benzz89 wrote: Sun Aug 02, 2020 1:29
Set deh... ini dari batu makam terpinggirkan (di indo) sampai ke batu makam global, sampai ke laporan keuangan beberpa merek market leader dunia... hahahaha
Ane sih blom pernah liat secara langsung dengan mata kepala ane sendiri laporan2 keuangan semua perusahaan2 otomotif global, karena ane bukan owner dari perusahaan2 tersebut. Laporan2 keuangan yang "di expose" buat publik sedikit banyak sudah "di make up" oleh internal mereka, ini sudah rahasia umum.
Ane juga gak tau apakah perusahaan2 macam samsung, microsoft, alibaba itu tidak punya hutang sama sekali (tidak pernah berhutang juga sama sekali sejak didirikan) & simpanannya banyak. Jujur ane juga blom pernah liat semua laporan keuangan perusahaan2 tsb.
Buat ane sih sebagai pengusaha itu penting yang namanya leveraging. Ada istilah OPM (Other People Money) & OPT (Other People Time). Kalau bisa pakai uang orang lain ngapain pakai uang sendiri? Kalau bisa pakai tenaga orang lain ngapain harus kerjakan semuanya sendiri?
Kalau ane jadi owner & liat laporan keuangan dari direksi ane, perusahaan tidak ada hutang sama sekali, tapi laba juga tidak sesuai dengan ekspektasi ane, tidak ada rencana ekspansi yang jelas untuk jangka menengah & panjang ya langsung ane ganti direksinya. Apakah perusahaan ane sehat? Sehat sekali (saat ini) tapi ntah beberapa taon lagi kalau tidak bisa mengenerate laba yang sesuai ekspektasi ane.
Bisnis ada ups & down, direksi yang berani ambil resiko (tapi terkendali) misal dengan OPM (berhutang) untuk jangka menengah & panjang menurut ane malah berpotensi berumur lebih panjang banding perusahaan yang sangat konservative tidak mau berhutang sama sekali, ini subjective ane yah sebagai pengusaha, bukan sebagai pekerja (kuli), tau sendiri pekerja mah maunya aman, nyaman, semua terkendali, tidak mau ada resiko & kalau perlu tidak perlu ambil resiko.
Hutang yah pedang bermata dua, harus hati2 menggunakannya, bisa saja terlihat besar karena memang skala perusahaannya juga besar, semua ada rasio2nya, yang penting terkendali. Gak ada yang berhutang yah bank tutup semua. Gak ada hutang = tidak ada leveraging (daya ungkit), semua ini ada hukum ekonominya kok.
Kalau beli mobil pribadi yah sebisa mungkin cash, rugi 2x kalau kredit (berhutang). Kalau perusahaan mau beli armada dalam jumlah besar untuk operasional sedangkan cash flow ketat yah sah2 aja kredit tapi jangka pendek 2 taon misalnya, asalkan kendaraan tersebut bisa mengenerate laba perusahaan lebih besar, why not?
Mau beli property? Yah KPR lah (berhutang) jangka menegah ke panjang juga tidak terlalu masalah. Property kan jangka panjang apresiasi gak kaya mobil. Bayangin kalau tidak mau berhutang sama sekali? Kebeli cash juga kagak kedepannya, buat ekspansi juga gak bisa = mati.
Perusahaan2 yang berani ya dialah pemenang di masa depannya. Simple aja cara berpikirnya, hutang bukan sesuatu yang harus dihindari, tapi harus bisa dikendalikan, dimanage, bisa direstrukturisasi apabila ada force majeure, bukan kiamat juga kalau (masih blom) bisa bayar cicilannya. Bukan pengusaha namanya kalau akalnya gak banyak (dalam artian positip yah).
Ada pepatah, dalam keadaan terdesak manusia akan mengeluarkan semua daya & upayanya untuk keluar dari mara bahaya. Jadi berhutang selama terkendali yah aman2 & sehat2 saja, malah makin memecut untuk bekerja lebih keras karena masih ada "tanggungan"... bukan leha2 syantik santuy [cencored] tau2 dut koit Hahahaha [emoji23]
Sudahlah kita sudahi saja OOT ini, jadi nasib batu makan (DI INDO) ini bijimane kedepannya? Nissan Note katanya taon depan mau masukkah? Ane tertarik juga nih ama note, tapi karena batu makam semakin terpinggirkan jadi mikir2 deh [emoji1787]