersebut otomatis Honda HRV sudah terdiskualifikasi, HRV hanya saya jadikan perbandingan soal fun to drive dan akomodasi pada review ini, karena populasinya menggila, pasti di SM sudah banyak yang pernah nyetir HRVJose wrote: Sun Jul 25, 2021 8:00Sebetulnya alasan review ini pun nggak jauh-jauh dari beli mobil. Tahun 2021 ini usia Camry 3.5Q ditangan saya genap 4 tahun dan Xpander saya udah 3 tahun, harus ada penyegaran biar tetap semangat kerja. Tadinya fix Xpander yang bakal saya ganti, karena kurang cocok dengan karakter saya, kombinasi tenaga culun dan Matic purbakala sukses bikin mobil ini boyo nggak karuan, kelebihannya cuma tampang ganteng & ride nyaman. Tapi cilakanya si Xpander justru dapet kontrak sewa dari sebuah corporate yang bikin dia jadi tambang duit, sehingga ada kemungkinan justru si Camry 3.5Q yg diganti.
Mencari pengganti Xpander itu mudah, tutup mata ambil Innova Diesel tipe G/V, tapi mencari pengganti mobil enthusiast kesayangan itu sulit, ride & handlingnya harus enak sebagai pengganti 277 horsepower yg nggak mungkin lagi didapat pada mobil seharga max Rp.400 juta kondisi baru, yes.. jadwal yg makin padat sudah mulai tidak mentolerir saya untuk meluangkan waktu merawat mobil second tua yang sering problem, walaupun troubleshooting Camry 3.5Q itu mudah dan murah. Sehingga mau nggak mau next car harus mobil baru, atau seenggaknya mobil second very low mileages
So, mulailah saya sempetin untuk Test Drive beberapa mobil, diantaranya Kia Seltos, Hyundai Kona, Mazda CX-3, dan ini, MG HS. Benang merah dari mobil-mobil tersebut adalah tenaga atau torsinya yang besar dikelasnya
So here's the candidates :
1.Mazda CX-3 2.0
Mobil ini menjadi kandidat yang paling saya inginkan sebagai driver, bagaimana tidak, mobil dari pabrikan Jepang yang paling passionate dalam proses engineering hingga menghasilkan mobil-mobil dengan handling terbaik, ditambah mesin 2000cc kepunyaan Mazda 3 yang dipasang di bodi Compact Crossover, ngebayangin power to weight ratio nya saja sudah bikin ngiler dan semua itu terbukti ketika test drive. Sayangnya mobil ini hanya bisa menjadi keinginan, namun secara realita tidak memungkinkan. Karena mobil ini punya dua kelemahan mutlak, pertama akomodasi penumpang dan barang yang sempit buat saya, isteri dan 2 anak, kedua ground clearance yang sangat rendah untuk ukuran crossover, menjadikan mobil ini kurang fleksibel untuk touring dengan tipe jalan bervariasi
2.MG HS Excite
Mobil ini sudah saya review secara lengkap di thread ini : https://serayamotor.com/diskusi/viewto ... p=1182550 . Sebetulnya ini mobil yang sangat bagus dari sisi kualitas interior, namun yang menjadi deal breaker bagi saya adalah Powertrain-nya yang kurang refined. Pakai mesin kecil berturbo plus DCT, mobil ini seakan tidak mendapatkan benefit apapun, kencang enggak, irit pun enggak. Plus Harga Varian Ignite sudah diatas 400 juta, dan varian excite-nya yang sebetulnya harganya cukup menarik karena beda tipis dengan KIA Seltos nggak jelas keberadaannya, stoknya ghoib. Denger-denger varian ini sekarang sudah di take out.
