
Saya mengaku saya emosional meresponi perkembangan teknologi otomotif yang perlahan mengarah ke pure electric. Di review CX9 viewtopic.php?f=19&t=30201, ketika saya oot mengatakan "I don't believe in EV" sebenarnya saya sedang tidak terima saja bahwa highly probably I have to submit to the inevitable era of electric vehicle.
Setelah mengambil nafas beberapa saat, saya beranggapan bahwa sejujurnya masa depan pengembangan teknologi combustion memang tidak terlihat cerah. Kalaupun hari ini masih ada sinarnya, sebetulnya asalnya dari matahari senja yang mau terbenam. Just like all earthlings that would ultimately evaporate.

Teknologi pembakaran, yang umurnya sudah mencapai 1½ abad, bagian yang mau di tweak sudah tidak banyak. Kalau di istilah ekonominya ialah seluruh pain point nya sudah ter identified, sehingga yang mau di solve atau dikembangkan sudah habis di telaah berbagai ilmuwan lintas generasi. 2/4/6 strokes, spark/compression ignited, inline, v line, w line, rotary, turbocharger, supercharger, air/water cooled, fossil/bio fuel, gas, hydrogen, coal, iron/aluminum cast, 1-16 cylinder. Ini saja belum menyebutkan evolusi di bagian transmisi. Kalau diumpamakan game, level hero nya sudah maxed out, sehingga playernya sudah harus ganti game atau bahkan beli hape baru untuk mau move forward.
Oleh sebab itu tidak mengherankan kalau hari ini top ten car manufacturers sudah main dua kaki pada lineup produksinya, ICE dan EV. Prius saja sudah dimulai sejak 1997, padahal saat itu masih sebuah masa dimana higher class still equals bigger displacement, masa dimana semua orang malah lagi asik-asiknya menikmati raungan mesin V12 Formula 1, the godfather of all F1 engine, before the eco pathetic-sounded 1.6 litre turbocharged V6 lawn mower engine introduced years later.

1st generation Prius
Langkah para pabrikan besar tersebut jamak dicibir oleh petrolheads sebagai pengkhianatan dan dianggap sangat ambil gampangnya saja. Namun setelah berpikir lebih fair dan jernih, ternyata saya sangat bisa memahami mereka. Rupanya pekerjaan saya sendiri ada di bidang yang sedikit banyak bisa dimiripkan fase teknologinya dengan otomotif, yaitu kemasan berbahan kertas.
Simply saying, industri masal pembuatan kertas umurnya sudah mencapai 200 tahun. Mesin cetak tahun '50 an masih relevan untuk dipakai memproduksi today's goods. That shows how squeezed the development of its tech nowadays. Sehingga secara garis besar persaingan antar supplier sudah tidak berseni lagi selain siapa yang memiliki penawaran harga yang lebih murah.

Early paper machine. Supplier saya masih pakai mesin dari tahun 1920. 100 years old!

1950 German printing machine. Still properly run.

Demi tidak tergerus jaman, saya beli ini.
Jadi sama seperti para pabrik mobil yang tetap ingin menjaga eksistensi, saya sebagai pelaku bisnis kemasan juga ingin tetap eksis. Maka sejak 2012 saya mulai main dua kaki di dua bidang, sekaligus kalau memang diperlukan beralih sepenuhnya ke produk kedua tersebut yang pengembangan teknologinya masih relatif muda, sehingga banyak unknown tweak yang bisa di explore untuk efisiensi sekaligus menghadapi persaingan.
Kembali ke otomotif. Pabrikan mobil bukannya tidak berusaha sama sekali mempertahankan posisi ICE sebagai dapur pacu yang undeniable. Yang saya tahu Mazda dengan Skyactive X nya. Mereka dipuji petrolheads karena keberaniannya mengambil a very unpopular decision dan dianggap masih sangat niat mengembangkan sisi internal combustion yang masih bisa di explore.
Yang mereka lakukan singkatnya ialah pengapian yang menggabungkan fungsi busi layaknya bensin dan kompresi tinggi ala pengapian diesel. Long story short, the best of both worlds. Gasoline horsepower + diesel torque. Sounds too good to be true, but it is. Rasanya bisa dicicipi sedikit di 2.5l turbo CX9, it has a diesel-like launch.


Namun yang bikin saya kembali kedubrak ialah rupanya mereka telah meluncurkan juga EV bernama MX-30. Mazda sebagai my last resort of ICE defender pun compromised. But who can blame them? I'd do the same damn thing if I'm in the car industry. Siapa juga pedagang yang mau terlindas perubahan jaman? Untuk hal yang jauh lebih tidak prinsip seperti fashion dan hiburan saja saya berkeras mengikuti trend, let alone for livelihood.


