Entah kenapa mobil ini seperti menjadi puncak kekacauan QC dari Honda Indonesia - jauh melebihi bahkan produk - produk "murah" seperti Brio dkk. Masukkan keyword "masalah Honda HR-V" dan mesin pencari akan menunjukkan berita atau opini di forum terbuka termasuk di SM ini dan k*sk*s.
Tetapi mobil ini masih laku sampai hari ini. Market leader di segmen compact crossover, mobil yang jadi favorit anak muda perkotaan, mobil gaul emak-emak, berjejer memenuhi lahan parkir kampus swasta bergengsi dan SMA swasta favorit.
Padahal tidak sedikit juga pemilik mobil ini yang ngeluh karena sering ke bengkel akibat masalah - masalah remeh (termasuk saya), tapi enggan juga melepas mobil ini ? Setiap pemilik HR-V seperti mengalami yang namanya stockholm syndrome - sindrom dimana seorang sandera jatuh cinta pada penyanderanya.
Apa yang bikin mobil ini begitu disukai ? Apakah hanya semata-mata logo Honda nya saja - seperti tuduhan para netijen yang suka mencibir pembeli Toyota dan Honda sebagai "merek oriented dan beli mobil buat dijual lagi" ?
Saya mencoba menjawab pertanyaan ini sebagai pengguna HR-V, batch pertama, yang sudah berusia lima tahun dan masih awet di garasi kami.

Dan lucunya, HR-V Prestige ini adalah yang tertua di garasi kami dan memang digunakan sehari - hari. OK lah ada Toyota Harrier yang lebih tua (9 tahun) tetapi mobil itu sekarang nyaris tidak pernah menginjak apapun selain car port di rumah sodara

Odometernya memang baru 37.000 kilometers. Rata-rata digunakan untuk short trip di kota kecil, dua-tiga tahun terakhir mobil ini menjadi daily driver adik saya untuk beraktivitas dan aktivitasnya memang hanya rumah ke rumah sakit, rumah ke kampus, atau rumah ke puskesmas di kota kecil. Jadi dipakai tiap hari cuma jalannya dikit aja

Sampai hari ini belum pernah terpikir untuk melego mobil ini dan menggantinya dengan yang lain.
A Beefier Honda Jazz won't Go Wrong
HR-V dibangun dari basis platform modular compact car ultra-fleksibel dari Honda - platform yang melahirkan sebuah Honda Jazz / Fit sebagai produk awal, lalu melahirkan turunan lain seperti Honda City, Freed, Fit Shuttle, dan terakhir Vezel / HR-V, dan platform ini sebenarnya tidak dirancang untuk membuat sebuah mobil yang fun-to-drive, tetapi lebih ke praktikal.
Mobil yang lahir dari platform ini secara esensial adalah minivan dengan bodi hatchback. Sangat luas, sangat praktikal, bahkan sampai pada level mobil kelas Civic terasa lebih sesak karena roofline yang landai. Posisi tangki bensin di bawah jok pengemudi memberikan ruang kabin belakang yang sangat luas dan rata sampai ke belakang - sehingga anda bisa muat sepuluh anak gajah di dalamnya. Tidak heran ngeliat mobil yang lahir dari platform ini selalu bagian tengahnya agak bantat. Terlihat aneh terutama di Honda City yang adalah sedan.
Jadi agak salah sebenarnya menuntut Honda Jazz atau HR-V untuk menjadi fun-to-drive, karena tidak didesain demikian. Fun-to-drive hanyalah bonus dari engineering attempt Honda untuk membuat mobil-mobil ini tetap well balanced, walaupun akhirnya jadi kasar sekali bantingannya. Saya tidak tau apakah ini akibat dari HPM mengambil supplier lokal untuk shock absorber atau memang di Jepang tidak ada lubang.
Kesuksesan HR-V sebenarnya bisa ditarik mundur ke Jazz. Kalau mobil seperti Jazz saja bisa laku - terbayang apa yang akan terjadi dengan Jazz yang diberi ban besar, dinaikkan sebanyak 20 mm, dan dibuat sedikit lebih mewah ?
Booming. Dan itulah yang terjadi.
Secara desain HR-V tidaklah polarizing. Maksudnya, "aman". Ia tidak berusaha keras untuk jadi atraktif seperti Nissan Juke.


Sekilas melihat mobil ini memiliki kemiripan gaya dengan CR-V generasi 3. Orang mudah suka dan mata cepat terbiasa dengan desainnya. Apalagi dengan semakin cepatnya mobil ini menambah pundi-pundi di rekening HPM. Wong mobil dengan desain selucu Innova gigi tonggos saja keliatan biasa aja toh setelah keseringan lihat?

