Pertanyaan itu melintas di kepala saat pertama kali muncul kabar bahwa Jazz di Indonesia akan digantikan oleh City Hatchback dan bukan Fit generasi keempat.

Fit generasi empat
Buat saya ini aneh, selama ini Jazz ya memang versi hatchback dari City. Pikir saya ngapain Honda repot-repot ganti nama gitu? Kenapa tidak pakai nama Jazz saja, yang secara branding sudah kuat mengakar di Indonesia sebagai small hatchback anak muda ?
Tapi nampaknya Honda punya pikiran yang berbeda.
Secara statistik, Honda Jazz penjualannya selalu didominasi oleh trim tertinggi : RS, dan saya tidak tahu mungkin hasil studi internal HPM menyiratkan bahwa orang Indonesia membeli Jazz karena sport-ness..... karena itu ketika muncul gambar Fit generasi ke-4, mereka segeralah menjawab bahwa mobil ini tidak masuk selera orang Indonesia.

Honda Jazz dari generasi kedua (GE) dijual dalam 2 trim base dan RS, dimana penjualan terbesarnya tentu saja adalah trim RS yang memiliki tampilan lebih sporty.... yang sayangnya di Indonesia hanya kosmetik dan fitur, padahal di Jepang diberi transmisi manual 6-speed.
Lalu kesimpulannya : mari kita buat mobil baru saja.
Dugaan saya Honda melihat pesaing terdekatnya, Toyota yang memasarkan Yaris 3rd gen dengan model berbeda dari versi global. Karena profil badan City Hatchback dan Yaris 3rd gen sangatlah mirip. Low-slung hatchback dengan hidung yang panjang.
Lalu kita masuk ke pertanyaan : apa perbedaan Jazz dan City Hatchback ?
Dari sisi desain, sebenarnya Honda Jazz memang tidak pernah intended untuk jadi mobil hatchback. Sejatinya Jazz adalah mini-MPV. Jika kita sebelahkan Jazz dengan lawan-lawannya seperti Toyota Yaris atau Mazda2, profil badan Jazz akan terlihat sangat gendut. Bahkan Jazz satu-satunya di kelas ini yang punya jendela pilar D besar yang biasanya hanya dimiliki MPV 7-seater. Mungkin inilah alasan mengapa Honda tidak mau menggukan nama Jazz/Fit ke produk baru mereka walaupun dikembangkan dari platform yang sama.
Sedangkan, untuk City Hatchback, Honda hanya mengubah desain City Sedan dengan menghilangkan buntutnya. Jadilah City Hatchback. Yang unik adalah ini berkebalikan dengan masa City/Fit GD dimana City (Fit Aria) adalah Fit diberi pantat sehingga jadi sedan. Entahlah, cara membuat produk yang sungguh aneh. Tapi murah karena tidak perlu banyak ubah-ubah.

Honda City GN, yang menjadi basis City Hatchback.
Jadi, City Hatchback adalah penerus Jazz sekaligus produk yang baru sama sekali.
Desperately in Need of Larger Wheels.
Bagi yang baru melihatnya sekilas, City Hatchback akan terkesan seperti mobil kecil, tapi kenyataannya tidak.
Secara dimensi, City Hatchback memiliki panjang 4.35 meter, jika sulit membayangkan sebesar apa, dimensi mobil ini melar kurang lebih 20 cm secara panjang dari Jazz, dan selisih hanya sekitar 15cm dengan Civic Hatchback. Versi sedannya sendiri memiliki panjang menyamai Civic FB.
Jadi, mobil ini sekarang jadi yang paling gambot di kelasnya. Kinda ironic karena Jazz dulu sangatlah hemat urusan pemakaian ruang.
Urusan gaya desainnya sendiri mungkin agak polarizing. Bagi yang masih merasa Jazz harusnya tidak seperti ini, tidak ikonik seperti Jazz, bla bla bla, ya penjelasan di atas harusnya cukup menjelaskan bahwa ini dua mobil yang berbeda.
