KIA Indonesia selama ini berada di bawah payung KIA Mobil Indonesia (KMI). Merek yang cukup… sukses kalau saya bilang.

Sukses? Nggak salah?
Iya, nasib KIA di Indonesia itu masih lebih baik ketimbang non-mainstream brand lain. Paling tidak, KIA (dan Hyundai) sempat menjadi salah satu merek mobil yang beruntung nasibnya dan pernah populer.
Tentu kita ingat Timor yang merupakan rebadge dari KIA Sephia, lalu eranya Visto dan Atoz, yang merupakan alternatif mobil terjangkau di Indonesia. KIA Carnival juga sempat populer. Bukti bahwa mobil Korea sebenarnya tidak kurang peminat di Indonesia.

KIA Visto, dulu sempat populer sebagai pilihan mobil terjangkau.

KIA Picanto generasi awal juga merupakan salah satu pilihan mobil terjangkau dulu.
Sayangnya, KIA (dan Hyundai) adalah contoh bagaimana brand image itu sangat berpengaruh terhadap kesuksesan produk. Selalu berada di level second-tier brand, imej kedua merek ini tidak pernah lepas dari bayang-bayang "mobil murah". Makanya ketika mereka mau naik kelas untuk men-sejajarkan diri dengan Jepang, penjualannya jadi lesu. Masyarakat sudah kadung melihat mobil Korea sebagai mobil kelas dua dari awal 2000an.
Klimaksnya adalah pada 2018, banyak dealer KIA tutup, konsumen jadi mempertanyakan eksistensi merek ini apakah akan "punah" juga?
Kemudian setelah lama vakum, ujug-ujug muncul kabar bahwa KIA Indonesia sekarang berganti dari KMI ke Indomobil (PT. Kreta Indo Artha).
Tak hanya ganti PT, ada perubahan strategi dari KMI dan Indomobil : KIA versi Indomobil lebih “berani” dalam mengeluarkan lineup. Misalnya Picanto GT-Line dan Rio terbaru yang full spek CBU Korea meski harganya di atas kompetitornya. Kontras jika dibandingkan dulu KMI hanya mengeluarkan spek yang ecek-ecek dan full sunated.

Picanto GT-Line yang speknya cukup "berani"
Langkah ini agak bikin ane teringat dengan Mazda Eurokars yang juga setelah lepas dari MMI justru lebih “berani” mengincar pasar yang lebih niche. Yes, KIA is the Korean Mazda, at least di Indonesia.
Tapi, Picanto GT-Line dan Rio bukan kartu truf nya KIA Indomobil. Yup, mereka sangat well aware kalau Picanto dan Rio baru harganya tidak akan kompetitif, karena itu mereka punya strategi ampuh untuk meningkatkan brand awareness : KIA Seltos.

Masuk ke pasar crossover yang didominasi oleh Honda HR-V, langkah yang cenderung berani untuk KIA. Tapi untuk bersaing di kelas ini, tak cukup bermodal spek bagus, harus punya harga kompetitif juga, karena itu KIA mengimpor Seltos dari India.
Hasilnya sudah jelas, harga Seltos bersaing dengan HR-V, bahkan tipe tertingginya pun lebih murah sekitar 20 juta-an dari Honda HR-V Prestige dengan kelengkapan yang mumpuni. Menarik bukan?
Mari kita lanjut ke reviewnya…
Seltos : Benda Apa Ini ?
Selama ini KIA hanya punya 2 varian SUV (Crossover) : Sportage dan Sorento.
Kalaupun punya crossover mini, mungkin ada yang ingat KIA Soul ? Sempat dipamerkan beberapa kali oleh KMI, tapi peluncurannya mundur mundur terus sampai akhirnya sepertinya batal dipasarkan... ntahlah, saya juga nggak inget nasibnya gimana.

KIA Soul, tahun 2009 sempat direncanakan akan dipasarkan
Lalu Seltos ini apa ? Tidak banyak informasi yang saya dapat soal Seltos ini. Yang jelas ini adalah crossover berbasis KIA SP Concept yang sempat dipamerkan di 2018, alias mobil yang benar-benar baru.

