Hallo Om ongisnade, salam kenal.ongisnade wrote: Sat Jul 11, 2020 10:23 Hallo para pembaca SM,
Berikut ini saya mau berbagi pengalaman miara mobil yang non mainstream yang biasanya hanya dimiliki orang-orang yang tinggal dikota besar. Namun kali ini saya sebagai wong ndeso, karena memang tinggal dipedesaan yang jauh dari kota besar, 4-5 jam perjalanan dari Surabaya. Yah sesuai judulnya Grand Santa Fe Ndeso (punya wong ndeso) he…he… Namun sebelumnya mohon maaf bahasanya mungkin tidak akan seperti rekan-rekan reviewer yang lain yang pengalaman dan education background nya sudah mumpuni S1-S2-S3. Kalo saya asli wong ndeso awam hanya tamat S3 saja (SD-SMP-SMA) he…he…jadi harap dimaklumi. Karena hanya tamat SMA saja saya tidak berbagi pengalaman berdasarkan ilmu atau teori, tapi berdasarkan praktek pemakaian harian. Ilmunya gak cukup untuk berteori he..he, dan mungkin sedikit katrok ha…ha..ha
Kita mulai:
Selama ini yang sering saya dengar dan sering baca di forum dari orang-orang tentang brand H miring ini jarang dibeli orang dengan berbagai alasan baik orang kota ataupun wong ndeso adalah sebagai berikut:
1. Dianggap mobil murah
2. Kurang reliable, mudah rusak, spare part mahal, susah didapat
3. Kurang bergengsi
4. Takut kurang laku, harga jual jatuh, susah untuk dijual, takut rugi besar.
Dan hal tersebut diatas terbukti, beberapa orang nanya ke saya kok beli Hyundai, kok bukan Toyota/Honda. Kami sekeluargapun sepakat jawabnya: Ya kami memang pilih mobil Korea yang harganya murah meriah, kalau mobil Jepang harganya lebih mahal. Merekapun gak nanya lebih detail lagi mendengar jawaban seperti itu. Tapi ada juga sebagian orang yang menyangka harganya malah se miliar, ha…ha..ha…sama-sama kami wong ndeso. Bagi kami sudah biasa miara mobil non mainstream, sebelumnya 4 thn Captiva VCDI dan Mazda CX-5 tanpa rewel dan puas. Jadi kami sudah tidak terpengaruh dengan statement2 diatas.
Mobil ini genap berusia 6 bulan dengan pemakaian baru mendekati 13 ribu km, banyak ngeram digarasi karena musim covid-19. Seharusnya sudah mendekati 20 rb km kalo tidak ada covid karena planning awal mau turing keliling Jawa hingga Lombok . Mungkin dengan km sekian sudah cukup untuk bisa berbagi pengalaman memiliki dan mengendarainya. Berikut ini latar belakang miara Hyundai Grand Santa Fe:
Selama ini kalo turing keliling Jawa-Madura hingga Lombok selalu menggunakan fortuner VNT untuk semua anggota keluarga 5 orang dan barang-barang tas dan koper. Karena VNT sudah berumur 7 tahun tadinya mau tukar yang baru. Tapi setelah saya pikir- pikir umur sudah kepala 5 kepingin tunggangan yang nyaman, bertenaga, kabin yang luas 7 seater, dan dilengkapi dengan passive/active safety device. Kalau ladder frame lagi selama ini terasa kurang safe karena sering ngebut 140- 150 km/h baik sendiri maupun bawa keluarga, dan jujur saja kurang terasa nyaman. Dengan kecepatan segitu ladder frame yang jangkung dan ban tebal sangat berisiko terguling. Terbukti sudah ada beberapa ANF/PJS yang terguling di jalan toll di Jawa Timur. Akhirnya VNT tidak jadi dijual karena masukan teman2 disini VNT paling kuat tahan B-100. Akhirnya dengan berat hati kami menjual mobil Mazda CX-5 FL kesayangan kami terutama anak-anak dan istri yang sudah setia menemani keluarga kami selama 4 tahun tanpa rewel. Akhirnya harus kami relakan untuk dijual dan satu malam sekali tawar langsung laku.
