Tapi sama dengan niat modifikasi mobil, niat dan semangat itu hanya besar di awal saja ketika baru memiliki, misalnya niat beli aksesoris macam-macam atau ganti ini-itu. Ketika sudah pakai agak lama, pasti sudah malas juga mau ganti atau nambah aksesoris lagi. Yah, setidaknya itu kalo saya
Dan pada saat selesai saya tulis, ternyata sekarang odometernya sudah lebih dari 35rb km (ga cocok lagi ma judulnya, ya wis lah...)
Intro
Intro sebentar dulu, jadi ini mobil milik pribadi, alias saya bukan reviewer profesional, walaupun sangat interest dan mengikuti perkembangan dengan apa yang disebut sebagai mobil (dan motor). Almaz ini saya pakai sebagai kendaraan sehari-hari saya, bahkan bisa disebut kendaraan tempur. Sehari-hari (weekday) bisa jalan minim sekitar 200 km, minim ya, artinya bisa lebih karena kalo ke cikarang atau jakarta bisa lebih lagi. Saya domisili di Bandung dan sehari-hari nguli di Cikampek/Purwakarta. Rute sehari-hari kombinasi antara tol, jalan kota dan jalan kampung.
Mungkin agak gila bagi sebagian orang menjadikan mobil seperti ini kendaraan tempur dan diperkosa habis, tapi ga tahu kenapa, pas lihat mobil ini, saya kok penasaran dan semakin penasaran dan akhirnya memutuskan beli ini selain memang saya demen mobil yang anti mainstream. โLihatโ itu benar-benar dalam arti sesungguhnya, saya menonton review di youtube pun tidak terlalu tertarik, juga waktu lihat berita-beritanya, waktu itu pilihan saya masih mengerucut ke Chevy Trax. Tapi begitu lihat langsung dan apalagi coba, lho kok ternyata tidak seperti yang saya bayangkan.
Well, sampai dengan benar-benar memutuskan beli, saya sampai coba test drive 4 atau 5 kali mungkin, untuk benar-benar memastikan, tepatnya meyakinkan diri sendiri. Setelah SPK, unit ini akhirnya saya terima di bulan Mei (tetap kena inden dulu).
Karena pemakaian saya yang di atas normal, saya juga curiga, ini satu-satunya Almaz yang sudah nembus 30.000 km saat ini.
Ssstt, kalo ada pabrikan mobil yang lagi baca ini, misalnya ada mobil baru dan kepingin di tes atau review gratis untuk pemakaian puluhan ribu kilometer, dengan pemakaian medan acak dan khas orang indonesia tapi tanpa nunggu lama-lama, bisa kontak saya, silahkan dipinjamkan mobilnya 6 bulan, nanti saya feedback pemakaiannya yang nembus angka 30.000 km. Dan yang pasti reviewnya akan lebih detil dari ini.
Untuk review ini, saya tidak akan detil menjelaskan fitur, tampilan atau yang lainnya karena itu bisa dilihat di website atau youtube. Yang saya tuliskan yang menurut saya penting saja, atau juga mungkin luput untuk diulas, serta tentunya pengalaman berkendara sampai 30.000 km yang belum pernah ada yang mengulasnya.
Eksterior
Wuling Almaz yang saya pakai ini keluaran yang pertama, yang masih 2 baris. Ada beberapa sedikit yang beda dengan yang 3 baris tipe tertinggi. Kalo di eksterior, paling kentara di bagian belakang, untuk tipe terbaru diffuser belakang hanya ada 1 knalpot dan beneran ada knalpotnya (meskipun agak seperti dimasukkan paksa ke tempatnya), sedangkan yang tipe keluaran awal seperti punya saya, diffuser belakang ada 2 knalpot palsu. Sebenarnya saya ga suka yang palsu-palsu, tapi entah kenapa, saya lebih suka yang palsu dengan 2 knalpot ini, somehow penampilannya lebih oke daripada yang tipe terbaru. Subyektif sih ya.