Saya juga tidak kaget grade tertingginya yang saat ini harganya sudah empat ratus jutaan, laku keras. Karena tipe Prestige memiliki fitur kemewahan seperti Panoramic Roof dan LED Headlights.
Saya yakin mayoritas orang juga menyukai HR-V karena interiornya terlihat "mewah" dan memang terkesan seperti mobil mewah. Center console nya dua tingkat dengan memanjang hingga dash bagian tengah dan shifter di atasnya, menyerupai mobil seperti Range Rover. Dash nya memiliki bentuk lubang AC yang simple dengan tiga vent AC di sisi penumpang depan - yang bisa membuat penumpang cepat masuk angin.



Sayangnya bentuk AC ini memang jadi kekurangan tersendiri, jika mobil ini ditumpangi lebih dari 2 orang. Karena penumpang belakang harus bersabar menunggu hembusan AC sampai akibat penempatan vent yang sembrono ini. Amat disayangkan mengingat mobil ini jualannya adalah praktikalitas.
Bagasi adalah kelebihan terbesar HR-V dibanding the likes of Mazda CX-3, Hyundai Kona. Ditambah dengan fitur Ultra-seat yang seperti saya state di atas - mobil ini adalah minivan dengan bodi hatchback tinggi. Saya pernah akan membawa sebuah kandang anjing agak besar, saat itu ada Outlander Sport dan HR-V di rumah, akhirnya memutuskan yang dipilih adalah HR-V karena bagasi Outlander Sport tidak muat.
Begitu praktikalnya hingga Honda membuat iklan tersendiri di masa pandemi.
Never Ask More
Salah satu kelebihan HR-V adalah pilihan trim yang sangat luas. Pilihan mesin dari 1.5 Liter L15Z6 120hp dan 1.8 Liter R18Z1 139hp, dua mesin yang terkenal sangat tua dan sangat andal, mudah dirawat, dan bertenaga. Di saat pesaing seperti Mazda CX-3 dan Hyundai Kona hanya menawarkan pilihan 2 Liter saja, dan KIA Seltos hanya menawarkan 1.4 Turbo saja.
Pilihan transmisi ada Manual untuk 1.5 dan CVT di 1.5 dan 1.8.