Sebagai calon penggantinya kriteria mobil yang kami harapkan adalah sebagai berikut:
1. Monokok 7 seater dengan passive/active safety device yang memadai dan nyaman dikendarai 5 orang, nyaman buat ngebut speed 150-180 km/h
di tol Trans Jawa
2. Power dan torsi standard harus lebih lebih besar dari CX-5 karena harus kuat jalan jauh naik turun pegunungan, bukit dan pantai, perlu power
dan torsi yang besar. Mesin bensin sekelas CX-5, torsinya terasa kurang kuat buat di pegunungan dengan full load. Pengalaman CX-5 dengan
tenaga 189 HP full load megap-megap saat di trek lurus menanjak menuju Cemorosewu - telaga sarangan, gak bisa ngebut disini, hanya
merayap engine meraung hanya gigi 1-2. Ini jalur favorite keluarga kami, menanjak dan berkabut.
Dari kedua kriteria tersebut diatas sudah ada pilihan yang masuk yaitu Mazda CX-9 230HP/450 NM. Kami sudah melakukan test drive. Anak-anak dan isteri sudah cocok dengan CX-9 modelnya sporty, modis, dan kabin sangat lapang meskipun sebetulnya design CX-9 sudah lama.
Namun saya sendiri berbeda dengan mereka, akomodasi CX-9 OK lapang, namun selain lebih lapang tidak beda jauh dengan CX-5 sehingga begitu berada dalam kabin serasa tidak ganti mobil serasa masih dalam CX-5 juga, bosan jadinya. Saya masih menyimpan keraguan untuk ambil Mazda CX-9 karena takut cepat bosan nantinya sampai pada suatu hari saat kami sekeluarga jalan-jalan di Surabaya lihat pameran mobil di Grand City, saat mendekat boot Hyundai tiba-tiba cewek EO nya menarik istri saya dan memberikan pertanyaan mobil apa favorit pengunjung pameran di Jakarta tahun 2018, saya bisikin Santafe, akhirnya dikasih hadiah kaos Hyundai. Dan ternyata inilah awal ketertarikan dan berjodoh hingga membeli Grand Santafe. Case seperti ini sama persis saat awal kami membeli Mazda CX-5, istri saya juga dapat hadiah kaos Mazda saat pameran ditempat yang sama.
Salesnya langsung menjelaskan semua tentang Santafe. Dan kamipun sangat tertarik dan terkesan design eksterior maupun interior yang lebih fresh dari CX-9 dan kabinnyapun juga lapang hingga baris ketiga, apalagi panorama sunroofnya yang sangat besar. Namun ada satu hal yang masih membuat saya meragukan Santafe, yaitu tenaga hanya 190 HP. Kami sudah terbiasa bawa Fortuner VNT modif 240 HP jadi masih ragu dengan kemampuan Santafe. Setelah baca-baca di SM ternyata Santafe bisa diremap hingga 230 HP jadi kami sudah bulat untuk ambi Santafe.
Kamipun diminta sales untuk TD di lain hari, dan saat TD inilah keraguan saya terjawab, ternyata meskipun hanya 190 HP ternyata tenaganya bisa tersalurkan dengan baik oleh transmisi 8 speed, dengan penumpang 6 orang saya geber hingga 185 km/jam di toll pandaan, ajib lebih enak dari VNT saya yang 240 HP. Mungkin karena beda transmisi 8 VS 4 AT.
Akhirnya kamipun bungkus Grand Santafe.