KIA SP Concept
Mungkin bukan direct successor dari KIA Soul (KIA Soul masih dijual di belahan dunia lain juga dan masih keluar model terbarunya), tapi saya pikir ini spiritual successor, karena market yang disasar sama : anak muda millenial yang melek teknologi.
Market Seltos pun seperti difokuskan untuk pasar Asia, dengan basis produksi di India dan China. Seltos bukan produk global karena KIA tidak berencana memasarkan Seltos di Eropa dan beberapa negara seperti Israel dan Turki karena di sana sudah ada KIA XCeed dan Stonic.
Di China, mobil ini dipasarkan sebagai penerus dari KIA KX3.The Seltos was launched in South Korea on July 18, 2019 and in the Philippines on November 6, 2019, with a release in various global markets except Europe by the end of the year. The Seltos was also launched in Indonesia on January 20, 2020. It will not be sold in Europe, Turkey and Israel due to the release of the Stonic and Xceed as the alternative.] The Seltos will be sold in the U.S. and Mexico in early 2020.
Dengan latar belakang seperti ini saja, sebenarnya kita nggak perlu kaget kalau Seltos agak berbeda dibanding Rio dan Picanto. Baik secara bahasa design maupun interior (nanti dijelaskan di review) ...
yang jelas catatan di Wiki ini membuat saya sedikit agak menurunkan ekspektasi pada Seltos :
FYI, SP2i = Indian-made Seltos a.k.a Seltos rakitan India...The Indian-version Seltos is exported to several regions which mostly are emerging markets including South Africa, Indonesia, Latin America, Middle East and other South Asian markets. It is likely that the SP2i and SP2c versions are the low cost versions of Seltos to penetrate most emerging markets.
Source : https://en.wikipedia.org/wiki/Kia_Seltos
Exterior : Half British, Half Chinese...
Evolusi desain KIA sejak 10 tahun belakangan ini cenderung cukup besar, sebuah leap yang jauh sekali ketimbang KIA di awal 2000an yang bulet-bulet nggak jelas. Semua berkat jasa Peter Schreyer yang merupakan ex-chief designer VW-Audi. KIA pun memiliki corporate identity yang tegas sekarang : Tiger Nose, dan Tiger Nose di KIA generasi sekarang, jauh lebih “garang” ketimbang tiger nose awal.
Kesan itu tak berubah di Seltos. Dari depan, mobil ini terkesan mengotak, dan terlihat garang. Sekilas mirip dengan RR Evoque dari grill dan lampunya. Seltos menggunakan lampu LED, mengikuti trend seperti Honda dan Toyota modern.


Pillar mobil ini diberi warna hitam dan berbentuk kotak, seperti ingin menonjolkan kesan anti-mainstream nya, dengan jendela pilar C yang menyempit. Sepertinya selain fungsional, juga ingin memberi kesan unik.



Fender dan wheel arch yang besar dipadu ban tebal dan velg 17 inch dengan ban 215/60/17 Goodyear Fuel Assurance Max, membuat Seltos lebih terlihat seperti SUV daripada crossover seperti HR-V atau CX-3. Intinya jika ada kontes mobil harga 300 juta-an paling macho, mungkin Seltos adalah pemenangnya. Motif velgnya juga memberi kesan tough.

Sayangnya ketika melihat bagian belakangnya, saya jadi diingatkan kalau ini bukan produk global KIA seperti dua saudaranya. Ntah saya saja atau ada yang merasa juga bagian belakang Seltos ini justru auranya seperti mobil Tiongkok. Saya seperti dejavu dengan pantatnya DFSK Glory 560 dan 580 melihat garis krum memanjang di atas plat nomor itu.



kalau dipadu warna orange, setidaknya menyamarkan kesan ini mirip mobil tiongkok.

Di luar sono kesan identik dengan SUV tiongkok ini agak tersamar karena aksennya tidak menggunakan chrome

Semakin yakin kalo ini bukan produk global KIA saat lampunya nyala semua yang keliatan kayak pasar malem ... alias rame.