Kemudian untuk keluaran awal, saya bersyukur dapat ban Continental, sedangkan yang sekarang keluaran GT Radial. Selain diffuser dan ban, seingat saya untuk tipe tertinggi yang lainnya untuk soal eksterior tidak ada perbedaan.
Mobil saya berwarna putih dan saya perhatikan ada sedikit belang warna di antena (shark fin) dan handle pintu dibandingkan dengan bodi, saya tidak tahu untuk warna yang lainnya ya. Minus lainnya diameter ban dan atau pelek harusnya masih bisa lebih gede lagi, yang sekarang terlihat kekecilan. Juga untuk lampu utamanya berasa pas-pasan terangnya, padahal berharap kalo LED bisa lebih terang daripada yang halogen. Kaca belakang dari posisi mengemudi juga terasa kecil, pandangan belakang agak terbatas (untung ada kamera 360) selain itu juga sekalian saya tulis saja di sini, tidak ada defogger di kaca belakang. Selain itu juga tidak ada fog lamp untuk sisi belakang, padahal wuling confero aja ada, ini kok malah tidak ada.
Secara umum, kabar baiknya tampilan eksterior Almaz ini cukup keren sih. Kalo ditutup logonya atau bahkan sekarang sudah diexport dengan logo Chevy orang pasti sudah takut buat mencibir
Interior
Membahas interior Almaz langsung muncul berderet fitur yang dipunyai yang menunggu untuk disebutkan. Tapi saya ga akan menyebutkan semuanya, karena sepertinya terlalu buanyuakkk, hanya saya bahas yang menarik saja bagi saya, maafkan
Mulai dari minusnya dulu, yang paling parah menurut saya adalah setirnya yang belum teleskopik, Cuma bisa naik turun saja, ini cukup mengganggu untuk memperoleh posisi mengemudi yang nyaman. Ditambah lagi bentuk setir yang pada awalnya terasa sangat aneh untuk dipegang. Well, bentuknya sih oke, tapi tonjolan yang ada di lingkaran setir di posisi jarum jam 10 dan 14 membuat ga enak untuk digenggam, jempol ga bisa memegang erat dan bikin pegal. Karena dua hal ini, saya sampai mengubah cara memegang setir dan posisi berkendara saya, mengubah dan lalu membiasakan, sampai lama-lama terbiasa dan sudah bisa menikmati. Pada saat test drive tidak berasa karena hanya sebentar, saran saya, benar-benar coba dirasakan, apakah cukup mengganggu tidak. Oh ya, tinggi saya 177 cm. Tapi untungnya, saya berhasil menemukan posisi duduk dan cara memegang setir yang bisa mengkompensasi kekurangan di atas.
Masih bicara tentang setir, klakson terasa agak keras mencetnya untuk bisa membunyikan, namun bunyinya cukup bagus, bukan bunyi pasaran dan murahan. Kemudian turun sedikit ke tuas-tuasnya yang di setir, untuk semprotan air ke kaca depan, terasa kurang keras dan ga jelas fokusnya ke mana antara kanan dan kiri. Soal kurang kuatnya semburan air, sudah selalu komplain pada saat servis, tapi ya begitu-begitu saja hasilnya. Semburannya kurang kuat, terutama yang kanan, dan arahnya ga jelas.
