Ga usah ngacir bro saya dr awal bulan tiap malem berdoa ga nyampe 1000, tp tembus
Skrg berdoa akhir april ga nyampe 3000 , akhir mei ga nyampe 4000
Kalo bisa mentok di 2000an cukup cukupppp
Juga kita doakan yg sembuh mulai ratusan lalu ribuan
Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit
Ga usah ngacir bro saya dr awal bulan tiap malem berdoa ga nyampe 1000, tp tembus
Kang ini resto apa ya ? Sebagian hurup ganti pake * ajakangadut wrote: Kebetulan punya kerabat yg kerja di salah satu restoran bermerk di Jakarta. Karena kondisi restoran sepi dan mal berhenti beroperasi dan utk menghemat operasional, beberapa cabang ditutup.
Pegawai yg restorannya ditutup sebagian dipindahkan ke cabang yg msh beroperasi dan sebagian dirumahkan tanpa gaji. Yg kerja pun ada yg gajinya terkena potongan dgn alasan jam kerja berkurang. Kerabat sy termasuk yg beruntung msh bekerja, tp mirisnya beberapa temannya yg dirumahkan mengeluh ga punya tabungan yg cukup utk bulan depan. Mau pulang tp ga boleh.
apshwn wrote: ↑Tue Mar 31, 2020 14:23Saya ragu akhir april akan 6000. Palingan juga 3000-4000. Kenapa? Karena gak kecatat, gak ke detect..... (Ngacir ah.....)mpvlover wrote:6000? Tunggu akhir april .. bersyukur kalo cuman 6000
Masalahnya di indo itu, kita takutnya itu harus dobel
Pertama takut kena corona
Kedua itu takut masuk rumah sakit disini
padang *****kampvlover wrote: ↑Tue Mar 31, 2020 14:34Kang ini resto apa ya ? Sebagian hurup ganti pake * ajakangadut wrote: Kebetulan punya kerabat yg kerja di salah satu restoran bermerk di Jakarta. Karena kondisi restoran sepi dan mal berhenti beroperasi dan utk menghemat operasional, beberapa cabang ditutup.
Pegawai yg restorannya ditutup sebagian dipindahkan ke cabang yg msh beroperasi dan sebagian dirumahkan tanpa gaji. Yg kerja pun ada yg gajinya terkena potongan dgn alasan jam kerja berkurang. Kerabat sy termasuk yg beruntung msh bekerja, tp mirisnya beberapa temannya yg dirumahkan mengeluh ga punya tabungan yg cukup utk bulan depan. Mau pulang tp ga boleh.
Betul sekali. Tp walau angka melonjak, itu jauh lbh baik drpd undetected kaya skrg, kan kita yg tiap hari tegangvipere wrote: ↑Tue Mar 31, 2020 15:12 1500 itu aja dapetnya dari hasil test yang sangat sedikit.
susah banget bagi seseorang untuk bisa ditest, tahapannya banyak banget, paling disuruh isolasi diri sendiri di rumah.
kalo gak sampe ke tahap gejala sesak napas belum tentu kebagian ditest, bahkan ada yg udah mati baru ditest.
coba semua odp dan orang2 yg ada kontak dengan odp tersebut baik ada gejala maupun gak ada gejala ditest semua,
bakal melonjak angkanya mungkin.
Jgn remehin pengusaha, para Pekerja sektor informal. Mereka bakal bisa bertahan hidup dengan caranya sendiri. Apalagi kelas pengusaha. Pengusaha yg takut bangkrut, bukan mental pengusaha namanya.ChZ wrote: ↑Tue Mar 31, 2020 8:07yang gak jelas gini justru mau lockdown ga lockdown sektor informal jadi korban. kalangan yang gak kerja gak makan, lha gimana mau makan, ngga lockdown aja warungnya sepi, omset turun lebih dari 50% orang ga berani keluar. ojol dan taxol juga sepi orderan.Ivan123 wrote: ↑Tue Mar 31, 2020 7:25 Presiden Ghana ada benarnya juga.