Tetapi saya suka bagian depannya seperti smaller Civic dan tidak sulit mencerna desainnya, apalagi unit tes sudah dilengkapi dengan aerokit. Walaupun jika dilihat dari sisi samping, proporsinya agak aneh. Mobil bagian 1/2 atas dan 1/2 bawah seperti mobil yang dipisahkan oleh 1 garis lurus besar. Wheel archnya apalagi bagian belakang terlalu gendut untuk ukuran ban dan velgnya. Tetapi kalau saya lihat di postingan akun instagram City, rata-rata yang diganti ban/velg upsize 1" saja tampilannya jadi ganteng. Apalagi kalau diberi ban dengan sidewall kotak semislick macem Champiro SX2.
Lalu profil bagian kabin yang lebih low-slung dan tidak lagi mengotak seperti Jazz, hal ini memberikan manfaat bagi estetika tapi tidak bagi ruang (nanti dijelaskan di bawah). Sedangkan lampu belakangnya, seperti dimiripkan dengan bahasa desain Fit generasi 4.
Mobil ini diberi ban 185/55/16, velg polish black dengan ban Turanza T-005A. Mengingat banyaknya mobil harga 300-an juta yang masih diberi ban eco LRR, surprising Honda memberi City ban sekelas ini. Mungkin tidak mau kalah dari Yaris yang diberi Turanza ER33. Preview Honda BR-V terbaru juga diberi ban jenis yang sama.
Mobil ini hadir dalam 1 trim RS bertransmisi CVT dan Manual 6-speed, jadi tipe manapun yang dipilih model eksterior dan velgnya sama persis.
Traded Headroom for Legroom.
Di bagian dalamnya saya sangat suka City terkesan roomy dan auranya seperti berada di kabin sedan besar. Pilar AC vertikal dan head unit LCD besar di tengah yang walaupun floating tapi lebih rapi dibanding Jazz/HRV facelift serta yang saya suka : with real buttons. Bukan sekedar tombol touch screen kapasitif yang bikin kita gak bisa ngapa-ngapain selain ke toko audio untuk benerin kalau hang.
Tombol-tombol di segmen AC juga didesain seperti di Accord baru, memberi kesan lebih upclass tidak seperti mobil 300 juta-an generik. Di bawah tombol AC ada laci penyimpanan yang besar-besar dan banyak dengan terselip colokan lighter dan USB yang kelihatan. Gear lever di sini juga ramping seperti desain pada Accord CV.
Satu-satunya minus pada bagian depan adalah instrument clusternya yang kurang atraktif apalagi mengingat zaman sekarang sudah pada hobi pakai layar LCD full warna, bukan layar kalkulator hitam-putih. Kesannya konservatif dan boring... malah lebih menarik lihat 3 dial di Jazz GK dulu. Ini seperti lihat instrument cluster di Mobilio RS / BR-V lama.
Driving position pada City juga lebih rendah dan kursinya nyaman, terasa sangat sedan-like dibanding Jazz dulu walau tetap agak tinggi mengingat platform ini punya tangki bensin di bawah jok pengemudi. Minusnya hanya height adjuster manual, okay di kelas ini memang height adjuster manual semua tapi entah kenapa saya selalu terganggu dengan height adjuster manual di Honda yang rasanya kasar banget, kayak di Civic saya.
Nah, lalu di kursi belakangnya.... TBH legroom belakang mobil ini sangat luas. Bahkan lebih terasa claustrophobic duduk di belakang Civic. Sayangnya, mungkin Honda mendesain ruang belakang mobil ini untuk orang yang proporsi tubuhnya 2/3 terdiri dari kaki, mungkin supermodel, karena ruang kakinya ditukar dengan ruang kepala yang sangat limited. Jika berpikir untuk upgrade Jazz ke City, sebaiknya pikir ulang jika sering bawa lebih dari 3 orang, karena ruang kepalanya sangat..... kecil. Orang dengan tinggi 170 cm ke atas sudah pasti terganggu.
Dan profil sloping roof juga membuat mobil ini tidak se-akomodatif Jazz. Tetapi, City tidak meninggalkan karakter khas platform-B Honda : seating ultra fleksibel. Jadi minimal kalau tidak bisa buat bawa penumpang banyak, bisa buat mobil barang jualan online shop sambil tetep bergaya.
