slapnuts wrote: Mon Jun 01, 2020 11:13
Wow, tulisan yang sangat berbobot Om
Sama kasus dengan di Indonesia. Ambil contoh Mazda2 vs Jazz. Berbagi review otomotif mengatakan Mazda2 lebih fun to drive, dinamis, bla bla bla namun nyatanya penjualannya jauh di bawah Jazz dan Yaris. Selain alasan klasik karena aftersales Mazda masih di bawah duo itu, ada aspek lain di mana konsumen enggan untuk ambil Mazda2, yaitu kelegaan kabin dan bantingan.
Dengan overall panjang di sekitar 4035mm untuk Jazz dan Mazda2 4060mm, namun kelegaan kabin bagai bumi dan langit, apalagi ruang kaki penumpang dan bagasi. Mazda2 seakan ga efisien dalam hal manajemen ruang karena kepanjangan bonet. Begitupun soal bantingan yang kata beberapa reviewer fun to drive, handling tajam dsb, bagi orang awam Mazda=Keras, titik. Dan kebanyakan orang di segmen ini ga peduli apa itu fun to drive dsb, asal mobilnya irit, setir ringan, tenaga ada, dan ga terlalu keras ya itu definisi fun to drive bagi mereka.
Itu yaris joker kurang hina apa coba di forum otomotif, sering diroasting lemot, radius putar terlalu lebar, cvt payah, ga fun to drive, tapi ya penjualannya tetap di atas Mazda2 yang didewakan reviewer.
Berlaku juga untuk CX5 vs CRV
Karena CX5 kepanjangan bonet, dengan ukuran yang mirip, CRV jauh lebih lega, baris kedua pun bisa reclining rebah, nyaman. Kebanyakan orang pembeli SUV ginian juga gapeduli “sportiness”, yang penting irit, lega, nyaman empuk. Orang awam mikir. SUV 500juta kok keras gini, kalah empuk dibanding Innova...hahaha, that’s why kalau mau sporty ya beli hatchback atau sedan.
Nb: curhatan dari mantan pengguna Mazda2
Nice thread om Akulemu, thread yang sangat menarik untuk disimak hehehe
Setuju om slapnuts, karena karakter konsumen tiap negara beda beda. Gak bisa disamain. Dan tiap mobil, punya kelebihan dan kekurangan masing2, jadi balik lg ke kebutuhan dan selera tiap org kek apa. Gak bisa dipukul rata
Jazz vs Mazda 2
Saya setuju , sama pendapat om. Berhubung saya ex user GE8 2009 - 2018, dan udah pernah nyobain GK5, Mazda 2 GT PFL, dan Mazda 2 GT FL 2017. Jazz memang unggul di aftersales, brand , maintenance, dan akomodasi + kepraktisan, cuma kalah di peredaman, fitur, kualtias interior, driving feel, dan handling. Sedangkan Mazda 2 kebalikannya. Unggul di fitur, teknologi, kualitas interior, handling, driving feel, sednagkan lemah di brand, aftersales, maintenance yg cukup mahal buat ukuran mobil jepang, dan akomodasi + kepraktisan. Saya punya pengalaman dengan kedua mobil ini. Tahun 2015 lalu, saya sempet kepikiran buat ganti GE8 saya yang sudah 6 tahun sama GK5 atau mazda 2. GK5 langsung saya coret karena handling dan driving feelnya gak seenak GE8. Walaupun bantingan suspensi lebih empuk, dan akomodasinya lebih bagus daripada GE8 + Fiturnya jg meningkat dibanding GE8. Cuma , karena saya lebih membutuhkan driving feel, peforma, dan handling ketimbang kepraktisan dan akomodasi, saya lebih prefer Mazda 2. Cuma karena row 2nya sempit, sedangkan, mobil masih suka dipake sm ibu saya yg tingginya 173 CM, akhirnya gak jadi beli, padahal waktu itu ayah saya sudah siap buat DP mobil tersebut
Pertengahan 2018, saya akhirnya SPK Xpander ultimate buat gantiin GE8 tua saya, karena kebetulan ayah saya nyari mobil 7 seater yg bisa dipake kalo sodara saya pengen nebeng kalo jalan2 hehehe. Namun ,seiring dengan berjalannya waktu, tepat bulan ke 6 setelah pembelian xpander. Ayah saya tiba2 ngajak saya ke showroom mobekas deket rumah. Ternyata beliau mau TT Xpander saya yg baru berumur 6 bulan itu dengan M2 SKY GT 2016 PFL dengan odo yg baru 18rb. Sudah dicek service recordnya which is lengkap, dan kondisi mobil super mulus, layaknya mobil yg baru keluar dari showroom. Namun gagal lagi, karena sempitt ( kondisi saat itu saya sudah punya CRV 2010, dan CX5 2013).
