turbine888 wrote: Sun May 17, 2020 17:01
Hi om. Debat klasik ini apa beda velg Rep vs Ori.
Let’s start dengan YANG TERPENTING kita singkirkan dulu, yaitu pandangan bahwa velg yg bukan Made in Japan atau USA maupun Europe adalah velg non ori dsn berkualitas inferior

. Ane bilang begini karena masih banyak persepsi ini di car scene kita. Sebagai contoh, BC Forged. Anak2 mobil pasti tau lah betapa mahal dan terkenalnya brand ini. Guess what? It’s made in Taiwan. Other name brands juga banyak macem Enkei TUNING (Enkei Tuning BUKAN Enkei, melainkan perusahaan joint Enkei dgn produsen velg Malaysia dgn license, technology, dan qc Enkei) yg made in Malaysia, lantas ada juga Rotiform yg velg2 1 piece nya mostly made in China, kemudian Lenso yg Made in Thailand dan Rota Phillipines. Apakah velg2 tersebut memiliki keselamatan inferior karena lokasi pembuatan mereka? Jawabannya adalah tidak, karena QC pabrik2 tersebut pasti memenuhi standard keamanan baik berupa JWL, VIA, SNI, DOT maupun lain2.
Lalu, mengapa banyak yg tidak mau memakai “velg Taiwan, velg China, dsb.”? Jawabannya simpel, yaitu masih adanya stigma yg mengidentikkan velg2 buatan negara di atas dengan cheap knockoff atau tembakan yg biasanya dibuat dengan menjiplak velg buatan produsen lain (bahkan ada yg branding pun sampai ditiru, kebanyakan dgn tulisan “Made in Japan” diganti menjadi “JAPAN DESIGN” atau “DESIGN IN JAPAN” atau merk yg diplesetkan seperti “Vorsreiner” atau “WedeSport”) dengan kualitas bahan dan keselamatan ala kadarnya tanpa adanya suatu qc atau standard

. Inilah yg berbahaya dan sering dibilang di Indonesia sebagai “velg non-ori, velg TeWe atau replika yg gampang pecah.” Reputasi ini akhirnya merusak brand yg sebetulnya menjual “tribute wheels”, bkn replika.
Apa itu tribute wheels? Tribute wheels adalah velg yg dibuat dengan desain yg memberi tribute ataupun terinspirasi oleh desain velg lain yg populer lalu diberi twist sendiri oleh produsennya. Contoh dr tribute wheels ini adalah Lenso Project D yg terinspirasi Work Kiwami, ROTA Grid yg terinspirasi TE37, dan Rotiform RSE yg terinspirasi dari BBS RS2. Velg2 yg ane sebut di sini BUKAN masuk kategori velg non-ori ya, karena velg2 tersebut tidak menjiplak branding merk lain dan memiliki standard QC dan safety yg jelas. Bahkan, untuk yg hanya mengincar model suatu velg yg terkenal dengan alasan estetika, ane menyarankan untuk ambil tribute wheels aja karena harga yg biasanya tidak semahal velg yg menjadi inspirasinya.
Lalu, gimana cara milih velg yg benar untuk mobil om2 dan tante2 di mari? Kalo saya sih ga usah ribet ya. Tergantung kebutuhan dan yg terpenting kemampuan kita. Saya pribadi pernah memakai velg ERST Wheels Grora di Scirocco yg merupakan tribute wheel made in Taiwan dengan design inspired by HRE P101. Alasannya? Well, ane suka modelnya dan dengan pertimbangan ane karena hanya mencari estetika, tidak butuh performance dan weight advantage si HRE, serta faktor budget.
Lalu sekarang di Miata pakai Enkei RPF-1 dengan pertimbangan bahwa jika memilih velg aftermarket yg lebih berat, driving dynamics dan karakter Miata kan hilang maka ane mencari velg paling ringan (at least lebih ringan sedikit atau sama dgn std) di rentang budget ane dan jatuhlah pilihan pada RPF1 ini.
Jadi, kesimpulan dr ane adalah om TS serta SMers pilih aja sesuai kebutuhan dan budget. Jika memang ingin meminang velg dengan budget seminimal mungkin hanya untuk alasan estetik dan mau menerima resiko dari QC yg tidak jelas, bisa menggunakan velg tembakan atau knockoff atau “TeWe” tadi, toh secara estetika jg tidak beda.
Jika TS dan om2/tante2 di sini mencari estetika dr sebuah velg tp juga menginginkan peace of mind, serta to some extent menghargai karya dan kerja keras orang lain

, serta safety, kualitas bahan, dan QC, ane sarankan ambil tribute wheels by Lenzo, SSW, dll. atau setidaknya second tier wheels dr brand names (seperti Sparco by OZ, Enkei TUNING, dll.).
Lastly, kalau emang yg diincer adalah state of the art tech, performance, and lightness barulah menggunakan velg yg disematkan teknologi2 untuk membuatnya ringan dan relatif kuat (selain karena faktor gengsi yg byk ditemukan di Indonesia). Namun, keunggulan2 ini harus dibayar dengan harga yg mahal sekali.
Kalo dari ane cuman ada 2 hal, don’t pretend to be something you’re not dan jangan maksa. Sekian dr ane. Maaf panjang ya