3.KIA Seltos 1.4 EXP
Mobil ini sebenernya enak, tarikan bawah galak plus irit BBM, namun kurva power dan torsinya seperti ngumpul dibawah, sehingga putaran atasnya saat highspeed rada kosong. Agak sayang karena mesin Kappa yg dipakai Seltos produksi India (yang dijual di Indonesia) sebetulnya adalah engine generasi terbaru yang merupakan rebrand dari Hyundai Smartstream, yang ditandem dengan transmisi dual clutch (DCT), tapi pas saya coba kurva power+torque nya kurang enak, seperti kurang sedikit fine-tune powerband & transmisinya. Satu lagi, transmisi DCT-nya dry clutch sehingga rentan panas, dan kalau sudah overheat yang penyebabnya hanya karena macet-macetan, langsung masuk safe-mode alias harus minggir ngadem. Kebayang kalau pas touring kena macet+nanjak, bakalan bikin deg-degan. Kasus ini lumayan sering terjadi berdasarkan laporan beberapa user di komunitas KIA Seltos. Sayangnya waktu itu Seltos Diesel bertransmisi matic konvensional belum keluar

Lalu, kenapa jadinya ngambil Trax? bukankah mobil ini sudah ditinggal ATPM nya? apa nggak madesu ini mobil..? Okay, saya kasih tau alasannya sambil review ya
BRIEF HISTORY Chevrolet Trax sebetulnya lahir lebih duluan dari Honda HRV 2nd generation dalam wujud Opel Mokka, yang sudah launching di Geneva Motor Show 2012. Chevrolet Trax sendiri konsepnya diperlihatkan saat Paris Motor Show 2012, yang kemudian memulai debutnya pada semester 1 tahun 2013, sebagai jawaban atas perubahan behaviour konsumen yang menginginkan mobil yang ultra compact, efisien, sufficient power dan punya ground clearance yang lebih tinggi dari sebuah hatchback sehingga utilitasnya lebih optimal. General Motors memakai Gamma II platform, yang merupakan bagian dari Project GSV (Global Small Vehicle) yang didevelop oleh GM Korea (dulunya Daewoo), dimana Platform ini dikawinkan dengan mesin bikinan Opel yang berkode A14NET (LUJ-Ecotec). Mesin yang sama juga dipakai oleh Opel/Vauxhall Astra, Corsa serta Chevrolet Aveo/Sonic Turbo
Karena Trax merupakan produk dari Car Maker yang diholding oleh General Motors (GM), ia lahir dengan berbagai nama, spesifikasi dan bentuk yang sedikit berbeda tergantung Brand yang memasarkannya, yaitu :
Chevrolet Trax : Amerika Utara (USA & Canada) & Asia Pasifik
Chevrolet Tracker : Amerika Selatan, Russia & Negara ex-Soviet
Opel Mokka : Eropa
Vauxhall Mokka : Inggris
Holden Trax : Australia
Buick Encore : USA (versi upmarket dari Trax dengan fitur lebih banyak)
Di Eropa dan Inggris, penjualan Opel/Vauxhall Mokka laris manis, bahkan sempat mencatatkan rekor 200.000 pesanan dalam 18 bulan sejak launch, menyalip market leader sebelumnya Nissan Juke dan bersaing ketat dengan Renault Captur serta Peugeot 2008 yang merupakan rising star di dunia crossover eropa saat itu. Dimana dengan dimensi yang hampir sama, Opel Mokka (Trax) memiliki space kabin, headroom, legroom dan bagasi yang lebih luas, kualitas ride yang baik serta performance & efisiensi yang menjanjikan. Sayangnya penjualan Trax pada region lain tidak secemerlang di Eropa.
REVIEW
Meluncur awal tahun 2016 dan bermain dikelas Crossover di Indonesia, Trax berhadapan langsung dengan Honda HRV. Trax Hadir dengan 2 trim, LT dan LTZ. Trim LT sangat tidak recommended karena fiturnya "kosongan" bahkan masih menggunakan bukaan jendela model engkol dibelakang, dengan perbedaan harga yang tidak terpaut jauh dengan tipe LTZ. Setahun setelah peluncurannya di Indonesia (2017), Trax langsung mengalami Facelift yang cukup signifikan pada eksterior dan interiornya, karena memang model pre-facelift nya sudah ada dari tahun 2013.
Pada pertengahan 2018, Trax mengalami minor change dengan meluncurkan trim Premiere yang menggantikan trim LTZ. Lucunya trim Premiere ini fiturnya malah berkurang sedikit dibanding trim LTZ, dimana tombol keyess entry yang tadinya ada di keempat pintu kini hanya di pintu depan.
Trax yang saya beli adalah tipe Premiere Last Edition 2019, edisi yang paling terakhir sebelum Chevrolet memutuskan Hengkang dari Indonesia. Sebetulnya tidak seluruhnya hengkang sih, karena proses warranty dan penjualan spare parts masih berjalan. Saat saya beli mileage nya baru 12.000 km, engine bay masih kinclong, dan beberapa bagian interior masih plastikan, absolutely like new condition.
