Beklahh mungkin beberapa orang disini sangat hapal kalo ane juga hobi nge-roast mobil yang tergolong endless money pit, and also, a Honda lover. Lalu kenapa ngambil VW yang udah terkenal endless money pit - berusia 8 tahun lagi!

Well well… I think my dad is in his mid-life crisis

Lihat OLX ada dijual di showroom kenalan, seekor VW Golf MK6 TSI dengan odometer lumayan gondrong (101.000). Barang keliatan bagus, ane pun satu siang cek record ke VW Semarang a.k.a Wisma Indomobil yang barang jualannya berubah terus dari VW-Audi, Renault, Datsun, sekarang KIA-VW. Dengan record servis yang sangat lengkap di BeRes (dan tentu saja, kutukan mechatronic DSG Dry DQ200 yang sudah terganti di KM 77.000), memberanikan diri untuk ngangkut.
Waktu liat record sih what I can say… this car REALLY is an endless money pit, selama 100k KM sudah ngabisin 100juta++ untuk repair dan servis (mostly di mechatronic dan penggantian clutch + flywheel). Lihat tagihan servisnya sekali bikin ngelus dada, Civic dan CRV jadi berasa ngerawat LCGC kalo dibandingin nih benda “mobil rakyat” satu. “Mobil rakyat” yang sungguh tidak merakyat…
Angka ngangkutnya ? Yang jelas lebih murah dari seekor Brio Satya baru. Menggembirakan bukan ?
A brief history of MK6 - Indonesia
MK6 Golf di Indonesia diluncurkan tahun 2010. Saat itu harga barunya sangat murmercrot karena pertama kali VW melakukan SKD (Semi Knocked Down) untuk produknya - Golf, Touran, dan Tiguan. Harga “perkenalan” waktu itu sekitar 300 juta-an, pokoknya ane inget seharga sebuah Civic FD1.
Mindset orang Indonesia dan so-called internet petrolhead kebanyakan “wah value for money, fitur lengkap harga murmer, larinya kenceng, teknologi canggih, Jerman bok, yada yada yada”. Jadilah saat itu mobil ini cukup ngehits di kalangan Indonesian middle-class dan anak muda yang baru naik dari Jazz/Yaris ke kelas Civic (C-segment). Waktu itu sih mahasiswa yang biasa-biasa pake avanza (dulu belum ada LCGC), yang middle class pake Jazz/Yaris, yang agak kaya naiknya kalo gak Civic ya Golf, sejak muncul TSI MK6 ini lumayan banyak jadi mobil anak mahasiswa yang pengen tampil agak beda.
As a marketing hype, mobil ini sangat sukses. Di kalangan orang awam dikenal mobil Eropa terjangkau (orang awam mana tau VW itu merek mobil “biasa” bukan luxury macem BMW / Merc, pokok’e Eropa = mewah, even Renault sekalipun). Di kalangan petrolhead dan orang ngerti engineering, mobil ini canggih di jamannya : mesin dual charger TSI dan transmisi dual-clutch yang tidak ada di mobil manapun di harga segitu. Di tahun 2012 ane sempat mencicipi juga nih mobil emang fenomenal, jaman itu ane masih pake CR-V RE 2.4. Jadi terasa sekali buat butt-o-meter ane kalo Golf ini sangat sempurna.
Sayangnya yah itu seiring waktu nih mobil proven not to be as bulletproof as Civic. Plagued dengan isu kerusakan mechatronic unit DSG nya (walaupun beberapa dapet goodwill jadi free of charge walau lewat masa warranty), belum isu kerusakan waterpump di mesin 1.4 TSI yang juga lumayan banyak. Germans are still…. Germans, I guess ?
VW menyerah dengan mesin Dual Charger di generasi penerusnya, MK7, tahun 2014, apalagi sejak trend twin-scroll turbocharging yang less complicated dan biaya pengembangannya jauh lebih murah. MK7 menggunakan twin scroll turbocharger dengan output lebih kecil 20PS tapi torsinya lebih besar 10 Nm. Sayangnya yang bikin mobil ini akhirnya tidak populer (dan tidak lagi dijual) adalah harganya yang semakin meroket, tidak lagi affordable oleh middle-up class youngsters. VW pun men-discontinue dan sekarang hanya jualan Polo, Tiguan, Scirocco. Scirocco pun setau saya cuma ngabisin stok karena udah gak dilanjut juga.
Exterior : Clean lines, typical VW
VW adalah brand yang menjual mobil berdasarkan volume, tak ubahnya dengan Honda, karena itu kebanyakan mobilnya lebih mengutamakan practicality ketimbang style. Inipun berlaku di Golf.