Untuk spidometer, ada perbedaan antara keluaran lama dan terbaru soal tampilannya. Ada segudang informasi yang ada pada MID nya, sungguh luar biasa memang. Oh iya, tapi ini masih bahas minusnya ya, well, catatan penting saya adalah soal indikator volume bensin vs range atau sisa jarak tempuh dengan tangki bensin yang ada. Jadi untuk volume bensin ini, agak-agak kacau menampilkan infonya. Kadang lama ga turun-turun (dipakai ratusan km ga berkurang sama sekali), atau juga kadang terlalu cepat turunnya. Yang bisa lebih dijadikan patokan adalah dari range atau sisa jarak tempuh kilometernya saja. Walaupun saya sudah diupgrade softwarenya beberapa kali pada saat service, seingat saya sampai 3 kali, tapi menurut saya tetep saja ga akurat. Sempat oke, tapi ya begitu lagi, walau sudah ga separah dulu. Tapi ini mengganggu sih. Kalo sudah kurang dari separo, saya pasti set MID ke posisi tampilan sisa range km yang bisa ditempuh. Urutan/sequence tampilnya lampu indikator peringatan isi bensin juga ga jelas, tapi akhir-akhir ini berkisar di satu atau dua bar lalu akan menyala. Jangan kaget kalo habis isi bensin 200rb dan indikator bensin tidak berubah sama sekali atau juga sebaliknya, cuma isi sedikit tapi naiknya bisa lebih dari 1 bar.
Kemudian soal transmisi triptoniknya, tidak pernah saya pakai, karena agak aneh mekanismenya, naik gigi malah dorong ke depan, dan sebaliknya. Juga triptoniknya menurut saya feel nya kok ga enak, agak kurang natural juga.
Untuk Head Unit (HU), secara tampilan memang keren dan disertai banyak fitur, tapi ada beberapa kekurangannya juga. Yang pertama untuk kecepatan loading awal, ini juga ga tentu, kadang langsung nyala, ga pake loading sama sekali, kadang loading tapi cepet, tapi kadang juga loading luamaaa sekali. Saya coba amati pada saat apa masing-masing bisa seperti itu, tapi tidak ketemu polanya, artinya ya random aja, ga tentu. Juga tidak ada tombol fisik di HU ini, tombol fisik hanya untuk tombol power, naik turun volume, home dan defogger depan, artinya selain itu harus sentuh dengan tangan, untungnya sebagian bisa diatasi dengan voice command, yang pada saat saya beli sebenarnya belum ada, bahkan ga tahu kalo akan ada fitur ini. Khusus buat yang suka bermain gitar seperti saya, di mana ujung jari kirinya menebal, dipastikan ini akan lebih susah dua kali lipat, karena kadang ga mau repon HU nya, gara-gara jari kita kapalan. Sekali lagi untung sudah ada WIND, ini benar-benar sangat membantu bagi saya, walau kadang malu kalo mesti mengucapkan perintah ketika lagi bareng teman kita, dipikirnya sok-sokan atau pamer, padahal karena memang ribet kalo sambil nyetir mesti operasikan HU (dan juga rawan bahaya).
Keanehan lainnya dari HU ini adalah ketika HP kita sudah konek dengan HU via bluetooth, dan kita sedang telepon, dipastikan HU ini tidak bisa dioperasikan sama sekali kecuali buat telepon. Mau ubah suhu AC, kecil atau besarkan angin AC atau yang lainnya, tidak bisa dilakukan. Dan jangan coba-coba untuk mematikan HU (pencet tombol power), maka telepon akan terputus, selesai telponnya. Solusinya adalah, putuskan sambungan bluetoohnya dulu (via HP), baru setelahnya HU bisa dioperasikan lagi. Agak ribet memang.
Jika Anda penggemar musik, biasa setel musik dari hape via aplikasi apapun dan konek via bluetooth ke HU, ketika masuk mobil dan mobil dinyalakan, HU akan langsung otomatis lanjut memutar lagu terakhir yang diputar, dengan setelan volume terakhir. Ini bisa fitur yang oke tapi bisa juga tidak bagi sebagian orang, kalo bagi saya ini mengganggu.
Kekurangan lain HU ini adalah, layarnya yang terlalu terang untuk malam hari. Untungnya AC masih bisa nyala walau kita pencet tombol power HU mati, jadi tidak terlalu silau, tapi akibatnya kita tidak bisa setel lagu, musik, radio atau yang lainnya. Solusi lain untuk menghindari layar yang terlalu terang, bisa dicoba dengan mirroring ke HP, karena jika layar HP mati, maka tampilan HU akan mengikuti layar HP, sedangkan putar musik bisa lewat spotify, joox atau internal memori yang ada di HP.