Sayangnya yang agak mengganggu mata di City adalah kebiasaan Honda dengan recycled parts. Ini juga saya temui di BR-V terbaru. Misalnya pada handle pintu dalam (dan luar) yang adalah 100% handle pintu Jazz GK :
Ayolah Honda I get it ini mobil eco yang tidak didesain secara serius... tapi gak perlu se-obvious itu kan

Comfortable Cruiser with Buried Potential
City Hatchback akhirnya meninggalkan good ol' L15Z1 SOHC yang digantikan oleh L15B....
wait....
Sayangnya bukan L15B1 yang terdapat pada Jazz versi Jepang di sini, nor mesin P10 1 liter 3-silinder turbo, apalagi versi e:HEV sport hybrid. Seperti biasa, versi lokal musti di downgrade mesinnya supaya bisa minum BBM pertalite kesayangan kita semua dengan retarded timing dan power yang sangat-sangat direduksi.

L15ZF DOHC, bukan L15B1.
Jadi, City diberi unit mesin berkode : L15ZF. Tetap DOHC, which yang saya duga ini sebenarnya L15B downgraded, dengan tenaga 121 PS @ 6.600 RPM alias lebih besar 1 PS dari Jazz GK, dan torsi 145 Nm @ 4.300 RPM. Yang menarik, peak power tetap tapi peak torque nya turun 500 RPM. Which means mesin ini akan lebih punya punch di RPM menengah. Mungkin ini juga berkat format DOHC yang memberikan karakteristik power lebih merata. Mesin ini di-mating dengan girboks CVT dan manual 6-speed, for more excitement.
Tapi kali ini unit kita adalah versi CVT. Versi yang akan laku keras karena kota besar di indonesia yang semakin macet dari hari ke hari.
For context :
Driver + Passenger number : 3 (+- extra 180-200 kg)
BBM : RON90 Pertalite (confirmed), 1/4 tank
Tyre type, size, Pressure : OEM Bridgestone Turanza T-005A, 185/55/16, pressure unknown.
Track : pavement 80%, beton cor 20%
Tugas pertama untuk mobil ini adalah keluar dari parkiran restoran yang sempit, dengan posisi di depan terhadang d-cab di 90 derajat, dan karena moncong mobil ini panjang saya agak was-was, tapi turns out hanya butuh 1x mundur untuk koreksi dikit. Karena saya punya Toyota Sienta di rumah jadi konteksnya radius putar City bisa dibilang lebih baik dibanding Yaris Joker pre-2020.
Lalu ketika melihat badan mobil ini melar dibanding Jazz GK, saya agak pesimis dengan power mobil ini. Ternyata throttle response awal City tidak terlalu buruk, bahkan boleh dibilang responsif, barely noticing ini mobil dengan transmisi CVT.
Lalu keluar ada lurusan agak panjang saya test power dan........
Seperti specsheetnya, punya nafas yang panjang hingga 6.600 RPM peak power. Ada kemiripan karakter dengan L15Z1 untuk top end nya, dengan kurva tengah yang lebih gemuk. CVTnya juga tidak saya komplen, tidak terlalu banyak selip dan punya rasa virtual shifting.
Secara common sense, orang yang terbiasa dengan mobil "standar" seperti LMPV generik apalagi Toyota Yaris 2NR, akan merasa cukup dengan power Honda City.
Tapi dari perspektif performance and fun seeker, mobil ini tidak kencang, data nya bahkan menyebutkan 1 detikan lebih lambat dari GK CVT. Saya kurang tau kalau manual, tapi barangkali shorter gear ratio dapat membantu akselerasinya.
Saya harus berdamai dengan kenyataan bahwa mobil ini di-tuning supaya bisa minum RON90, bahkan mungkin 88 tanpa ada masalah dan bobotnya yang naik . Artinya, it comes with a price : timing is an issue, dan terasa sekali ketika dihajar sampai redline, top end powernya seperti kurang maksimal.