EXTERIOR Saat awal peluncurannya, Trax masih menggunakan bahasa desain membulat ala Chevrolet awal 2000-an. Kedatangan Mazda CX-3 di akhir 2016 yang bertampang cantik, membuat desain exterior Trax serasa ketinggalan zaman, maka di tahun 2017 Chevrolet memasukkan Trax Facelift yang bertampang jauh lebih ganteng. Desain bonnetnya sudah memakai bahasa desain Chevrolet kekinian dengan vibe ala Camaro-ish, saya sih suka banget. Sayangnya perubahan tampang depan tidak diikuti bagian samping dan belakang. Bagian samping dan belakangnya sudah mulai terlihat outdated, seperti Captiva yang dipress. Untungnya, Trax trim LTZ/Premiere menggunakan velg Ring 18 dengan aspect ratio yang pas, sehingga stance mobil ini jadi tetap keren. Oh iya, spek ban yang dikasih tidak main-main, Continental ContiPremium Contact 2, sebuah ban premium yang banyak dipakai sebagai standar pada mobil mewah dan sportscar, ukurannya 215/55 R18, termasuk ukuran yang jarang, makanya harganya 3 jutaan per ban, headlamp sudah projector plus DRL namun sayangnya masih halogen. Overall desain Exteriornya masih oke, a bit conservative with a modern vibe. Secara dimensi, mobil ini memiliki panjang 4257mm, menjadi yang terpendek, namun menjadi yang terlebar (1776mm), dan tertinggi (1674mm) dibanding CX3 dan HRV. Ground clearance mobil ini juga menjadi yang tertinggi dengan 181mm, namun kehadiran lips spoiler dibawah bumper depan membuat GC nya menyusut jadi 157mm, namun karena bahannya rubber, tidak terlalu khawatir jika gesrot.
Segitu aja exteriornya, karena mobil ini sudah lama hadir, pasti sudah pada familiar dengan tampangnya
INTERIOR Interior Trax FL/Premiere berubah cukup drastis dibanding sebelum facelift, dimana layout dashboard dan fascia nya berubah total dengan hadirnya soft panel berbentuk wingshape yang memanjang dari sudut kanan ke kiri berhias real stitching, nice. Satu panel ini bikin interior Trax terlihat lebih mewah 5x lipat dibanding sebelum facelift. Soft panel lain dapat ditemukan di handrest masing-masing pintu, sisanya all plastic, yang saya suka kualitas plastiknya sangat solid dan tebal, 2 tingkat lebih bagus dari HRV & Seltos, dan sedikit lebih baik dibanding CX-3.
Tombol-tombol dan switch pada mobil ini solid dan tactile-nya berasa mahal, walaupun knob AC nya masih model putar yang sudah agak outdated. Lampu pada setiap tombolnya pun ketika mesin dimatikan tidak langsung padam, tapi meredup dan padam secara gradual, berasa naik mobil yang lebih mahal. Kesan mahal masih berlanjut karena di mobil ini sedikit sekali tombol kosong (dummy), jadi merasa worthed beli trim tertinggi karena minim sunatan fitur. Bahan steering wheel bagus, dibalut leather & well stitched, kemudian bisa tilt and telescopic dengan range yang cukup panjang, minusnya tombol klaksonnya keras sekali, saya yang biasa mencet klakson mobil jepang butuh waktu utk membiasakan.
The seats is quite comfortable, bahan kombinasi leather & fabric, walau tidak empuk. Pengaturan Posisi driver lengkap dengan height seat adjustable yang pengaturannya manual model engkol, minusnya lumbar support kurang memeluk badan saat manuver. Minusnya berlanjut ke posisi bangku belakang yang tidak bisa dirubah, untungnya posisinya pas dan tidak terlalu tegak. Headroom sangat lega dan legroom masih cukup memadai untuk orang berpostur 177cm kebawah.