Ekonomi nyungsep bisa dicari jalan keluarnya.
Orang meninggal, ga bisa dihidupin lagi.
Tinggal pemimpin aja mau ambil keputusan seperti apa.
Seberapa kuat pemerintah intervensi $ vs Rp yg semakin menguat.
Semoga corona xepat berlalu.
oh ya not mentioning beberapa orang sekitar ane udah kena PHK akibat pabrik merugi.
belum ngomong kredit usaha, angsuran kendaraan, angsuran rumah, bayar kost-an, listrik, air, kalo punya anak masih bayi kebutuhan kan juga jalan teruuuusssssss... sementara buat makan aja kesusahan.
sementara rakyat kecil ini terkatung-katung nunggu kepastian dan ekonomi mereka makin nyungsep, yang atas ga mau berkorban dikit ngorbanin proyek-proyek yang tidak urgent dan gaji pejabat yang fantastis itu buat setidaknya ngasih insentif kebutuhan dasar ke masyarakat. negara kita bkn ga punya duit, duit ada, tp diborosin buat yang nggak penting dikerjakan sekarang.
kebanyakan yang gw liat masyarakatnya pada gerak sendiri-sendiri dan sukarela, tp mo sampe kapan?
belum liat realita ada beberapa orang yang bisa main-mainin persediaan APD tenaga medis. gw rasa harusnya orang kayak gini kena pidana, macem nyolong pelampung dari pesawat kena denda. APD dan pelampung pesawat dua-duanya urusan nyawa orang.
pasca corona kayaknya kesenjangan sosial yang kaya dan miskin akan semakin besar... dan gw ngga membayangkan dampak sosial yang akan terjadi.
Orang yg mati kelaparan ga bisa dihidupin lg.
Orang yg mati kena serangan jantung gara2 stres ga punya duit jg ga bisa dihidupin lg.
Orang yg bunuh diri gara2 ga punya duit jg ga bisa dihidupin lg.
Saya ragu setelah ini berlalu pun kita terap akan melihat kebersihan gak dijaga.solar_kerosen wrote:History has change.... because covid 19.
-Akan byk usaha atau kerja via online kedepannya
-Penjualan alkes ada kenaikan, setiap keluarga nyetok masker,hand sanitizer dibuang kalau basi
-Yg berpergian jauh pake masker dan cuci tangan teratur
- org bule bisa niru melayu, cebok pake air karena dilap aja tokainya masih blm bersih pasti tinggal sedikit....
Dimaklumi aja om Turboman ... Karakter posting masing2 orang berbeda-beda.Turboman wrote: ↑Sun Mar 29, 2020 9:48om mpv yg terhormatmpvlover wrote:Kita udah lama begini di rumah, yang dites dr awal maret sampe skrg baru 6500 orang toh ??
Waduh waduh waduh
kalo bisa jangan posting one liner - one liner
mending posting agak panjang tapi isinya essential
Dan kalo misal mau jadi kontributor harian, posting ada baiknya set di waktu2 tertentu aja, jadi kayak siaran berita, bisa set apakah mau di pagi / siang / malam gitu.........biar enak mantau trit ini
Sekedar pendapat pribadi
Jadi petugas puskesmas ga usah pake APD toh. Di negara lain, lini terdepan justru dibekali APD.Sebagai seorang perawat, Novita harus berhadapan dengan beragam pasien, yang salah satu di antaranya bisa saja mengidap virus corona yang belum terdeteksi. Apalagi Novita bertugas di lini terdepan layanan kesehatan masyarakat.
Dinas Kesehatan Kota Bandung lalu mengirim stok tambahan. Namun masker yang dikirim bukan masker N95, melainkan masker bedah yang memang biasa dipakai saat tugas.
Juru bicara pemerintah untuk pandemi Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan bahwa petugas puskesmas tidak membutuhkan APD.
"Apakah petugas Puskesmas harus pakai APD? Ada SOP penerima pasien itu harus menggunakan masker N-95 dan sarung tangan. Apa semua harus pakai APD, kan ada grade-nya siapa yang menggunakan APD, siapa yang tidak," kata Yurianto.