Golf MK6 secara looks tidak terlalu spektakuler, this car looks like a bigger Polo, or a “slammed” Tiguan. Tapi justru ini yang jadi ciri khas VW : desain yang main clean lines, tidak banyak garis agresif, bahkan di generasi terbarunya pun hanya dibuat lebih kotak untuk memberi kesan futuristis.

Setiap generasi, VW hanya simpel mengikuti model yang lagi in. Tahun 2005-2012 itu kan memang eranya mobil desainnya membulat, jadi mereka bikin membulat supaya diterima pasar. 2014 keatas mulai era futuristis, didesainlah MK7 jadi lebih kotak-kotak.

Mobil ini sangat understated, bahkan jika logo VW nya ditutup dan disebelahkan dengan sebuah Civic FD, tidak ada yang mengira mereka mobil yang sekelas. Orang akan mengira ini mobil sekelas Jazz, saking understated nya. Velgnya saja 16 inch double spoke biasa.

Untuk mensiasati desain yang biasa-biasa aja, VW menyematkan beberapa aksen unik sehingga membuatnya berbeda dari merek lain, seperti :
- Emblem belakang yang sekaligus berfungsi sebagai pembuka bagasi, ciri khas VW.

- Bohlam dengan logo VW

Interior
Interiornya pun sangat practical dan sederhana. Tidak ada speedometer digital, vent AC tidak ada hiasan apapun, dash nya dominasi warna hitam dengan beberapa aksen silver. Jika dijejerkan dengan Toyota Yaris terbaru pun, interior ini sekilas terlihat plain saja. Tidak ada kesan mahal kecuali logo VW di setir. Tidak ada display nongol di tengah dengan berbagai gimmick entertainment dan fitur karena ini mobil tahun 2011. Jaman itu Apple Carplay jelas belum ada.

Cluster meternya kadang terasa terlalu gelap, sampe kalo jam-jam nanggung seperti jam 4 sore walau langitnya terang ane ngerasa aneh liat cluster gelap gitu, nyalain lampu kota deh biar clusternya nyala. MIDnya layar monokrom tapi informasinya kumplit. Real time FC, AVG, driving hours, oil temp, suhu luar, service reminder, dll.

Saat lampu belum menyala, cluster meter terasa agak terlalu gelap...

But somehow I miss car interiors like this. Bahkan sampai Tiguan terbaru pun interior VW tetap apa adanya seperti ini. Kesan ini entah kenapa hanya didapat di Honda dan VW modern saja. Semuanya tidak ada yang misplaced, mudah dijangkau. Pabrikan modern itu ntah kenapa susah banget bikin dash yang rata dan layar HU posisinya di bawah dash, malah pake layar nongol yang distracting.
Fitur ? Fitur di mobil ini basic saja, misalnya 10 airbags, stability control, auto lamp. ACnya bahkan masih tombol puteran. Yang ane suka, storage mobil ini useful, kantong di pintu sangat-sangat besar, bisa muat botol 1.5 liter plus plus barang lain. Tidak ada sunroof, audionya standar saja bahkan USB port pun tidak ada.

Seat mobil ini bawaan pabrik emang menggunakan fabric, bukan leather. VW setau saya sampai MK7 pun fabric, jok kulit dijadikan opsional. Yang ane suka, jok depannya model semi-bucket jadi sangat-sangat menopang tubuh dan suportif. Cuma di mobil ini ane gak setel joknya ke posisi terendah karena emang rendah banget, sampai ketutupan dashnya.
Mobil ini juga interiornya sangat lega, legroom-headroom belakang lebih lega dari Civic dan lebih mudah juga untuk orang keluar-masuk. Kapasitas bagasinya tidak sebesar Civic, tapi cukupan, tidak terlalu kecil juga.