Bagi teman-teman yang sudah pernah pakai mesin L15A7/Z1, R18, K20/24, not to mention L15B7 atau apapun mesin Honda yang sudah di-tuning ulang dengan BBM kualitas RON98 akan merasakan bahwa timing standar mobil-mobil Honda sangatlah butut. Terbukti banyak tuner bisa extract +20hp lebih hanya bermodal catless downpipe+frontpipe dan remap.
Jadi dengan format DOHC seharusnya bisa lebih di extract lagi. Apalagi jika memang benar ini adalah L15B downgraded artinya performance parts akan sangat berlimpah.
Lalu kekurangan lain adalah soal pengereman. Yang agak disesalkan adalah rem teromol belakang di GK dipertahankan di City. Rem teromol belakang memang punya kelebihan jika diberi muatan memiliki bidang gesek lebih besar, tapi kelemahan terbesar rem teromol belakang adalah performance yang tidak stabil karena tidak punya kemampuan melepas panas yang baik. Beberapa kali saya merasakan rem teromol belakangnya kesulitan mengikuti bagian depannya.
Handling juga.... setir EPS dengan feedback nol, khas mobil-mobil masa kini. Walau saya harus akui feel setir City tetap lebih baik dibanding GK dan HRV yang terasa lifeless but still.... bukan mobil yang handlingnya brilian. Wheelbase panjang dan dimensi yang besar juga membuat mobil ini tidak terkesan terlalu lincah dibanding GK.
Tetapi saya cukup relieved mengingat ini bukan mobil sport, ini adalah mobil hatchback perkotaan dan seharusnya memang seperti itu. Sehingga walau bias saya terhadap performance aspect di setiap mobil yang saya tes, saya mesti apresiasi ada beberapa redeeming qualities membuat City layak diberi price tag 300 juta - yang tidak terlalu mahal mengingat rival terdekatnya Yaris GR Sport dan Mazda2 juga sudah dekat kepala 3.
Kualitas damping mobil-mobil Honda belakangan ini seperti naik 2 level dari Honda pre-2015. Honda sepertinya sudah menemukan racikan yang pas untuk mobil perkotaan sehingga walau travel suspensinya agak pendek tapi redamannya dibuat less aggressive sehingga mengurangi efek goncangan, dan terbukti di pavingblock perumahan tempat test yang tidak rata City terasa tenang sekali, seisi mobil tidak berguncang-guncang atau rasa terlalu lompat-lompat karena set travel suspensi terlalu panjang seperti yang saya rasakan di Xpander. Juga tidak ada lagi rasa glodak glodak seperti pada Jazz GK atau HRV.
Body roll mobil ini juga sangat reasonable, boleh dibilang berkat set suspensi dan wheelbase yang lebih panjang 70mm, City terasa lebih stabil dibanding Jazz GK. Ini memberi karakter tersendiri yang berarti City bisa jadi mobil yang paling nyaman di harga 300 juta-an untuk jalan jauh, walaupun kelincahan untuk di dalam kota sedikit dikorbankan.
Oh ya 1 lagi : mobil ini sangat irit BBM. Terbukti di MID yang belum di-reset ia mencatatkan 11.2 km/l. Quite impressive untuk mobil test drive yang dibawa ratusan pengemudi berbeda.
You'd Consider This
OK. Dengan harga 302 juta OTR di kota saya, dengan diskon standar 6 juta artinya slightly below 300, is it worth it? Dan saya tidak punya alasan untuk bilang tidak.
Ya, performanya compromised, rem belakangnya teromol, tapi it's a Honda, yang artinya slogan built not bought berlaku. Part penunjang performanya sangat banyak di pasaran, dan L15ZF sudah terbukti sangat tune-able. Apalagi jika anda mengambil trim bertransmisi manual 6-speed.
Untuk yang sekedar ingin mobil sehari-hari dan tidak mau 7-seaters, City sangat layak untuk mendapat perhatian, layak dicoba sebelum mencari other alternatives. Mobil ini sangat nyaman, user-friendly bahkan untuk pengemudi pemula dan orang tua sekalipun.
Bahkan jika pun kita cuma mencari replacement untuk Jazz dan HR-V yang sudah aging, mobil ini layak masuk bucket list.