Itu lampu di atas grill demi apa sih



Interior : Desain Rapi dan cukup "Pintar" ...
Kontras dengan bagian luar, interior Seltos terkesan konvensional saja. Design-wise, HR-V dan CX-3 masih terlihat lebih menarik.
Dash Seltos versi India sebenarnya agak berbeda dengan versi Korea sono, jauh lebih sederhana dan.... cheapo?


Versi India (Indonesia)
Biar nggak terkesan biased dan nyacat, ane akan mulai dari sisi positifnya.
Pertama setirnya, ane sangat suka model flat bottomed ini, gripnya juga terkesan lebih mahal dan lebih enak dari HR-V. Grip setirnya sama enaknya dengan Mazda.


Kedua, tombol-tombol dan gearknob nya terkesan mahal, meski secara desain biasa aja, tapi gimana yah, feelnya jauh lebih padat daripada HR-V.

Ketiga, ane suka tampilan MID nya. Terkesan high-tech, dan ntah kenapa meski secara desain ada kemiripan dengan Wuling, tapi font tulisan dan animasi nya lebih proper dibanding Wuling yang terkesan kaku. Ohya di MID ini juga dilengkapi boostmeter (yang bikin ane cukup miris 2 Honda berkeong ane karena pakai cluster sunated jadi ngga ada boostmeternya…).

Keempat, seats dan akomodasi. Seat di mobil ini kualitas leather nya di atas HR-V, dan lebih empuk. Baris keduanya juga menurut saya sangat nyaman, sandaran joknya paling rebah di kelas ini, dengan headroom legroom berlimpah. Bagasi juga cukup proper, kurang lebih setara dengan HR-V, lebih luas dari CX-3.

Kelima, gadgets. Head unitnya dapat support Apple Carplay, lalu juga dilengkapi wireless charging. Mungkin jadi mobil termurah yang sudah dilengkapi wireless charging. Fitur penting jika dibilang mobil ini menyasar pasar milenial.

Lalu cons nya, ready ?
Objectively, BQ Seltos tidak spesial-spesial amat, malah cenderung ke jelek fit and finish nya. Jejak-jejak buatan India nya ketauan ketika kita ngeliat plastik di doortrim yang terkesan brittle dan murah. Ketika ane mau nurunin jok dengan height adjusternya, saya agak takut itu tuas height adjusternya patah karena plastiknya bener-bener nggak berasa mantep. Tapi KIA dengan jenius membuat orang tidak ngeh dengan kekurangan pada sisi BQ ini, ntahlah ini bermakna positif atau negatif.

Berikutnya, bentuk mengotak pada frame speedometer dan head unit. Niatnya mau bikin desain kayak Mercedes yang nyambung, tapi secara estetika agak mengganggu, terutama head unitnya, potensi bikin blindspot dan disrupsi waktu nyetir. Gede banget.

Driving : DCT + Turbo, Menjanjikan ?
OK bagian paling menegangkan dan paling bikin penasaran Seltos adalah sisi drivetrain nya.

1.4 Liter Turbocharged GDI “Kappa” Engine, bertenaga 140 hp @ 6.000 RPM dan torsi 242 Nm @ 1.500 - 3.200 RPM, outputnya generik seperti mesin 1.4 - 1.5 Turbocharged pada umumnya.

Wuling Almaz 150 hp / 250 Nm,
Chevrolet Trax 140hp/200Nm
VW Tiguan TSI 140hp/250Nm
Mitsu Eclipse Cross 150hp/250Nm.
Well, output tertinggi di kelas 1.4 - 1.5 L Turbo dipegang tentu saja oleh Honda Civic / CR-V dengan 170hp/220Nm dan 190hp/240Nm.
Mesin ini dipadu dengan transmisi 7DCT. Transmisi DCT selalu membuat internet petrolheads h*rny karena mereka selalu berpatokan dengan DSG VW yang merupakan salah satu pencapaian terbaik di dunia engineering, dan ane akui itu karena ane jg pengguna VW dan merasakan sendiri bagaimana sebuah transmisi dual-clutch itu begitu sakti.
Mesin turbo, transmisi DCT, sounds like a wet dream comes true...