Storage & cup holder melimpah, cup holder ada 10, 4 di masing-masing pintu, 4 konsol tengah, dan 2 di handrest tengah baris kedua. Belum lagi ada 17 storage space, diman ada 3 door pocket di masing-masing pintu yang berjumlah 12, satu di center console, 2 seat back pocket, dan 2 di bagasi. Intinya saya bukannya pusing cari tempat taruh perintilan, tapi malah bingung mau taruh dimana

Untuk ukuran cargo space hanya 360 L, secara angka lebih kecil dibanding HRV dan Seltos yang diatas 400 L, atau lebih besar sedikit dari CX-3. Namun karena body mobilnya tinggi, penempatan barang malah bisa lebih optimal, mobil ini bisa membawa koper lebih banyak dari Seltos dengan placement vertikal, ini sudah saya test karena mobilnya sudah saya pakai roadtrip FITUR
Pada saat launching, mobil ini melakukan breakthrough karena menghadirkan fitur segudang dengan harga yang sangat kompetitif, dimana trim termahalnya LTZ harganya sekelas dengan HRV 1.5 yang merupakan trim entry level.
Electric Sunroof
Cruise Control
Auto Headlamp (Light Sensor)
Headlamp Leveling
DRL Headlight
6 Airbags
ABS, EBD, BA
ESP & Traction Control
ISOFIX Seats
Hill Start Assist
Hill Descent Control
Parking Sensor 4 titik
Kamera mundur dengan guide line sesuai arah setir
Tire Pressure Monitoring System (TPMS) real time
Immobilizer
Electric mirror with auto retract
Spion Tengah Auto dimming
Audio 7" LCD touchscreen with Apple Carplay & Android Auto
Special mention utk beberapa fitur yang menurut saya unik & jarang ada di mobil lain, yaitu :
Pertama, Socket Listrik AC 220 Volt (colokan kaki dua), menurut saya ini fitur simpel tapi gokil di sebuah mobil, sangat useful, dimana jika kita lupa charge laptop di malam hari, kita bisa charge dimobil sambil jalan ke kantor, sering juga kepake untuk charge baterei Camera DSLR & Gopro saat roadtrip, atau colok pemanas air berdaya rendah. Super nice.
Kedua, Headrest Jok Depan bisa disetel maju-mundur, fitur ini juga useful saat long trip atau macet-macetan, kerena kepala bisa tersandar di posisi nyetir
Ketiga Jendela Samping-Belakang Black Tinted setara kaca film 80%, jadi jika mau upgrade kaca film cukup dibagian depan
POWERTRAIN
Salah satu faktor yang membuat saya akhirnya memilih Chevrolet Trax adalah karakteristik powertrainnya yang bisa dibilang unik. Mobil ini menggunakan Gamma Platform II yang dikawinkan dengan Engine A14NET (LUJ-Ecotec) buatan Opel dengan kapasitas 1364cc, Turbo bertenaga 138 hp (140 ps), dan torsi 200 nm. Nah, by spec mobil ini punya fitur Overboost, dimana ECU memungkinkan turbonya untuk overboost selama 10-15 detik yang berefek torsi maksimalnya naik menjadi 220 nm saat overboost. Mesin tersebut menyalurkan tenaganya melalui transmisi 6-speed Hydramatic GM berkode 6T40, transmisi yang juga dipakai Chevrolet Malibu, Equinox dan Cruze Next thing is, the Engine & Transmission mounted low, which is unique karena mobil ini cukup tinggi tapi mesinnya dimount lebih rendah dari Honda HRV dan Mazda CX3, sehingga mobil ini memiliki center of gravity yang baik, dan sangat berdampak positif terhadap natural balance mobil ini.
DRIVE Btw, di section Driving ini saya akan menceritakan sensasi saat pertama kali nyetir mobil ini ketika test drive, sampai saat saya pakai mobil ini sehari-hari.
Saat masuk ke mobil, bukaan pintunya terasa cukup berbobot, dan ketika ditutup suaranya "blek", sangat proper. Tekan tombol engine start, hmm suara idle mesinnya tidak halus-halus amat, bahkan dari dalam ketika pedal gas sedikit ditekan agak mirip suara mesin diesel, lucu juga. Driving positionnya agak commanding by default, tapi karena pengaturan ketinggiannya luas, you can setup either high or low driving position, quite unique.
Pindahkan tuas gear lever ke posisi D, injak gas sedikit, lha mobilnya cuma jalan pelan sekali, ternyata bukaan throttle nya beda dengan mobil-mobil jepang, perlu injakan yang sedikit lebih dalam.
Saya mulai dari hal-hal yang saya nggak suka pada mobil ini dulu ya :
Pertama, Posisi brake pedal mobil ini terlalu rebah, sehingga jika kita atur posisi duduk terlalu rendah jadi kurang nyaman saat injak rem.