Hal lain yang agak mengganggu adalah sirkulasi udara yang tidak benar-benar kedap, yang menurut saya, untuk kelas Almaz ini seharusnya sudah lumayan kedap, tapi ini tidak, bau udara dari luar masih bisa sedikit tercium masuk.
Selain dari itu, suasana interior dan fitur-fitur yang ada di dalam Almaz ini cukup menyenangkan. Bahkan jujur saya bilang, mampu menutupi kelemahan-kelemahan tadi. Khusus untuk audio, saya benar-benar acungi jempol, seumur-umur belum pernah punya mobil dengan audio sebagus ini, bahkan mobil yang kelasnya di atas ini pun kalah. Sebagai penikmat musik, saya surprise karena banyak mendengar suara-suara yang baru saya dengar ketika menyetel lagu di Almaz ini, padahal lagu-lagu itu sudah saya dengar puluhan tahun yang lalu, bahkan dulu ga cuman didengar tapi ngulik dan mainin juga. Mungkin karena disetel di player yang biasa-biasa saja, sound itu gak keluar.
Kalo buat anak-anak (saya) yang paling membuat betah tentu sunroof dan panoramicnya, selain dari WIND nya, voice commandnya. Anak-anak paling seneng ngajak ngobrol suara nona wuling yang merdu itu.
Interior Almaz sungguh terasa lapang, baris kedua ruang kaki sungguh sangat lega, ditambah bonus karpet mie, yang berasa comfy banget di kaki. Untuk Almaz dengan 3 baris, sepertinya bangku baris kedua harus mundur sampai mentok untuk mendapatkan ruang kaki selega almaz yang dua baris, di mana kalo mundur mentok, pasti baris ketiga ga layak untuk diduduki karena ruang kakinya begitu sempit.
Seperti yang sudah kita tahu, Almaz ini mempunyai banyak fitur, saking banyaknya fitur membuat banyak tombol yang harus disediakan di mobil ini. Karenanya, penempatan tombol-tombol seperti bingung dan kehabisan tempat, banyak tombol-tombol penting yang susah dijangkau, yang sebenarnya butuh cepat bila membutuhkan memencet tombolnya. Seperti tombol lipat spion dan lampu hazard yang posisi tombol tertutup pandangannya jika dari setir. Mungkin untuk tombol hazard bisa ditukar posisi dengan traksi kontrol (karena traksi kontrol jarang digunakan dan pasti tidak dalam keadaan darurat). Tombol lipat spion, mungkin bisa diletakkan di sebelah tombol kamera 360 supaya lebih mudah menjangkau dan cukup dengan sekali meraba.
Drive Experience
Langsung saya bilang di awal saja: biasa-biasa saja, bahkan cenderung kurang untuk yang yang seneng nyetir. Stir berasa kurang direct, walaupun terasa sangat enteng dan mantap digenggam, namun kecepatan tinggi langsung berasa memberat (terlalu berat) dan ditambah mobil yang agak limbung karena bodi bongsor, maka membuat Almaz kurang enak untuk diajak manuver. Begitu stater, mesin terasa halus, hanya kipas mesin saja yang sepertinya sering aktif dan bunyinya lumayan keras (dari luar).
Hal yang SANGAT-SANGAT mengganggu di Almaz ini adalah perpindahan transmisi dari D ke N yang membuat mobil seakan-akan meloncat walau sedikit. Agak aneh karena dari N ke D sama sekali ga ada getaran sedikitpun, juga di posisi lainnya (misalnya R). Kemudian untuk radius putar tidak terlalu bagus, saya tidak tahu angkanya (radius putarnya), tapi dibandingkan mobil yang berukuran mirip, Almaz rasanya yang paling susah buat nekuk atau puter baliknya.
