
"ah, another unreasonably priced econobox. 340jt for this?"
tapi semalam tiba-tiba nyokap nyeletuk
"eh Honda BRV baru ya bentuknya, kayaknya ngga terlalu gede. tinggi pula enak. harganya berapa?"
mengingat toyota sienta operasional kami yang mulai banyak maintenance, sepertinya mak ane sudah mulai tertarik ama nih benda 1. tapi atas nama objektivitas, ane pun browsing berapa dimensi BRV ini :
4490mm .......
yak gak usah panjang panjang bahas lebar dan tinggi, krn panjang ampir 4.5m itu udah jadi deal breaker buat mak ane. Hampir 30cm lebih panjang dari Toyota Sienta. doi selalu gak mau mobil yang lebih gede dari Xpander

Tapi berbekal rasa penasaran, sabtu siang kemarin ane meluncur ke diler ahond, dan makin diyakinkan liat ntu unit test udah terpampang depan dealer. Sebenernya niat awal mau jejerin ama CRV tapi parkiran dilernya sempit jadi cuma bisa jejer miring....
Unreasonably Big (?)
Honestly menurut ane perkembangan ukuran LMPV/LSUV belakangan ini tuh ngga masuk akal banget. Sejak muncul Xpander, rasanya bener tuh mobil sesuai namanya "Xpand", LMPV jadi lomba gede-gedean ukuran.
Dan mimpi buruknya : Xpander baru sekarang sudah lebih panjang dari Honda CR-V. Toyota Avanza panjangnya sudah mirip Xpander lama, yang artinya ini sudah bukan compact MPV. Bayangin aja gimana kagetnya orang yang ada rezeki beli avanza baru buat upgrade avanza lama nya, musti upgrade juga kapasitas garasi / carport yang dulu parkirin old avanza aja udah mepet gerbang. Nambah 30cm dalam rentang 10 taun itu no joke sama sekali. Apalagi kalau upgrade nya dari avanza gen 1, yang sangat likely karena tipikal pengguna avanza/innova yang selalu lompat 2 generasi.
dan Honda BR-V.... secara size sebenarnya "hanya" nambah 35mm. 3.5 sentimeter kalo dijejerin juga ngga keliatan. Tapi makin mempertegas kalo BRV lama juga bukan mobil yang kecil-kecil amat.
Tapi visually BR-V baru ini memang "menipu". Shell kabin nya dari pilar A ke belakang itu memang gak gede banget. cuma ane ngerti apa yang bikin dia panjang : moncongnya. Sayangnya panjang moncong ini juga tersamarkan karena body posture mobil ini memang tinggi.
Tetapi kalau tidak bermasalah dengan ukuran kayak mak ane, mobil ini dari segala sisi : estetika dan proporsi, jauh lebih baik daripada previous BR-V, dan dari beberapa sisi, feels premium. ane sangat sulit ngeliat jejak old BR-V atau bahkan jejak Honda Mobilio / Brio di mobil ini.
Bahkan saya berani bilang ini adalah not-so-small SUV di kelas ini yang desainnya paling keliatan mahal dan ngga terkesan abomination macem old BR-V atau Xpander Cross, atau Toyota Rush yang ngga jelas bentuknya mau jadi SUV tapi cungkring banget.
BR-V memberi kombinasi yang bagus bahkan dengan ukuran roda besar dengan ban 215/55/17 dan offset velg yang sepertinya agak keluar krn kesannya ruang roda BR-V ini padat. Nggak seperti pseudo-SUV pada umumnya. Ban juga lagi-lagi diberi Turanza T005a biarpun ini hanya tipe Prestige ya, yang tipe bawahnya pakai velg single tone ban tetep Dunlop Enash*t