Kedua, Mobil ini lebih Jeep feels dibanding HRV, CX3 dan Seltos, yang disebabkan wheelbase nya lebih pendek, so ketika melewati jalan bergelombang goyangannya lebih terasa.
Berikutnya, walau memakai ban mahal Road Noise mobil ini tidak terlalu bagus di jalan yang kurang mulus atau konblok, penyebabnya adalah penggunakan velg besar, profil ban yang cukup tipis dan tapak lebar.
Selanjutnya, mobil ini tidak dilengkapi mode berkendara, sedangkan by default ECU nya akan memerintahkan gearbox agar upshift sedini mungkin untuk menghemat bahan bakar a.k.a ECO Mode. Mungkin cocok bagi orang dengan karakter nyetir santai, tapi bagi driver bertipe seruntulan kayak saya, yang tiba-tiba suka kickdown, rasanya seperti kurang agresif, karena setelah kick down harus nunggu transmisinya gear-hunting, setelah itu nunggu boost nya keluar, kelamaan
Saya juga nggak suka dengan light sensor mobil ini yang terlalu sensitif, yang menyebabkan lampu utama sudah nyala walau hanya cuaca mendung atau melewati deretan pohon besar
Oh iya, BBM yang direkomendasikan untuk Trax adalah RON 95 keatas. Chevrolet sendiri memberlakukan syarat minimal RON 92, sudah saya coba pake pertamax, memang tidak knocking tapi performanya lumayan drop.
Dan yang paling krusial dan mungkin menjadi deal breaker bagi sebagian orang adalah radius putar mobil ini yang buruk yaitu 5,6m atau setara Pajero Sport. Untungnya dimensi mobil ini kompak dan tidak panjang, jadi tetap enak untuk menyusuri jalanan kecil di Jakarta Selatan
Nah, sekarang kita lanjut ke sisi Positifnya, yang membuat saya memaafkan kekurangannya sehingga beli mobil ini.
Pertama yang langsung bisa dirasakan adalah kualitas ride. Bantingannya cenderung firm tapi kualitas dampingnya sangat baik, ride feelnya sudah selevel BMW X1 yang pernah saya coba, atau memimjam kata om Fitra Eri "Bantingannya Dewasa".
Bagusnya, ini berlanjut ke peredaman kabin yang juga sangat baik saat cruising speed dalam kota, yang bikin kualitas audionya yang biasa aja terdengar jelas.
Next, the Engine, spek lengkapnya adalah :
Horsepower : 140 PS at 4900-6000 rpm
Torque : 200 nm / 220 nm (Overboost) at 1850-4900 rpm
Sesuai ekspektasi saya, powerband mobil ini lebih konservatif seperti harfiahnya mesin turbo, dimana boost berada di putaran menengah keatas. Sangat kontras dengan mobil-mobil mesin kecil berturbo kekinian non-eropa & Honda, yang powerband-nya seperti PHP, galak diawal tapi diputaran atas habis, kalau mau coba silahkan test drive Seltos atau MG HS, penyaluran tenaganya kalau digambarkan itu : turbo lag - jambakan power & torsi maksimal - lalu habis. Di Trax, turbo lag-nya lebih minim, karena torsi maksimalnya datang duluan dan powernya generate secara linear, lalu di 2800 rpm turbonya baru spools up dan memberikan dorongan yang rasanya lebih seperti "Vtec kick in yo" a.k.a dorongan jinak, lalu tetap berisi sampai peak-nya di 6000 rpm, feelnya mirip mesin i-Vtec K-series nya Honda, me like it.
Itulah kenapa mobil ini top speednya tembus 200 km/h, sudah saya test sendiri, bahkan beberapa teman di komunitas Trax bisa dapat 210 km/h dalam kondisi standar
Namun, side effect dari powerband seperti Trax adalah konsumsi BBM-nya yang tidak terlalu irit. Dalam kota rata-rata hanya 1:10 km/liter, sedangkan luar kota 1:15 - 1:17 km/liter. Well, untungnya daily driver saya sebelumnya adalah Camry 3.5Q, jadi tetap terasa jauh lebih hemat.