Yang membuat mobil ini serasa beda kelas adalah kekedapan kabin dan suspensinya yang empuk. Menurut saya, kekedapan kabin Almaz ini sungguh luar biasa, mobil yang lebih mahal dan kelas lebih tinggi bisa jadi bisa disamai oleh Almaz, atau bahkan lebih unggul Almaz. Juga soal suspensinya, untuk jalan yang bergelombang, jalan jelek, suspensi Almaz ini benar-benar lumayan bisa meredam dengan baik. Kalo istilah Fitra Eri, suspensi yang oke adalah suspensi yang dewasa, which is biasanya dimiliki mobil-mobil premium, nah suspensi Almaz ini mungkin di bawah dewasa sedikit tapi di atasnya remaja
Soal karakter dan tenaga mesin, ada catatan penting dari saya. Jadi karakter mesin ini pernah beberapa kali berganti, dan bedanya cukup signifikan. Semua beda itu saya dapat pada waktu selesai service. Artinya ada perubahan setingan karakter mesin pada saat kendaraan selesai di servis. Namun pada saat service terakhir yang lalu, sudah tidak ada perubahan lagi dari service sebelumnya. Asumsi saya, sudah tidak ada lagi perubahan pada seting karakter mesin.
Sejujurnya saya pribadi, lebih suka seting karakter mesin persis di seting sebelum setingan yang terakhir sekarang ini. Sebagai catatan, sehari-hari saya nyaris selalu menggunakan mode Eco dan D automatic, bukan manual, atau mode sport. Untuk mode Eco ini, setingan yang sekarang sangat berasa engine breaknya begitu pedal gas dikurangi. Benar-benar seperti ada yang mengerem walau tidak langsung kuat, padahal kita ga mengerem sama sekali. Agak susah dideskripsikan, tapi kira-kira begitu. Selain itu juga kalo lepas gas dan kecepatan sudah agak pelan, maka kadang-kadang berasa ndut-ndutan. Sedangkan di setingan yang sebelumnya adalah sebaliknya, ketika pedal gas dikurangi atau dilepas, sama sekali tidak ada engine break yang terasa, jadi lebih banyak mengandalkan rem jika ingin mengurangi kecepatan. Tapi keuntungannya, jadi tidak ada ndut-ndutan sama sekali, kita bisa menyetir lebih halus dan penumpang juga lebih nyaman.
Nah kalo bicara soal rem, saya juga kurang suka karakternya, tapi mungkin ini soal selera. Rem nya serasa tidak natural dan tidak gradual. Serasa kosong di saat injakan awal namun tiba-tiba baru berasa efek remnya di kondisi rem sudah separuh lebih diinjak. Sepertinya ini bukan soal setelan main remnya, tapi memang karakternya begitu.
Beralih ke konsumsi bensin, saya simpulkan, mobil ini punya bakat untuk boros, namun juga bisa pula diajak untuk berhemat, bila dioperasikan secara lebih tepat. Tapi secara umum mobil ini memang mempunyai bakat boros, mungkin karena bodinya yang berat. Terbukti ketika saya coba minta orang lain mengendarai mobil ini, hasil konsumsi BBM rata-rata berkisar di 7-8 km/L untuk rute dalam kota dan 10-12 km/L untuk rute luar kota. Sedangkan pemakaian saya pribadi, untuk pemakaian dalam kota di 8-9 km/L, dan luar kota rata-rata 12-15 km/L dan ini tanpa mikir, artinya ya sesusai dengan pola mengemudi saya sehari-hari yang sebenarnya doyan juga ngebut. Karena untuk kondisi tertentu, yaitu bila benar-benar dijaga kedisiplinan kaki kanan kita untuk rute tol luar kota saya bisa dapat 19 km/L. Kesimpulan saya, mobil ini sangat sensitif terhadap bukaan gas, jadi kalo banyak injak gas dan juga banyak rem, maka akan cenderung boros. Sangat tergantung pada karakter pengemudi.