Hanya sedikit minusnya, bagian belakang a bit off. Sepertinya tim product planning lupa kalo bagian rear-end ini punya tipe paling basic jadi ngga ditambahin aksesoris apapun. Spoiler pun enggak ada di tipe Prestige Sensing seharga 340juta. Plain vanilla.
Atau simply penjualan Mugen / Modulo kit sedikit berkurang jadi diprotes "ah loe mah jangan pasang spoiler as standard dong, kasih gw dikit nape"
Walaupun satu hal yang positif dari bagian belakang : nggak lagi jadi guyonan "pantatpenyok" macem old Mobilio/BR-V. Mulai nyadar kalo sepertinya crumple zone harusnya di bumper, bukan di bagasi.
Interior : Full of Afterthought and Recycled Parts
Sayangnya ini bagian paling bikin dahi mengkerut.
Man, Honda, c'mon. Kalian punya resource desain salam satu dasbor banyak banget. Bisa kali jangan gini banget. Honda tuh kaya udah kesel dibully salam satu dasbor tapi desain barunya nggak bagus-bagus banget juga. Malah jadi aneh.

Visually saya sangat terganggu dengan bentuk ventilasi AC tengahnya. Sama sekali nggak in-line dengan bentuk dasbor keseluruhan, nggak ada garis flow dasbor yang mengarah ke sana, dia tiba-tiba aja nongol. Ini lebih buruk daripada layar touch screen di tengah dasbor.
Panel instrumennya nggak jelek sebenernya karena ketolong display MID nya yang harus comply ke Honda Sensing, tapi full color MID nya nggak nyambung sama warna panel instrumen yang lain. Kesannya seperti afterthought.
Lalu bagian interior yang penuh dengan recycled parts dari older Hondas. Panel trim pintunya mengingatkan saya pada Jazz GK. Yes walaupun nggak se-cheapo yang lama sih setidaknya.
Handbrake ? Masih recycled dari old BRV, walaupun plusnya ia masih handbrake mekanis, sesuai fungsi handbrake sebagai last resort untuk keamanan. Tapi bisalah kali Honda bikin yang lebih bagus?
Satu-satunya hal yang bisa saya apresiasi adalah penggunaan bahan yang lebih baik dari BR-V sebelumnya. Setir juga terasa lebih mahal. Panel-panel interior rasanya lebih solid. Tapi balik lagi, kalau bandingannya Xpander baru, jelas masih beda kelas.
Intinya, liat interior BRV ini bisa jadi sebuah deal breaker. Apalagi kalo tipikal orang yang beli mobil tanpa test drive. Mungkin nanti tiba-tiba muncul versi dash-lift seperti Mobilio dulu.
Yang membawa kita pada poin berikutnya....
Driving : Honda, as always.
Honda low-end, walaupun sangat terkenal dengan disaster pada interior, tapi saya selalu punya good faith pada Honda urusan mengemudi. It never fails. Sama seperti bagaimana Mobilio 1st generation walaupun dasbornya seperti Chinese cars tapi drivingnya 1 level di atas Toyota Avanza seangkatannya.
Untuk permulaan, mobil ini dibekali dengan mesin L15ZF DOHC sama seperti Honda City dengan figur tenaga yang mirip. 121PS. Mated dengan transmisi CVT, yang lagi-lagi Honda sangat jenius krn tidak hajar pukul rata semua powertrainnya disamain lalu gak dituning ulang.
Masuk ke mobil yang paling terasa adalah : BR-V ini tinggi banget. 220mm ground clearance nya bukan kaleng-kaleng. Naik ke mobil abis dari CR-V rasanya malah saya punya kesan tinggian BR-V. Walaupun driving positionnya tetap khas Honda : rendah, tapi sayang aja ntah kenapa paha ane nggak tertopang dengan benar. 1/4 bagian ke depan masih terlalu pendek. Ini juga problem di seat BR-V dan mobilio lama.