Tetapi sekali lagi - jangan berharap lebih. Jangan naif berpikir bahwa kalau CR-V saja sudah fun, harusnya HR-V lebih fun. Oh tidak seperti itu, kawan.
Driving position mobil ini memang enak, tidak sulit mendapatkan posisi yang nyaman. Cukup rendah dan kaki bisa selonjor, tidak terasa terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk saya yang biasa menggunakan Civic tidak terasa aneh sedikitpun.
Anda tidak akan banyak komplain jika menggunakan HR-V di dalam kota. Mesinnya cukup halus dengan punch yang cukup, main di rentang RPM 2.000 - 3.000 torsi sudah sangat cukup untuk menjalankan mobil di kecepatan ideal di dalam kota. Bodinya kecil, steeringnya ringan, mudah sekali memprediksi pergerakan mobil ini untuk selap-selip. CVT lock-up cepat sehingga pick-up speed di dalam kota sangat mudah. Mobil saya juga sudah di-remap jadi low-end torque nya lebih padat dan sangat menyenangkan.
Bantingan mobil ini juga nyaman - jika compared ke mobil - mobil seperti CR-V lama. Dampernya tidak overly aggressive seperti CR-V generasi 3, atau Mazda CX-3 sekalipun. Tidak juga overly floating seperti Mitsubishi Xpander, biarpun shock absorber depannya buat saya terlalu empuk, dan entah kenapa mudah sekali mentok stopper kalau lewat polisi tidur. Tetapi jika dibandingkan dengan mobil seperti Freed atau Jazz GE dengan platform yang masih sama, HR-V adalah peningkatan yang fenomenal.
Tetapi sudah, expect no more. Karena sisanya tidak terlalu menyenangkan.
Bodyroll mobil ini besar. Bahkan di low speed saja terasa sekali bahwa pergerakan bagian depan mobil sangat loose - diakibatkan karena set suspensi yang agak terlalu lembut. Ini semakin parah jika sudah kena penyakit khas lower arm bunyi-bunyi. Bahkan, bagian depan mobil ini saja kalah tajam dari CR-V Turbo. Saya kira ini akibat platform nya yang sudah aging, dan kelemahan platform ini semakin terlihat ketika Honda memutuskan untuk membuat Jazz dan HR-V lebih lembut.
Mesinnya juga sangat menyebalkan di atas 3.000 RPM. Tidak seperti khas mobil-mobil Honda dengan mesin yang bersemangat di atas 3.000 RPM, mobil ini justru sangat flat di atas 3.000 . Oh ya, speedometernya memang naik cepat, tapi suara ngeden dari mesin+CVTnya sangat-sangat tidak pleasing. Suara maupun tenaganya tidak menggoda untuk nginjak lebih dalam.
Buat pantat saya yang biasa menggunakan Civic dan CR-V, mobil ini adalah disaster untuk ke luar kota. Rasa bagian belakang geal-geol saat manuver kecepatan tinggi dan bodyroll yang selalu menghantui itu tidak terlalu menyenangkan di luar kota. Punch di RPM tengah-atas yang kurang juga sangat merusak experience mengemudi, karena di luar kota saya berharap mobil dengan mid-to-high RPM punch yang kuat untuk salip menyalip di tol.
Tapi tiap otak saya berpikir bahwa ini mobil yang buruk, sekali lagi saya berusaha ingat bahwa mobil ini bukan didesain untuk spirited driving. Didesain lebih untuk sensible users, pengemudi kasual yang jarang bejek gas dan salip-salipan, sering membawa barang, partsnya mudah karena ini Honda, dan mudah dijual lagi untuk tukar model terbaru karena ini Honda pula. Mesinnya punya reputasi kuat, mudah dirawat, dan tidak akan rusak sampai kapanpun, serta bonus sudah terbiasa dengan bbm oktan rendah karena ya... di zaman Jazz GD dulu kan mayoritas pada ngisi premium toh ?
Maintenance and Repairs.
Pertanyaan sejuta dolar urusan kepemilikan HR-V adalah : apakah mobil ini benar se-merepotkan itu ? Rewel-rewelnya bagaimana ?
Harus jujur bahwa penyakit di HR-V adalah penyakit yang kadang-kadang menyebalkan. Selama lima tahun beberapa kali ke bengkel untuk urusan selain servis rutin.
Ada dua kerusakan yang diganti gratis berkat garansi :
Pertama adalah lower arm depan, yang adalah penyakit khasnya.
Penyakit kedua adalah akibat voltase rendah pada aki yang karena dibiarkan terlalu lama - merusak sistem starter dari mobil ini. Mengakibatkan keyless sensornya rusak. Gejalanya tiba-tiba mobil di-start, lampu warning kedip-kedip semua, dan mobil mati total tidak mau di starter meskipun sudah diganti aki. Mobil saya bahkan sampai stuck di car port dua hari akibat tidak sengaja mengaktifkan parking brake dan tidak mau release.
Dua kerusakan lain di luar garansi dan di luar (masa) garansi...
Bearing tensioner baru saja ganti tahun lalu. Bunyi "srek-srek-srek" pada saat idle dan suara ngorok saat akselerasi pelan. Damage cost sekitar 300 - 400 ribuan kalau tidak salah.
Kaki-kaki juga mulai bunyi lagi, baru saja minggu lalu mengganti rubber bushing pada lower arm dan bushing pada steering rack. Damage cost 1 juta-an. Dikerjakan di luar bengkel resmi.


Sisanya adalah perawatan rutin. Ganti oli selalu di Honda (adik saya ga ngerti mobil, jadi ke Honda saja tiap servis). Lampu rem kanan pernah ganti karena pecah ditabrak, damage cost 750 ribu saja beli copotan.
Ban baru saja ganti Accelera PHI-R 225/55/18, sudah bukan ukuran asli karena velgnya memang naik 1" Rep Toyota Harrier.
Conclusion
Kalau anda orang yang cukup beruntung, HR-V adalah mobil yang menyenangkan untuk dimiliki. Beruntung dalam arti tidak terlalu sering ke bengkel seperti saya. karena issues di HR-V ini memang cukup acak di setiap pengguna.
Dengan mobil ini anda dapat semua : brand, gengsi, kepraktisan, reliabel, sekaligus irit bbm dan cukup bertenaga. Saya tidak heran mobil ini laku keras karena memang sulit mendapatkan kombinasi semua ini di harga tiga ratus jutaan. Dan naif sekali bilang HR-V laku semata karena ia sebuah Honda, dengan mengabaikan faktor - faktor lain. Karena faktanya memang ada banyak hal yang sulit disaingi dari sebuah HR-V.
Well, bukan mobil yang sempurna dan cukup sering warawiri bengkel - tapi selama tagihan bengkel tidak mengharuskan kami membayar belasan juta, mobil ini masih belum ada rencana untuk dijual