Ketika ditanya bagaimana dengan staf Puskesmas yang tidak memiliki uang, ia mengatakan:
"Minta ke Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan sudah punya [uang]. Distribusi pusat itu mengalirnya menuju Dinas Kesehatan provinsi, Dinkes provinsi punya tanggung jawab mengalirkan pada end-user, pada wilayah mereka, apakah semua harus pusat? Katanya sudah desentralisasi dan pembangunan kesehatan adalah salah satu yang di-desentralisasikan, apakah pusat semua yang harus menangani?"
Di wisma atlet belum ada ventilator.Ervan Surya, seorang dokter obstetri dan ginekologi di RSUP Persahabatan, salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 nasional, mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya mendapatkan APD dari donasi guru-guru dan pihak-pihak lainnya.
"Bahkan kami yang berada di RS Persahabatan pun, [yang] katanya pusat respirasi nasional, mendapatkan APD dari usaha mandiri guru-guru kami dan dari charity pihak-pihak tertentu. Bahkan masker pun kami usahakan sendiri," kata Ervan.
"Sekiranya Bapak [Jokowi] dapat memberikan kami minimal alat pelindung keselamatan agar kami dapat berjuang bersamamu demi negara yang kita cintai ini," tambahnya.
Menurut catatan IDI per Jumat (27/03), sudah ada 10 dokter dan dua perawat yang meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona di Indonesia.
Sementara itu Faisal Yunus, seorang dokter paru di RS Persahabatan, mengatakan bahwa rumah sakit itu hanya memiliki empat ventilator, meski saat ini merawat kurang lebih 40 pasien Covid-19.
"Di [RS] Persahabatan saja kita merawat 40 orang, tapi ventilator cuma 4, tidak cukup.
Itu rumah sakit rujukan untuk Covid-19 gak cukup, apalagi yang lain," katanya.
"Di Wisma Atlet belum ada ventilator, makanya belum terima pasien [Covid-19] yang berat."
BBC Visual Journalism menganalisis enam indikator infrastruktur dan sumber daya manusia pada sistem kesehatan di Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, China, dan Singapura.
Keenam indikator meliputi jumlah kasur, jumlah kasur darurat (ICU), jumlah dokter, jumlah perawat, deteksi dini, dan pengeluaran kesehatan per kapita.
Dari enam indikator, Indonesia menunjukkan ketidaksiapan dalam penanganan Covid-19.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, atau WHO, Indonesia hanya memiliki satu tempat tidur rumah sakit untuk setiap 1.000 orang, terendah di Asia Tenggara.
Indonesia hanya memiliki empat dokter untuk setiap 10.000 orang, menurut data WHO tahun 2017.
Sementara Italia memiliki jumlah dokter sepuluh kali lipat lebih banyak dan Korea Selatan memiliki jumlah dokter enam kali lebih banyak, untuk per kapitanya.
Papua yg sangat minim fasilitas kesehatan, gubernurnya cepat cepat karantina wilayah. Eh malah ditegur mendagriDi Papua, misalnya, dari 202 ruangan isolasi, hanya dua yang dinilai memenuhi standar WHO, demikian menurut Silwanus Sumule, juru bicara satgas Covid-19 di Papua.
Oleh karenanya, pemerintah provinsi Papua juga telah mengarantina wilayahnya dengan menutup akses keluar masuk dari pelabuhan, bandara, maupun jalan darat sampai 8 April 2020.
"Kami melakukan sejumlah analisis, ketika kita bicara infrastruktur kesehatan kita. data-data kita jelas menunjukkan bahwa kita tidak siap menghadapi wabah pandemi ini," kata Silwanus.
"Kasus yang kita punya adalah kasus impor. Kita hanya membatasi pergerakan manusia.
Ketika mereka datang, yang kita tidak tahu status sakit mereka bagaimana, dan mereka datang dari daerah terinfeksi, lalu ketika di Papua menunjukkan gejala-gejala Covid-19, kami harus bagaimana? Untuk mengurusi warga kami saja kami mengalami kesulitan," tambahnya.