Terakhir, akhir 2019 lalu. Ayah saya sudah tekat bulat untuk menjual xpander, karena dirasa kurang nyaman dan agak limbung. Serta udah ada mobil 7 seater lain dirumah , yaitu CRV Turbo. Akhirnya , diputuskan buat cari mobil yg lebih kecil dan 5 seater. Kandidatnya yaris joker TRD dan Mazda 2 GT FL 2018. Cuma , karena SEMPIT, dan maintenancenya cukup mahal (kebetulan punya AN CX5 Elite 2018 juga) akhirnya diputuskan untuk SPK yaris joker saja , karena lebih lega dan perawatannya lebih murah dibanding Mazda 2
Kesimpulan yg bisa saya ambil, walaupun Mazda 2 seringkali disebut the best hatchback on it's class, namun di Indonesia, penjualannya jauh dibawah jazz, yaris, dan baleno . Karena seperti yg om sebutkan tadi, ada aspek lain di mana konsumen enggan untuk ambil Mazda2, yaitu kelegaan kabin dan maintenance.Which is jadi prioritas org Indonesia kalo mau nyari mobil, urusan fun to drive , fitur dll urusan belakangan, sedangkan 2 hal tersebut gabisa didapetkan di Mazda 2
Kalau soal poin yg saya bold. I totally agreed with your opinion, sebagai user yaris joker. saya merasakan betul apa yg om sebutkan tadi, lemot, radius putar terlalu lebar, cvt payah, ga fun to drive. Memang betul, radius putarnya TERLALU BESAR untuk ukuran hatchback , serasa bawa innova atau fortuner yg dimensinya jauh lebih besar daripada yaris, xpander saya yg bodynya lebih gede daripada yaris aja JAUH LEBIH BAIK RADIUS PUTARNYA dibanding yaris joker ini ,dan hal ini yg bikin ayah saya gajadi tuker xpander sm yaris ini, yg akhirnya malah nambah hehehe. Selain itu CVT juga putaran bawahnya sangat bengek, walaupun perpindahannya cukup smooth dan halus, dan rasa nyetirnya juga kek kapas, gak ada fun2nya sama sekali. Masih lebih fun to drive GE8 dan yaris bakpao saya dulu dan xpander saya yg katanya cuma 4AT dibanding yaris joker ini, blm lagi lampunya yg masih halogen blm LED serta setir yg cuma bisa tilt doang, gabisa telescopic, disaat lawan2nya kek jazz dan mazda 2 headlampnya udh LED dan pengaturan setirnya udh tilt dan telescopic. Cuma bagusnya yaris joker, fiturnya jauh improve dibanding pendahulunya, bantingan cukup empuk ,row cukup lega dan irit BBM, serta durable, saat ini km udh 8rb, blm ada masalah apapun kek rattle dll, tinggal gas aja hehehe. Sama airbagnya dah 7, which is terbanyak dikelasnya. Melihat mazda 2 sekarang yg downgrade airbag dari 6 jadi 2 pada tipe GTnya + sunat SCBSnya dibanding versi sblmnya, saya agak bersyukur SPK yaris ini tahun lalu hehehe
Kalau soal CX5 VS CRV
Saya juga begitu. Tertarik sama CX5 karena fun to drive dan handingnya + fitur dan BQ yg jauh diatas CRV. Akhirnya tuker CRV 2.4 AT 2010 gen 3 dengan AN CX5 Elite pas GIIAS 2018 lalu, berbekal puasnya pengalaman pake CX5 2013 yg sampe 150rb gapernah ada masalah aneh2, cuma ganti oli dan servis rutin doang. Setahun kemudian, pas nyari gantinya si CX5 2013, saya gak kepikiran buat nyari honda, karena pengen MPV yg 7 seater. Pilihannya ada di serena dan voxy serta venturer. Serena dan voxy dicoret karena bokap gademen rasa nyetirnya yg kek supir hahaha. Sedangkan venturer dicoret karena nyokap gademen bentuknya. Nah, tiba2 bokap dah SPK CRV Turbo prestige buat gantiin CX5 2013. Saya pun langsung shock, kenapa coba ambil crv, dah punya mazda cx5 sm xpander yg 7 seater, ngapain lg coba ngambil crv yg medium suv dan 7 seater. Ternyata, setelah 11 bulan pemakaian, terhitung dari juli 2019 kemarin. Saya mulai mengerti mengapa ayah saya SPK CRV Prestige , karena beliau ingin mobil yg irit, lega, nyaman , empuk buat ibu saya , serta masih enak buat dikemudikan. Serena dan voxy memang memenuhi 4 poin pertama (irit, lega, nyaman, empuk) , tapi gak memenuhi poin terakhir, jadinya dicoret. Sedangkan innova venturer juga hampir memenuhi semua kriteria (kecuali nyaman) jadinya dicoret dan ayah saya memutuskan untuk SPK CRV Turbo Prestige pertengahan 2019 lalu
Nb: curhatan dari mantan pengguna CRV GEN 3 2.4 AT 2010 dan CX5 2.0 Touring gen 1 PFL 2013, serta pengguna CRV Turbo Prestige CVT 2019 dan AN CX5 Elite 2018