Driving
Technical aspects, mobil ini menggunakan mesin EA111 Dual Charger dengan kapasitas 1.390cc bertenaga 160PS @ 5.800 rpm dan torsi 240 Nm @ 1.750 - 4.000 RPM. Dikombinasikan dengan transmisi DSG DQ200 Dry clutch 7-percepatan buatan Getrag.

By modern day standard output segini dari mesin 1.4 Liter forced induction itu tergolong besar, karena kebanyakan modern day 1.4-1.6 Liter turbo outputnya hanya 140-150 hp. Yang lebih besar hanya Honda Civic dengan 174PS dan CR-V dengan 190 PS. Klaim VW pada saat itu 0-100 dalam 8 detik which is very spectacular… untuk sebuah hatch 300 juta-an! Ohya VW mensyaratkan BBM oktan 95 minimal.
So, how’s it?
Yang akan di-notice pertama oleh siapapun yang mengemudikan sebuah VW Golf adalah respon transmisinya. Bagi yang belum terbiasa, akan terasa transmisi ini agak kasar. Sebenernya tidak, karena mekanismenya mirip transmisi manual di gigi 1, jadi kalau digas perlahan akan terasa agak getar-getar seperti kita masuk 1 dan kopling belum engage 100% di mobil manual. Jika di mode D, kalau sudah jalan masuk 20 km/h ia akan langsung oper ke 2. Cumaaaaa nah ane gak tau apakah ini akibat software DSGnya sudah di update VW apa bukan, karena rasanya sedikit lebih ada slip dan lebih halus ketimbang dulu waktu saya nyoba di 2012. ane belum cek lebih detail apakah ada update software atau simply karena ganti mechatronic unitnya.
Pro tip using the DCT : “Jangan nanggung”.

Beberapa kali ngobrol dengan pengguna DCT mereka menyarankan teknik menyetir DCT dari mindah gigi ke N saat berhenti, masuk manual-mode saat macet merayap, dan ngerem yang tidak boleh nanggung, ane menyimpulkan intinya problem DCT paling umum adalah kalau bukan defect bawaan ya heat (panas). Panas ini disebabkan karena clutch yang terus-menerus bergesekan. Pada dasarnya pengoperasian DCT adalah sama saja dengan transmisi manual, hanya saja dengan jumlah clutch plate pada pack yang banyak ditambah ada 2 clutch pack, membuat ia lebih rawan terhadap heat akibat gesekan terus-menerus. Saat kita membiarkan transmisi di D terus, ya ibaratnya kita nyetir mobil manual dengan kondisi selalu setengah kopling. Memindahkan ke mode manual saat merayap akan membantu transmisi supaya tidak cepat panas karena mekanisme perpindahan gigi otomatis saat di posisi D. Termasuk pada tanjakan curam juga sebaiknya menggunakan mode manual.
Berkat dual charger, powerband mesin ini luas, torsi bawahnya melimpah ruah berkat supercharger, ini yang membuat mobil ini sangat enak dipakai di perkotaan dan terasa lincah. Top end powernya cukupan tapi tidak sekuat Honda, even dibanding Civic ane pada waktu standar sekalipun tetep top end nya lebih kuat Civic.
Steeringnya padat dan komunikatif, sangat direct memberi kesan percaya diri waktu bermanuver di kecepatan tinggi. Lock-to-lock setirnya memang tidak sependek Civic, untuk berbelok setir Civic lebih cepat, tapi setir Golf lebih memberikan rasa PD karena direct-ness nya. Saking PD nya, ane berani menjalankan mobil ini di tol luar kota dengan ban AR-20 bawaannya yang tapaknya sudah halus di kondisi hujan deras, setirnya memberi sense of control yang baik.
Ini juga didukung dengan suspensi yang setup nya firm. Cuma sekeras-kerasnya, tetap rasa keras Eropa yang mantap. Bodyrollnya sangat minim dan saat manuver tidak ada gejala pantat membuang saat manuver. Minusnya tentu di sektor kenyamanan, travel suspensinya lebih pendek dari Civic, selain itu redaman shock absorbernya juga tidak se “kenyal” Civic. Baru saja ganti ban ke Bridgestone Techno Sports agak membaik redamannya.
Yang sets this car apart dari Civic adalah insulasi kabin yang luar biasa baik untuk mobil yang dulu harganya 300 juta-an. Jalan di kondisi hujan deras ngobrol di dalem mobil tidak terganggu sama sekali, beda dengan Civic yang kalo hujan atapnya kayak kaleng rombeng. Road noise nya juga minimal sekali. Sayangnya, penyakit rata-rata mobil Eropa tua : panel interiornya mulai bunyi kriyat kriyet di jalan tidak rata. Beberapa mobil Jepang sebenernya juga ada yang begini, tapi ane pengalaman lebih banyak bunyi kriyat kriyet gini di mobil Eropa tua.
Conclusion : A Fun Car, but Does Not Come Cheap
Membeli sebuah Golf TSI berusia 8 tahun bisa jadi pilihan yang cerdas atau bodoh, tergantung dari sisi mana kita melihatnya dan bagaimana profil penggunanya. It’s a German car, after all. It will break your wallet.
Pilihan yang cerdas, jika contextnya anda sudah punya seekor Innova atau CRV untuk kaki di rumah dan pengen merasakan sensasi berbeda dari mesin dual charger yang sudah tidak ada lagi, baru pun mesti ditebus dengan nominal yang sangat mahal (Scirocco). Mobil ini super fun, playful, dan practical di waktu yang sama, dapat ditebus seharga LCGC baru.
Pilihan bodoh jika sudah jadi mobil satu-satunya, nggak punya workhorse lain, budget pun mepet, alias dana LCGC kepengen gaya. I seriously don’t recommend taking this car as an alternative to “newer” LCGC or compact crossover.
Minimal kalau ingin miara mobil Jerman seumur ini apalagi product VAG yang sudah terkenal punya masalah bawaan, siapkan dana 2x harga ngambilnya. Mobil ini punya potensi ngejogrok di bengkel karena masalah bawaannya adalah powertrain (transmisi) dan itu harganya tidak murah.