Ia mengatakan bahwa tempat tidur rumah sakit di seluruh Papua sudah 70 persen terisi.
Sampai Minggu (29/03), Indonesia menguji 6.500 spesimen atau 2.5 tes untuk setiap 100.000 orang, jauh lebih rendah jika dibanding negara tetangga seperti Malaysia, yang melakukan 120 tes untuk setiap 100.000 orang.
Di Korea Selatan, yang melakukan tes Covid-19 secara agresif dan mampu memperlambat penyebaran virus tersebut, sedikitnya 772 tes dilakukan untuk setiap 100.000 orang.
Bagaimana dengan kondisi mental tenaga medis di indonesia yg menghadapi DUA MASALAH BESAR : corona dan fasilitas yg sama sekali tidak memadai ? Mereka sudah pasrah :Pemerintah Indonesia telah membeli satu juta peralatan rapid test virus corona, dan beberapa pemerintah daerah, seperti Jawa Barat, telah melakukan tes masif dengan skema drive through untuk orang-orang yang dinilai rentan, seperti tenaga medis.
Namun, rapid test itu ternyata tidak mudah ditemukan.
"Pemerintah mendatangkan 1 juta [rapid test kit] dan katanya sudah datang, di Jakarta [sudah ada] 150.000 [rapid test kit], namun kenyataannya untuk mencari rapid test itu tidak mudah.
Saya sudah cari kemarin itu sulit sekali," kata Zubairi Djoerban, ketua Satgas Covid-19 di Ikatan Dokter Indonesia.
"Saya harapkan di hari-hari ke depan sudah lebih mudah dan bisa dikerjakan di mana saja."
Kesimpulan, apa kuncinya ? Kalau ga mau lockdown?Sampai Indonesia sanggup melakukan tes Covid-19 yang sama agresifnya seperti Korea Selatan, tenaga medis di Indonesia 'hanya dapat berdoa' agar pasien yang ditanganinya tidak menderita Covid-19 dan agar dirinya tidak tertular.
"Kita mau bilang apa, kita saling mendoakan saja, saling memberikan semangat. Kita dokter paru itu sudah mikirnya berjuang apapun yang terjadi," kata Faisal Yunus, dokter paru di RS Persahabatan.
"Walaupun terjadi apa-apa, artinya meninggal secara syahid lah. Dalam suasana kayak begini kita mau apa, masak kita mau lari? Tidak mungkin lah ya."
Padahal IDI udh rekomendasi kalo semprot2 di jalan itu adalah sebuah kesiasiaaan belaka karena virus nya udh mati duluan sama panas and terik matahari jauh lebih berbahaya orang2 yg bejubel padet di bus and kereta karena kepadatan and sirkulasi ac yg tertutup, yaa sing penting keliatan ada kerja lahmpvlover wrote: ↑Tue Mar 31, 2020 15:24 Sy bener bener gagal paham negara +62 ini.. anggaran bukannya bagi bagi masker dan hand sanitizer , malah cuci mobil gratis halah
Ga ada virus bs idup di besi mobil kejemur tiap siang... dipikir corona tuh kumbang, apa
Satu masker harga cuman 1000 perak modalnya, harga jual 2rebu skrg dibutuhin masyarakat tp ga bs beli.. CDC amerika mau umumkan rekomendasi semua org sakit atau sehat pake sebaiknya pake masker
Di eropa tiap masuk supermarket malah boleh ambil masker, GRATIS!
Udah minta ke kemenkes ? Katanya kemenkes dapet jatah terbanyak drpd rsud atau puskesmasadrianomyman wrote: ↑Wed Apr 01, 2020 2:56 Kalo ada yg jual diluaran rapid test yg kalian bilang sampah , harganya murah, atau yg tidak rapid , bolehlah dikasitau cp nya. dokter2 di daerah (daerah saya)byk minta, ga masalah bayar sendiri lah.