Beklah, kita mulai jalan saja. Seating position mobil ini cukup enak, lumbarnya agak terlalu tebal dan sialnya ane gak nemu settingan lumbar support, tapi ya sudahlah, tidak terlalu mengganggu.
Setirnya enak digenggam, jauh lebih enak dari Wuling Almaz dan Honda HR-V, grip setirnya kurang lebih sama enaknya dengan Mazda CX-3.
Jalankan mobil dari start dan loh… kok shiftingnya early sekali… lalu sales bilang “mas ini mode ECO” bweh. Si mas sales kayaknya menangkap raut muka bingung saya.
Oh ya, salah satu highlight pada mobil ini adalah punya 6 mode berkendara : ECO, NORMAL, SPORT, dengan tambahan 3 terrain mode : SNOW, SAND, MUD, semua diatur lewat knob di samping tuas transmisi. Saya nggak ngerti ngapain dikasih terrain mode yak, kan mobil ini nggak AWD… apa KIA lupa menyunat mode terrain ini di versi FWD...

Harusnya EcoPro, Eco, Normal, Sport, Sport+, Resing…

Puter knob dan pindahkan ke mode NORMAL, semua berjalan normal. Power terasa cukup mumpuni untuk jalan santai dalam kota, tidak ada gejala jerking pada DCTnya. Cukup halus. Respon awal mesinnya cukup baik, buat stop and go halus dan harus diakui, lebih smooth takeoff nya di kemacetan ketimbang MK6 saya. Untuk akselerasi dari 0 - 60 km/h rasanya sangat enteng.
Tapi ini Turbo + DCT, tentu saja kombinasi seperti ini adalah mimpi indah untuk so-called internet petrolheads, gimana tidak, dengan figur performa seperti VW Tiguan, lalu transmisi dual-clutch… Semua orang pasti berekspektasi mobil ini fun to drive.
Sayangnya, nope, it’s not.
Bagi yang expect Seltos mobil performa karena ia Turbo + DCT, sayangnya anda harus siap-siap kecewa. Ada beberapa catatan soal performa mesin dan transmisi Seltos.
Mesinnya terasa baik-baik saja ketika kita nyetir santai, tapi ketika dibejek, saya justru agak kesel. Tenaga mesinnya ngempos di atas 5.000 RPM, ketika shifting di redline, mobil ini sudah kehabisan nafas dan mesin cuma meraung kasar. Kayak di-PHP gitu, lepas 5.000 RPM seperti asupan fuel dicekek oleh ECU dan tenaganya langsung drop.
Mode SPORT nya memang menahan shifting di RPM yang lebih tinggi, tapi justru itu yang jadi masalah : transmisinya cenderung nahan gigi terus menerus. Jadi ketika kita ngegas lalu dilepas, ada jeda cukup lama sekitar 1 detik baru dia mau pindah ke gigi tinggi. Gara-gara ini setiap pakai mode SPORT rasanya mesin meraung-raung, seperti orang belajar nyetir yang gagap mindahin gigi. Mode SPORT di mobil ini hanya ideal ketika kita mau drag race, buat cruising di tol apalagi dalam kota tidak ideal. Karena sekali tempo saya coba launch di jalan kosong memang mode SPORT nya lebih ideal.
On daily use, just leave it at NORMAL. Mode paling waras.
DCTnya, sekali lagi jangan terlalu cepat menilai kalau semua transmisi DCT itu seperti VW punya. DCT dan AMT itu basisnya sama-sama transmisi Manual, tapi dengan perbedaan pada unit clutch nya. AMT itu kopling single clutch biasa seperti transmisi manual pada umumnya, sedangkan DCT punya dua unit clutch pack. Satu kesamaan dari dua jenis transmisi “automated manual ini”, yes you got it right : sama-sama diatur perpindahan giginya secara elektronik. Mekanisme shifting transmisi tetap bergantung pada setelan TCU pabrikan.
Memprogram TCU DCT tentu tidak mudah, harus berkompromi antara keawetan clutch dengan responsivitas, dan sayangnya as expected, DCT KIA terasa kurang refined.