Kinda séxy
Bagaimana dengan oil industry? Are they now sitting helpless like a sheep on the way to be slaughtered in the butcher house? Saya tidak tahu banyak tentang oil countries di luar. Yang saya sedikit tahu ialah tanah airku Indonesia yang telah resmi meluncurkan bahan bakar jenis B100 dan D100. Dengan jajaran direksi Pertamina baru yang lebih berintegritas, program ini bisa mendatangkan morale boost bagi diesel maniacs terlepas bahwa announcement bisa dimasalkan distribusi nya baru pada 2024. https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/2020 ... -pada-2024
Kita bisa setuju bahwa pertahanan terakhir untuk masih termotivasi memperjuangkan combustion engine ialah alasan fuel economy & fuel price. Sebab banyak kritikan untuk EV tertuju pada sisi perawatan dan penggantian baterai yang akan surmount all the eco numbers it promises. https://www.zigwheels.ph/car-news/5-rea ... xpensive-2
Yang dilakukan Pertamina paling tidak memberikan angin segar bahwa cheap diesel oil akan terus ada, ditambah reputasi sebagian besar mesin diesel yang berkeliaran di nusantara mampu menelannya dan terbukti irit dan tetap tangguh di rentang waktu yang panjang.




Namun lagi-lagi sebelum saya terlalu emosional dengan harapan pribadi, saya kembali bergumam. Setahu saya hanya Indonesia yang memiliki wacana mem-booming-kan sawit dan ethanol gas. Kalau kilang minyak sebuah negara hanya menjual pada market lokal dikarenakan publik internasional sudah tidak ada demand sebab sudah beralih ke ion battery, apakah bisa sustain? Saya tahu jumlah rakyat lokal ialah 270 juta and growing, yes it counts for something.
Oke katakanlah demand lokal cukup banyak, namun faktor lain yang tidak memihak juga sangat besar cengkraman pengaruhnya. Contoh tekanan internasional, betapa banyaknya pejabat pemerintahan lokal tak berintegritas bisa dibeli begitu saja kebijakannya oleh korporasi luar negeri. Belum ditambah tren aturan pemerintah yang memang hanya sepanjang masa jabatannya. Year of politics, 2024, is approaching and it might as well be the end of that cheap diesel program.
I want to have faith in all the efforts and means done by my car brand Mazda and my current local govt. But when the odds are so many against you, it is hard to.

Lithium ion powered car. Is it so inevitable like sunrise or sunset?
Kalau saya ingat-ingat lagi, telepon nirkabel sebenarnya sudah jauh ada di tahun 70an akhir untuk sipil. Begitu juga komputer jinjing, sudah tersedia untuk di beli publik di sekitar masa yang sama. Namun apa yang membuatnya tidak langsung meledak? Tidak setelah puluhan tahun setelahnya?
Price point. Sebelum paling tidak 20 tahun sejak peluncuran perdananya di publik, harga yang ditawarkan hanya untuk sebagian kecil penghuni bumi. Lalu diawal dekade 90an, ketika satelit makin berceceran mengorbit bumi, the wireless era dawned the earth. The global supply chain with China providing cheap labors made the price gradually suit almost all the human on earth. And suddenly me who hadn't reach puberty yet in the 90s, owned a cellphone and was able make a quick call from anywhere like a high ranked wallstreet guy back in the 80s.


Dengan tidak bahagia, saya harus akui proses yang sama sedang undergo pada EV. Hari ini harganya saja belum cocok dengan saya. But when the pricetag and its practicality hit my common sense, saya prediksi idealisme saya membela ICE hari ini would just fly out of the window. So much for my skyactive reviews.
Saya salut pada Toyota yang melihat masa depan dengan mengedepankan pilihan lebih dari satu. 1997 adalah timing yang bisa dibilang tak terpikirkan oleh siapapun untuk mengarang mobil listrik masal, flying cars maybe. Tapi saya belajar bahwa tanpa adanya alternatif berpikir, hidup akan mudah kaget and unprepared for the inevitable alternate scenario.
Ketika kita sudah objektif saja, serta sudah berekspektasi akan the real truth, it's still rarely an easy stuff to welcome. Even uglier for the denial-prone like myself. Kendaraan listrik buat saya, a mega propaganda that are becoming the ugly truth. Berita baiknya adalah even if it's ugly, it's the truth.
Ketika dalam pekerjaan saya dituntut berubah karena margin dan persaingan makin tidak sehat, dan artinya harus melakukan suntikan dana besar untuk revolusi, rasanya juga tidak enak sekali. It's been ok for 20-30 years, why it's happening to me now?? Sebuah pertanyaan retorika lintas generasi yang classic dan ga perlu dijawab. Bahkan saya bisa membayangkan pertanyaan yang sama menghantui para pimpinan car industries dan menyadari bahwa their 100 y/o basic engine principle is actually not eternal and can be obsolete soon.
Saya tidak suka EV, tapi ketidaksukaan saya hari ini tidak akan cukup menahan diri saya membelinya suatu saat nanti, karena bertahan adalah posisi yang jelek di bidang apapun. Mungkin sudah saatnya SM memberikan subforum tambahan khusus untuk EV supaya threads serupa ga berserakan. If our hate for EV doesn't make it go away, it's best to take a deep breath & embrace it willingly.