Next is Transmission. Tenaga mesinnya disalurkan melalui transmisi A/T 6-Speed Hydramatic GM (6T40) yang perpindahan gearnya sangat halus dan seamless. Kehalusan dan kecepatan shiftingnya selevel dengan Skyactive Mazda, hanya kalah pintar saat gear hunting. Oh iya, ada satu yang unik, klo nggak mau dibilang aneh, yaitu posisi Manual mode yang up/down nya terletak di jempol, ya jempol. So, yang biasanya kita towel gear levernya ke depan/belakang, disini kita pake jempol untuk melakukan itu. Sangat sayang sebetulnya, karena ada semacam hidden gem pada mode manual transmisinya, yaitu sensasi "Heel and toe" atau Rev-matching saat kita downshift manual. Saya sendiri menyadari hal itu saat nyetir ugal di tol, segera setelah braking saya biasanya akan downshift untuk mendapatkan momentum akselerasi yang lebih baik, dan saya langsung kaget karena tidak ada efek jerking yang lumrah dirasakan saat downshift manual, it's soo smooth, transmisinya seakan sudah tahu dan langsung menyesuaikan rpm sesaat setelah downshift, sehingga kita langsung dapet momentum akselerasi tanpa sensasi jerky atau sentakan yang menahan laju mobil. What a brilliant thing in a non-performance car like this
And here comes the best part, GRIP
Why I said "Grip"? coz actually this is not the best handling car in it's class. But when it comes to Grip, this is the best one. As I said before, the engine & tranny mounted low, lower than the competitor, so it has a better center of gravity, generating natural balance that positively affect the grip. Ditambah lagi penggunaan ban ContiPremium Contact2 yang sangat grippy, jadilah mobil ini terasa sangat napak dengan aspal, mau low speed, cruising speed, maupun high speed, tidak ada gejala melayang, saya coba sedikit manuver saat kecepatan 180 km/h, ada sedikit body roll karena bodynya tinggi, but the car can maintain the sticky feels to the road, feels so safe. Sayang seribu sayang, steeringnya terlalu smooth, tidak sharp dan agak lambat. Makanya secara overall handling masih kalah dari CX-3. Oh iya ada cara simple untuk mengurangi rasa body rollnya, yaitu dengan menurunkan seating position serendah mungkin, trust me it's work, rasa body rollnya berkurang cukup signifikan.
Kombinasi ride enak, transmisi smooth, dan peredaman bagus saat cruising speed menyebabkan mobil ini minim rasa "sense of speed", sehingga mobil terasa lebih pelan dari kecepatan aktual. Ini bagai pisau bermata dua, bisa positif karena nyaman, bisa juga negatif. Jadi ceritanya ketika di tol setelah saya geber dan menurunkan kecepatan, saya ambil jalur paling kiri untuk keluar tol. Saat menjelang belokan patah exit tol, saya baru sadar speed masih 130 km/h. Bener aja pas saya belokin setir, ban depan bunyi karena efek understeer, langsung hard braking & regain control. Weleh, mobil ini bisa bikin orang terbuai karena kurang sense of speed
MAINTENANCE
Selain brand, mahalnya maintenance Chevrolet menjadi momok yang bikin orang ogah beli Trax. Saya adalah tipe orang yang sebelum beli mobil bekas harus tau apakah mobil yang akan saya beli parts-nya tersedia bukan hanya di bengkel resmi tapi juga di bursa onderdil, harus tau harga parts-nya mulai yang fast moving sampai komponen besar, lalu kualitas troubleshooting bengkel-bengkel spesialisya. Nah kok malah beli Chevrolet yang terkenal mahal? ATPM-nya sudah kabur pulak. Well ternyata itu tidak sepenuhnya benar, dan saya menemukan celah yang positif atas maintenance mobil ini. Namun sebelum itu kita bahas dulu beberapa common problem yang ada pada mobil ini :
-Cooling System, jika anda coba main ke forum Trax, pasti menemukan beberapa user yang mengalami overheat, biasanya mobil langsung masuk ke limp mode. Masalah ini mostly causes of Waterpump, thermostat, atau reservoir radiator tank yang sudah wear out, sehingga harus diganti. Siapkan Rp.5 juta utk tebus Waterpump, Rp.3 juta untuk thermostat dan Rp.2 juta untuk radiator tank