PERFORMA, HANDLING, KENYAMANAN, KESENYAPAN:
Saat berkendara di jalan toll semen yang bumpy dengan full load kami sekeluarga 5 orang + koper dan barang-barang dengan berat total hampir setengah ton (maklum kami berlima gendut2 he..he), tanpa terasa kecepatan sudah mendekati 200 km/h. Dan sayapun heran kenapa tidak ada alarm yang berbunyi. Biasanya saat speed 150-160 km/h anak dan isteri sudah membunyikan alarm pak jangan ngebut, dan isteripun juga teriak ojo banter-banter sam. Bahkan speed diatas 200 km merekapun masih santai. Anak paling kecil main gadget didepan, yang nomer 2 tidur dibangku paling belakang, istri juga masih asik ngobrol. Kondisi mobil masih stabil dikecepatan segini. Dan yang paling saya suka rpm mesin hanya 3000, sengaja saya maintain rpm segini dan tidak mengaktifkan cruise control dan suara mesinpun ternyata halus sekali nyaris tidak terdengar. Berbeda dengan CX-5 dikecepatan 160 km/h mesin sudah meraung karena rpm tinggi bikin anak-anak dan isteri takut dan panik. Dan inilah yang bikin alarm anak dan isteri langsung keluar: jangan ngebut paak. Dijalan raya kami hamper tidak pernah menggunakan manual mode maupun sport mode kecuali di tanjakan extreme. Posisi D Echo maupun Comfort Mode sudah enak buat ngebut dan menyalib kendaraan lain, gak perlu manual maupun sport mode.
Dikecepatan diatas 200 km/h dengan beban hampir setengah ton handling masih mantap. Dan ini membuat saya ketagihan saat mengendarai dijalan tol. Ternyata mobil ini DIAM-DIAM MENGHANYUTKAN. Kalau tidak sering lihat speedo meter kita bisa terlena. Rod noise mobil ini diukur menggunakan alat menurut Grid OTTO : Pada speed 60 km/jam: 60.3dB, Mercy GLC 200 AMG Line: 61.4 dB
Dan niat saya yang sebelumnya ingin Remap mobil ini terpaksa saya urungkan. Tenaga standard sudah mumpuni dan bisa memenuhi ekspektasi saya meskipun hanya 190 HP/440 NM. Namun didukung dengan transmisi 8 speed tenaga bisa termanage dengan bagus.
Ngebut dengan Grand Santafe ini saya lebih tenang dan confident karena active dan passive safety device nya sudah cukup. Ban juga mantap serasa lengket di aspal Continental Sport Contact 19 inch (lebih enak dari Toyo Proxes bawaan CX-5) yang sama-sama 19 inch. Kata si Ridwan Hanif perbiji harganya 5 juta (gak tahu bener atau gak). Toyo hanya 2.8 jt (pernah ganti di CX-5).
Karena musim Covid, belakangan ini lebih banyak ngeram di rumah dan lebih sering jalan ke pegunungan dan pantai yang sepi. Mobil ini enak buat naik turun gunung dan pantai. Gunung Kelud, Gunung Kawi, pantai Tambakrejo dan pantai Jolosutro. Yogya-Semarang-Banyuwangi. Belum sempat keluar Jawa karena covid.
Untuk bunyi-bunyian: dashboard, kabin dan luar bener-benar tidak ada sama sekali hingga km mendekati 13 rb setiap hari melibas jalan kampong yang bolong-bolong dan juga sering bawa di gunung dan pantai. Hanya sekali bunyi kletek-kletek karena sabuk fuel tank kendor, dikencengin, solved.
FUEL CONSUMPTION:
Ini mobil paling irit yang pernah kami punya. Saat jalan santai bisa 24 km/liter. Digeber hingga 200 km/h pun juga masih bisa dapat 1-13, 1-14 km/l dengan beban hampir setengah ton.
BIAYA PERAWATAN:
Garansi 5 tahun, free jasa service selama 11 kali dengan interval tiap 6 bulan atau 10 rb kilometer. Sudah service 10 rb kilometer pertama, hanya kena biaya 252 rb ganti filter oli. Oli mesin bawa sendiri.
KEKURANGAN:
- Lampu dekat bawaan kurang terang (LED HDX 6600 Kelvin).