Well,
Almaz saya sudah berjalan saat ini sampai di 35rb km, dan belum ada masalah major yang saya alami (amit2 deh). Surprise dengan build quality yang di atas ekspektasi saya. Belum ada bunyi-bunyian sedikitpun di mobil saya, padahal cukup banyak juga sehari-hari melewati jalan keriting dan bergelombang. Kaki-kaki sama sekali belum berkurang kenyamanannya dan belum ada material yang kendor, memuai, copot, atau yang lain. Sebagai informasi, di tempat kerja, Almaz ini parkir tanpa ada atap peneduh sama sekali, jadi langsung sinar matahari, kepanasan sekaligus hujan jika sedang musim hujan. Untuk kualitas cat dari dampak panas dan hujan, saya tidak bisa menilai, karena sudah saya nano coating dari baru (sebenarnya ini juga untuk antisipasi parkir di luar setiap hari).
Maintenance
Keunggulan lain dari Almaz atau wuling secara umum adalah biaya perawatannya. Faktor ini pula yang salah satunya menjadikan saya tertarik membeli, karena faktor mileage saya yang tinggi, pasti akan selalu service lebih sering. Biaya service rutin di bengkel resmi benar-benar membuat tersenyum, setidaknya sampai service yang ke 50rb. Tapi perkiraan saya, meskipun sudah memasukkan biaya jasa di 500rb, tetap akan jauh lebih murah dari merek lainnya, bahkan terhadap mobil yang jauh lebih kecil ukurannya atau cc nya. Biaya jasa yang baru akan ada nanti mulai di service 60rb infonya sekitar 300rb pada waktu saya tanyakan.
Sebagai catatan, sebenarnya tabel list biaya service Almaz sudah mengalami revisi, karena saya pernah foto list yang lama, namun pada waktu service terakhir ternyata sudah naik, namun masih tetap murah sih.
Biaya service di 5rb km sebesar 667rb. Kemudian 10rb, 20rb, dan 50rb sebesar 740rb. Sementara di 30rb sebesar 940rb. Biaya paling besar di km 40rb, yaitu 1,5jt. Cukup murah bukan?
Catatan lainnya adalah untuk pergantian oli matic Almaz standar bengkel resmi di 60rb km. Relatif cukup panjang, saya sendiri sepertinya tidak akan menunggu sampai 60rb km, karena lebih baik berjaga-jaga. Namun juga masih lihat nanti, karena sambil mengecek juga kualitas oli maticnya.
Kesimpulan
Secara umum mobil ini benar-benar value for money, fitur dan apa yang didapatkan melebihi pesaing lainnya. Keunggulannya selain banyaknya fitur adalah kenyamanan suspensi, kekedapan kabin, kelegaan kabin, kualitas interior, dan biaya perawatan yang relatif sangat murah. Cocok buat yang mencari faktor tersebut. Catatan lain, biasanya anak-anak akan suka dengan gimmick panoramic sunroof dan perintah suaranya. Banyaknya fitur yang ada di Almaz, sampai tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Kekurangan mobil ini adalah cenderung boros, rasanya ini faktor yang terpenting bagi orang indonesia karena minimal harus diisi ron 92, selain tentu saja faktor purna jual. Terus terang saya tidak pernah memperhatikan faktor purna jual, namun walau begitu, rasanya wuling cukup serius di Indonesia dan image brand nya sepertinya makin oke. Tidak tahu juga apakah itu akan membawa pengaruh ke harga jual di pasaran. Kekurangan lainnya adalah susah untuk mendapatkan posisi mengemudi yang nyaman, susah bukan berarti tidak bisa. Tapi ya memang sulit karena tidak bisa teleskopik dan setir yang ga enak untuk digenggam. Dan jangan lupakan faktor getaran mobil yang seakan akan loncat ketika pindah gigi dari D ke N. Ini benar-benar bisa menjadikan bahan ejekan orang yang naik mobil Anda, terutama mereka yang masih mencibir mobil Cina
Kira-kira begitu ulasan dan review saya untuk Wuling Almaz.
Semoga tidak bosan bacanya.