Behavior aneh dari transmisi DCT Seltos justru pada saat akselerasi penuh dan braking, terutama di mode SPORT. Saat akselerasi, perpindahan giginya cenderung lambat, beberapa transmisi 6-speed AT saya rasakan terasa lebih cepat. Lalu pada saat braking terutama di mode SPORT, malah kayak transmisinya cenderung buru-buru memberikan engine brake, memberi kesan kurang halus dan jerking saat hard braking. Transmisi juga sempat kebingungan memilih gigi yang tepat.
Dengan mekanisme seperti ini, saya jadi makin ragu-ragu dengan umur clutchnya ... nggak heran denger di India udah ada yang overheat.
Intinya on objective measure, performa Seltos tidaklah superior dibanding HR-V 1.8. Dibanding HR-V 1.5 apalagi Almaz mungkin masih lebih baik, even dibanding Chevy Trax, sepertinya Chevy Trax masih lebih superior.
Soal handling bagaimana? Feedback setirnya cukup memberi kepercayaan diri waktu nikung, lalu front-end nya juga cukup tajam dibanding HR-V. Sayangnya, ntah kenapa saya setiap ngerem masuk ke tikungan dan flick setir, ada rasa nggak percaya diri karena bagian belakangnya. Yup, sway di bagian rear-end nya cukup besar, saat berbelok pun terasa bodyroll yang agak berlebih. Sensasi yang mirip dengan rear-end Hyundai SantaFe DM.
Tapi baiklah, let’s be generous soal ini. Lalu bagaimana dengan aspek kenyamanan?
Catatan positif justru ada di sektor kenyamanan. Sejujurnya suspensi mobil ini keras, tapi sedikit ada feel Eropa pada suspensinya, kualitas dampingnya baik, saya jauh lebih suka karakter suspensi Seltos ketimbang HR-V yang mengayun. Dibanding Seltos, HR-V terkesan ajrut-ajrutan dan kasar. Saya pikir berkat setup ban yang tebal pula itu damping mobil ini bisa enak. Yes, mobil ini bisa jadi sebuah proper family hauler.
Conclusion : Acceptable
I'd be very very generous on this part.
Ini bukan mobil yang bakal memuaskan true petrolheads. Mesin dan transmisinya payah, handling yang biasa saja. Jika ekspektasinya adalah punya mobil terjangkau yang sensasinya mirip VW Tiguan baru karena Turbo + DCT, lupakanlah.
Belum lagi fakta bahwa mobil ini pasar utamanya adalah China dan India, yang semakin melunturkan ekspektasi mobil ini dibuat dengan standar tinggi seperti produk - produk KIA lainnya.
Tapiiii jika ekspektasinya adalah sebuah compact crossover untuk harian, Seltos sangatlah layak dijadikan pilihan.
Pertama, tingkat coolness mobil ini bisa dibilang lebih baik ketimbang HR-V yang jadi uncool karena sudah terlalu common dan modelnya sudah terlihat jadul, jadi naik Seltos jelas lebih "cool" dan trendy, apalagi jika milih warna yang unik seperti orange.
Kedua, sensibility. Jika dibawa halus saja mobil ini sangat nyaman, kekedapannya masih lebih baik dari HR-V, lalu kabinnya juga lebih proper untuk family, terutama headroom belakang.
Ketiga, dan ini yang menurut saya membuat Seltos menjadi bargain dan layak dipilih : harganya. 365 juta OTR Semarang tipe tertinggi EX+. Bahkan jika tidak tertarik tipe tertingginya sekalipun, spek teknis pada tipe E dan EX biasa 100% mirip, pembedanya hanya fitur saja.
Bargain ini tentu menurut saya bukan serta-merta karena fiturnya banyak, tapi juga fasilitas yang diberikan oleh KIA. 5-years Warranty dengan unlimited KM, artinya mobil ini siap "dihajar" untuk jadi kuda perang harian, dan biaya jasa servis gratis hingga 4 tahun / 50.000 KM.
Sebagai langkah awal untuk "kebangkitan kembali" KIA, upaya mereka memasarkan Seltos cukup dapat diapresiasi.
Rivals :
Honda HR-V, Mazda CX-3, Hyundai Kona