-Fuel Problem, indikasinya performance drop & check engine nyala, penyebabnya adalah Solenoid canister valve yang ngadat karena penggunaan BBM dibawah requirement. Siapin Rp.2 juta utk nebus parts nya
-Turbo Cooling pipe, salah satu penyebab overheat, penyebabnya bisa dari kualitas BBM, bisa karena fungsi thermostat sudah memburuk, siapin Rp.5 juta untuk beli satu set
-Brake pad cepat habis, biasanya hanya terjadi pada unit yang sering dipacu & hard braking, Rp.1,8-2 juta
Most of the problem datang dari parts-parts yang saya sebutkan diatas. Kabar baiknya harga yang tertulis diatas adalah harga parts Genuine GM, dan GM indonesia memperbolehkan penggunaan spare parts aftermarket bermerek ACDelco, dimana brand tersebut sudah "GM Approved" dan tersedia di bengkel resmi Chevrolet. Harganya? jauh gan, ini saya kasih contoh beberapa harga parts ACdelco :
-Waterpump Rp.470 ribu
-Thermostat Rp.400 ribuan
-Reservoir Tank Rp.300 ribuan
-Canister Valve Rp.300 ribuan
-Turbo cool pipe Rp.400 ribuan
-Brake pad Rp.400 ribuan
Pas lihat harga parts ACdelco diatas dan statusnya resmi GM-approved, saya langsung nggak ragu untuk membeli Trax. Bisa dibilang harga parts di bengkel resminya bahkan lebih murah dari HRV apalagi CX3. Satu hal lagi yang unik tapi menyenangkan adalah, karena mostly distributor Trax di Indonasia beralih menjadi ATPM Morris Garage (MG), maka servis rutin Trax dilakukan di bengkel resmi MG yang fasilitasnya lengkap dan ruang tunggunya nyaman. Oh iya, karena Trax yang saya beli adalah last edition dan saat Trax Premiere launch ada program Free Maintenance selama 3 tahun/50.000 km, jadi saya masih menikmati Servis & Parts Gratis sebanyak 2 kali. Nikmat mana lagi yang kau dustakan, wahai pembeli mobil baru yang dari pertama servis udah bayar...!!! hahaha

CONCLUSION
What car you can get with a budget Rp.200 million max..??
Pertanyaan yang hampir sama yang saya ajukan sebagai penutup review Camry 3.5Q empat tahun lalu
Empat tahun yang lalu saya memilih "desire", namun saat itu saya masih punya cukup waktu untuk ngebengkel dan mentoleransi trouble pada Camry 3.5Q karena parts nya murah. Sedangkan saat ini, sudah hampir tak ada waktu untuk ngebengkel dan mentoleransi trouble yang acap kali terjadi.Jose wrote: Wed Apr 04, 2018 6:26 What car you can afford with less than IDR 170 mio in your pocket ?
You can buy a brand new, super small, super efficient and super dumb & dull LCGC car, live in peace of mind, place of Zen, killing the petrolhead desire that you read everyday in Serayamotor, and drive slow in this fast world.
You can also buy a used people carrier, that can carry your whole family, plus your grandparent and your cousins with ultra great resale value, because the car is your investment.
Or...let your desire take control..desire of having a powerful car, desire of speeding, desire of earpleasing engine note..because you had more than 250 horsepower to play with..
Yeah, Life is a Choice, Logic or Desire? Well, I choose Desire...with Logic...hahaha![]()
So, kali ini saya lebih mengakomodir logic dengan sedikit mengurangi desire, dan inilah wujud dari analisa tersebut. Chevrolet Trax Premiere 1.4 Turbo. Crossover compact dibawah 200 juta yang ber-turbo, dengan power & torsi yang cukup besar, handling yang asik dengan grip melimpah, fitur lengkap, serta biaya perawatan yang affordable.
That is the definition of worth every penny
Pros :
- Power & Performa
- Handling, terutama Grip
- Fitur banyak
- Desain OK dan tidak banyak dijalanan
- Ruang penyimpanan & cup holder melimpah
- Maintenance affordable
- Kaki-kaki lebih kuat dari rata-rata mobil jepang (no bunyi-bunyi)
- Harga sangat Worthed dengan apa yang didapatkan
Cons :
- Turning Radius
- Konsumsi BBM biasa aja / tidak terlalu irit dibanding pesaingnya
- Cooling system rentan bermasalah
- Kabin tidak luas
- Jok penumpang belakang tegak
- Pertamax Turbo Mahal