- Lampu bagasi, plat nomor, lampu mundur dan vanity masih halogen
Modif :
- Ganti lampu dekat dengan LED Phillips Ultinon
- Ganti semua lampu yang masih halogen semuanya dengan LED Phillips.
- Oli gantI dengan PTT 5W 30
KONKLUSI :
Mobil ini menurut kami sebagai wong ndeso adalah nyaris sempurna dan semuanya diatas ekspektasi saya ketika saya akan membeli mobil ini. Saya dan keluarga puas dengan mobil Korea ini.
Eksterior:
https://imagizer.imageshack.com/img922/1606/u0HrJD.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img924/8633/BPhlsk.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img922/2482/uGiG1J.jpg
Interior:
https://imagizer.imageshack.com/img924/6816/zSixSw.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img924/9402/Zi8zF9.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img923/7038/xDBMDt.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img922/2052/WVMOUT.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img922/199/3tCo8w.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img923/8565/lbfwWo.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img923/1951/A6QXp5.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img922/2181/ycBeSz.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img922/2687/mT3tVM.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img922/6415/W07a8a.jpg
Ruang mesin:
https://imagizer.imageshack.com/img923/9254/xVjhPe.jpg
Cover engine dilapisi high density foam
https://imagizer.imageshack.com/img923/4437/WVHj4s.jpg
Injector Piezo Type Bosch
https://imagizer.imageshack.com/img923/7789/qL7FZk.jpg
Vapor oli/gas blowby dari crankshaft ada diaphragm pressure regulator sebelum masuk intake turbo
https://imagizer.imageshack.com/img922/9892/vjLVoE.jpg
Baterai 90 Ah, agak susah kalau ganti, musti copot belalai air intake
https://imagizer.imageshack.com/img924/3312/4JxRxu.jpg
Filter udara berada diatas mudah untuk mengganti
https://imagizer.imageshack.com/img922/785/ARXILR.jpg
Konsumsi Fuel:
https://imagizer.imageshack.com/img924/3008/2dgww4.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img924/2536/pWupsU.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img923/3640/TpNcds.jpg
Ngebut santai di tol dengan keluarga 5 orang+barang total load hampir setengah ton:
https://imagizer.imageshack.com/img923/259/kRR3Ze.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img924/8269/euhNmf.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img922/5214/gc5hJd.jpg
Jalanan di kampung ndeso:
https://imagizer.imageshack.com/img923/8093/VsBjm6.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img923/5654/eEXyLM.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img924/6200/8A6vEK.jpg
Musim Covid main di pegunungan dan pantai yang sepi...
https://imagizer.imageshack.com/img922/6852/ZzPE05.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img924/2696/sMQthT.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img923/5417/4MbbBe.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img922/5171/cTbIbn.jpg
https://imagizer.imageshack.com/img922/6900/MtvVot.jpg
Pengalaman di jalan tol yang sedikit fun:
Mungkin karena jarang terlihat di jalan dan brand H miring, banyak kendaraan lain yang mungkin penasaran dan berusaha memprovokasi, coba-coba, menyodok, menyalip dengan gas pol dan cumi hitamnya. Baik monokok maupun ladder frame disepanjang jalan tol Malang-Surabaya- Solo-Semarang. Namun saya tenang saja karena saya sudah tahu karakter mobil mereka. Saat speed mendekati 200 saat saya mulai ngegas mereka malah ngerem …he..he..karena jalan tol banyak yang menikung. Tapi ya memang mereka harus ngerem, kalau nggak ngerem mobil jangkung gitu bisa terguling.
SEKIAN SHARINGNYA……
btw very nice and Honest review


mo tanya aja om, apa pernah isi mobil ini dengan dengan dexlite or Bio solar? karena melihat dari ceritanya si om, jauh dari perkotaan (munkin sesekali pernah kehabisan dex di pom2 sekitar)?
apakah jika isi solbus dalam keadaan kepepet bisa menggugurkkan garansi si santi?
penasaran aja om.