Golf or Civic ?
Penduduk SM pasti sudah tau jawabannya....

Tapi harus diakui, baik Golf dan Civic adalah mobil yang skornya imbang. Apa yang ditawarkan VW dengan Honda itu mirip. Jika Mazda adalah Japanese BMW, Honda adalah Japanese VW. Mobil dari kedua merek ini sama-sama mengedepankan praktikalitas dan penggunaan sehari - hari, tanpa mengesampingkan rasa berkendara. Mungkin bukan yang paling fun, tapi "fine to drive". Handlingnya masih tajam, mesinnya masih powerful, suspensinya masih cukup mumpuni untuk menikung kencang, dll. Heritage kedua mobil ini juga hampir mirip. Keduanya sama-sama punya model performa (Golf GTI - Golf R / Civic Si - Type R).

Tapi preference saya akan lebih ke Civic, bukan karena bias suka merek Honda, tapi mustahil beli mobil mengesampingkan faktor aftersales, long-term reliability, biaya maintenance, dan menurut saya pribadi, dengan rasa berkendara yang tidak jauh gapnya, toh Civic sekarang refinement di powertrainnya sangat baik dan figur performanya mirip, selisih biaya yang dikeluarkan selama pemakaian tidak terlalu worth it. Saya yakin juga untuk long run nya Civic punya durabilitas lebih baik dari sebuah Golf.
Walaupun harus diakui, sekeren apapun bentuk Civic sekarang, naik Golf itu ada rasa "sombong" nya dikit karena ini mobil German, lebih berasa orang kaya naik mobil Jerman ketimbang Jepang, termasuk berasa orang kaya nya kalo bayar tagihan bengkel, duit puluhan juta bisa melayang sekejap mata

Tips praktis :
- Jika service record mobilnya tidak jelas, avoid at all cost. Ini bukan mobil Jepang yang bisa di maintain di sembarang bengkel. Tidak harus record bengkel resmi, tapi khusus mechatronic dan segala tetek bengek urusan transmisi iya safe betnya lihat record bengkel resmi.
- Item wajib diperiksa ketika cek record : kapan terakhir penggantian clutch (buat kira-kira umur clutchnya berapa ribu), di kilometer berapa mechatronicnya minta ganti, ABS module, dan water pump juga penting diperiksa karena termasuk problem bawaan. Paling tidak, mengantisipasi dapet unit yang “dibuang” karena pemiliknya males benerin.
Mods :
- Karpet mie
- Bridgestone Techno Sports 205/55/16
Still Problem :
- Window auto-up driver
- Rattle noise interior