Coba jalankan mobil dan wow.... ini yang saya maksud tadi kalau CVTnya di-tuning sesuai peruntukan. Honda menyadari bahwa extra bobot di BR-V akan bikin mobilnya kedodoran jadi CVT dan throttle response dibuat lebih responsif di awal bahkan dibanding City. Untuk mencapai cruise speed, BR-V tidak kesulitan sama sekali. CVTnya bisa lock-up di speed segini untuk keperluan cruise jadi nggak terasa selip-selip nggak jelas.
Walaupun pada saat uji performance, memang baru keliatan bahwa mesin ini punya ruang lebih buat di improve. Timing pada high-RPMnya ketahan, persis dengan City waktu saya coba. Di BR-V dengan bobot lebih berat lebih terasa lagi. Walaupun saya yakin ini sih masih lebih cepet daripada Xpander baru.
Lalu soal comfort. Saat pengujian mobil ini hanya saya berdua dengan salesman. Bantingannya lebih ke arah firm. Saya malah ngerasa agak mirip feel bantingan CR-V saya walau BR-V pasti terasa di bawahnya, tapi mirip. Mungkin jika dibanding CR-V gen 4 ini masih lebih baik. NVH di kaki-kaki juga berkurang banyak dari old BR-V biarpun kalau atap yah udah keliatan lah dari video yang beredar. Hanya kalau bandingannya suspensi ngayun a la Innova atau Xpander lama, ya BR-V akan terasa sangat keras.
Yang membawa kita ke poin berikutnya : Handling. Steering feedback jelas tidak perlu dibahas, sudah sangat obvious pasti nol, walau yang baru ini masih ada rasanya sedikit.... sedikiiiiiit sekali. Tapi saya sangat impressed dengan behavior BR-V baru ini di tikungan. Kalau ingat ini mobil dengan ground clearance 220mm dan saya agak ngerasa tinggi waktu naik, minimnya body roll dan betapa nurutnya bagian depan saat menghajar roundabout dengan kecepatan sedang 40-60 km/h, safe to say bahwa pengendalian BR-V sangat baik, minimal dibanding Xpander lama, tapi on-par lah dengan New Xpander, malah sepertinya masih lebih nurut BR-V.
Yang perlu digarisbawahi : impresinya bisa berbeda dengan yang tipe bawahnya krn pengalaman Dunlop Enash*t di Xpander pun terasa keras seiring pemakaian.
Verdict : If you don't mind the interior then....
Kita ada di waktu yang aneh, dan dunia otomotif pun makin aneh kalau tidak mau dibilang kacau.
Sekarang kesan saya sudah tidak ada lagi perbedaan antara low-SUV atau low-MPV karena keduanya hanya menawarkan formula yang makin kesini makin mirip. Low-MPV makin hari makin menawarkan sesuatu yang justru dulu hanya dimiliki low-SUV dan vice-versa.
Maka dari itu walaupun nanti ada yang ngotot "lho, BR-V itu kan low-SUV harusnya lawannya Toyota Rush bukan Veloz". Mau sekeras apapun marketing HPM berusaha menjajakan mobil ini sebagai "SUV", tetap saja publik akan membandingkan mobil ini dengan Veloz dan Xpander baru. Ditambah, timing rilisnya berbarengan.
Jadi antara Veloz-Xpander-BRV, pertandingan semakin sengit. Apalagi HPM walaupun blunder besar dengan harga CR-V (yang nantinya tentu saja akan mereka akali dengan diskon besar besaran ala jualan pakaian di matahari

Lagi-lagi, Honda seperti biasa unggul di urusan powertrain, dan saya selalu value engineering dan fine tuning di atas gimmicks. Karena itu selisih 20 juta nya BR-V ini buat saya murah karena memang rasanya sangat fine-tuned di powertrain, dan saya sangat yakin blunder ga bisa nanjak gak terjadi di mobil ini, powertrainnya sudah proven di older models

Tapi lagi-lagi ini soal preference, BR-V hanya layak dibeli kalau anda nggak sakit mata liat interiornya. Kalo sakit mata, just pick Xpander or Veloz.
Kalo saya sendiri dari ketiganya akan pick BR-V tapi tipe Prestige non-Sensing atau E CVT krn saya gak terlalu suka abisin berpuluh puluh juta buat sesuatu yang nggak akan banyak saya gunakan...