I. Prologue
Sebelum meminang si “Mia”, ane pake VW Scirocco 1.4TSI taun 2014 yg menjadi “semi-daily car” ane (dipakai seminggu ~150km an). Mobil itu merupakan my first love yg ane dambakan sejak jaman pertama masuk SMA. Si “Roko” sukses memperkenalkan ane ke car scene Surabaya dan membuai saya dengan powernya yang enak, handling yang mantap, dan tampangnya yg eksotis (b*k*ngnya itu lo ga nahan



Foto si Roko
Pada suatu malam di taun 2018, saat ane “ngedate” dengan Si Roko di cafe yg berlokasi di Surabaya Barat, kebetulan sedang ada kopdar komunitas mobil JDM yg cukup terkenal di Surabaya, and.... OH MY GOD, banyak sekali mobil JDM yg biasanya cuma ane liat di film Fast and Furious dan game. Ane waktu itu berpikir, “Keren sih, punya mobil JDM,” but still, I love Si Roko dan mikir sayang banget dijual (and ane belum mampu kantongnya untuk beli JDM legends

Malam itu, di pikiran ane mulai terlintas pikiran liar dan ngawur: “Should I replace Roko and menggantinya dgn nonik jepang yang walau tidak se-[cencored] ataupun seganas Roko tapi bisa memberikan fun yang lebih.” For a long time, si Miata ga bisa hilang dari pikiran ane. Apalagi ane sering research di SM dan forum luar tentang Miata. Review yg positif dari almost every journalist tambah menggoyahkan hati ane. Akhirnya, pada awal taun 2019 ane memantapkan hati ane dan memasang iklan Roko untuk dijual. It definitely was not an easy decision, but as someone once said “To love someone, you have to let them go

Akhirnya, pada pertengahan 2019, Roko resmi dipinang oleh seorang pemuda dari Bandung. Sedih rasanya, melihat my first love being driven for the last time

II. The Hunt
Now, without Roko, my life feels empty. I must find the replacement. Terus terang saja, mencari MX5 bukan hal mudah. Populasi yang minim ditambah oleh kebanyakan ownernya yg sangat cinta sama si Miata menyebabkan pencarian unit yang tepat luar biasa susah. Berbagai lapak, account jual beli mobil, kenalan, dan forum ane hubungi. Bahkan, ane sempat menjadi detektif, tracking, dan mencoba merayu pemilik Miata yg membuat ane fall in love for the first place untuk melepas mobilnya. Oh, the things a man does when he falls in love

Fast forward to October 2019, ane yg lagi ga bisa tidur mikirin Miata memutuskan untuk browsing lagi di o*x, and guess what? There’s one for sale, tapi lokasinya di Bali. FYI, sebelumnya saya ga ada pengalaman beli mobil dari luar kota apalagi luar pulau. Some water won’t keep me away from my love though.
Ane kemudian berpikir gimana caranya bisa meminang si Mia tanpa perlu repot ke pulau dewata, hingga akhirnya saya teringat ada kerabat saya di Bali. Besok paginya, ane lgsg telpon kerabat ane untuk minta tolong cek kondisi si Mia di Mazda Bali, and hasilnya... perfect. Setelah negosiasi via telpon, akhirnya a deal was made. Finally, she’s mine.
III. First Encounter with Mia
Setelah deal and making her officially mine, Mia diantar dengan jasa towing ke rumah ane di Surabaya. And when she arrived, I was so happy like a child. She’s finally here. First impression: That smile, that damned smile. Senyumannya yang innocent namun menggoda itu sukses mengalihkan dunia ane. Senyum yang seakan mengatakan “Let me show you what driving is all about.”
For the record, Mia memiliki kode bodi NC3 yang berarti versi ketiga dari generasi MX5 NC. Sebagai pembeda dari NC2 (seperti milik reviewer terkenal FE), NC3 memiliki front fascia yang lebih “Kodo” dari NC2 yang “Nagare”. Selain itu, housing headlamp dan velg NC3 dilabur warna hitam.

Mia’s happy face

Odo reading when she first arrived
Overall, perubahan-perubahan kecil tersebut cukup sukses bikin NC3 menjadi terlihat much more modern than the NC2, walau menurut saya “smiling face” dari NC2 lebih tulus dan tidak berdosa
![Big Smile :big_smile]](./images/smilies/big_smile.gif)
IV. Initial Driving Impression
After not having a car that I am passionate about for a while, ane langsung mengajak Mia jalan jalan dikit. Selain pingin membuktikan claim reviewer” yg mengagung-agungkan MX5, I also wanted to know her character more. As a rule di semua mobil ane, selama 5km pertama, ane ga pernah memberi engine heavy loads dan sudden accelerations karena temperatur oli pasti beluk berada di optimum operating range.
At last, that long and agonising 5km had been done. Ane langsung bejek pedal gas si Mia and, surprisingly slushbox at 6 speednya cukup responsif, walau not as good as the DSG yg dulu saya bawa tentu saja. Diiringi deruman knalpot, Mia berakselerasi. Well, it’s not exactly fast, bahkan sama Civic Turbo aja kalah kalo menurut b*ttdyno ane. But, MX5 has never been about straight line speed, sehingga si Mia langsung ane bawa ke jalan yg a bit twisty. Oh my, setelah mencoba Mia di jalan tersebut, dapat saya katakan the stories are true. Mia gave me a driving experience yg belum pernah ane rasakan. Not even my friend’s German sportscar was this fun. Lebih kenceng nikungnya? Pasti, tapi smile di muka ane lebih lebar di Mia daripada di the German.
V. Owning Experience
Belum banyak yang nubie bisa ceritain tentang owning experience si Mia secara mobil juga baru di garasi selama ga nyampe 3 bulan waktu review ini ditulis (29 Desember 2019), but selama waktu itu, ane baru pake Mia 1700km. Konsumsi bbm dengan rute kombinasi 8,3km/l (Pertamax Turbo) dan sejauh ini blom ada maintanance yg dilakukan.
VI. Summary
Dapat memiliki si Mia adalah a dream come true buat ane. Mobil ini menjadi the best and most fun car yang pernah saya coba sampai sejauh ini. If you’re looking for a fun weekend car, don’t bother looking for anything else. As they say, Miata Is Always The Answer (MIATA)
Likes:
- FUN
- Chassis balance
- Rare (blm pernah dikembari di jalan)
- FUN
- Feel setir
- Amazing driving position + RECARO seats

- Head turner
- Looks (subjective, ane merasa NC lebih “Miata” daripada ND)
- FUN
- Surprisingly nyaman
- BOSE Sound System
Dislikes:
- That 6AT Gearbox (Seriously, Mazda. Miata ini diciptakan for fun, kenapa ga dimasukin 6M/T even as special order)
- Interior lumayan dated
- Rattle random dari hardtop
- Road and wind noise
- Miskin features

Thanks for reading