Pasca pindahnya ATPM Mazda dari MMI ke EMI, ane jujur bingung melihat "nekat" nya Mazda menjual beberapa model aneh dengan harga yang tidak masuk akal. Pertama dari jaman munculnya CX-3 yang top trimnya sudah mepet dengan brand Jepang sebelah yang kelas atasnya (CRV, X-Trail). Lalu spesies aneh seperti Mazda3 dan Mazda6 Estate. Karena waktu dipegang oleh MMI, Mazda terkesan ingin "bersaing" dengan menawarkan harga yang mepet kompetitornya, dengan tawaran teknologi dan fitur terkini sehingga terkesan worth it.
Dari sisi bisnisnya ane melihat ini langkah yang kontras sekali antara MMI vs EMI. MMI berusaha mengikuti pasar, bahkan menjual produk yang sesuai keinginan market seperti VX-1 yang gatot alias gagal total. EMI ? Tidak, mereka malah menjauhi market.
Tapi ane rasa, itu yang mungkin seharusnya Mazda lakukan dari jaman MMI dulu : don't follow the market. Karena memang Mazda tidak didesain untuk market kebanyakan. Arah ini semakin jelas sejak munculnya Mazda6 Facelift 2019 yang justru buat saya, terkesan lebih ke mewah ketimbang sporti di model pre-facelift. Bahkan jika diperhatikan font tulisan Mazda sekarang tidak lagi miring - miring seperti jaman tagline nya masih "zoom zoom" dulu. Sekarang lebih ke font yang elegan, seperti font tulisan pada hotel - hotel mewah, dan tegak. Buat yang menggeluti bidang desain pasti mengerti, font tulisan itu adalah satu hal kecil tapi penting dalam urusan branding dan image produk.

Semakin jelas lagi di model generasi 4 Mazda3 berkode BP, yang akan kita bahas ini, dan Mazda3 ini tergolong sangat spesial untuk product development Mazda ke depannya.
Mazda memang selalu tidak menggunakan satu model spesifik untuk memperkenalkan teknologi terbarunya, misalnya CX-5 adalah model pertama yang menggunakan teknologi SKYACTIV, lalu Mazda2 dulu yang pertama menggunakan MZD Connect dan dilengkapi semua fitur radar. Sekarang, giliran Mazda3 yang dapat jatah "kelinci percobaan".
Mazda3 terbaru ini dibangun dari platform yang sangat baru, platform SKYACTIV generasi terbaru. Suspensi belakangnya tidak lagi menggunakan model multi-link, justru kembali ke Torsion beam. Ane bukan penggemar suspensi jenis ini, tapi selain perawatan mudah, suspensi jenis torsion beam sebenarnya punya benefit yang sangat baik ketimbang suspensi independent jika setup nya pas.
Berikut dikutip dari Kouta Beppu, project manager Mazda3 terbaru di AutoGuide.
https://www.autoguide.com/auto-news/201 ... sion-.html
“And we… saw that rather than having a multi-link, it was easier for us to have it with the torsion beam because there are less… variables with the torsion beam,” said Beppu. A suspension with fewer points of change should be easier for engineers to fine-tune, but it’s not the only reason to adopt a system like this.
.... yah andai ini langkah yang dilakukan Toyota / Honda, pasti nyinyirnya kenceng semua. Since ini Mazda, ya gak ada yang komplen.Obviously, the humble torsion beam has its share of important benefits, but it’s still surprising that Mazda engineers opted to go with a suspension arrangement that doesn’t provide the best-possible dynamics. “So, if you were… driving around a circuit, [at a] track day or whatever, and you’re going around a high-G corner, of course, multi-link, in that particular instance, will have its advantage,” said Beppu. “But, if you think about real daily driving, the vast majority of cases there’s no difference between the two in this area.”
Kedua, Mazda3 adalah mobil pertama yang menjadi test mule SKYACTIV-X engine. Buat yang belum tau, mesin ini menggunakan teknologi HCCI (Homogenous Charge Compression Ignition), memadukan performa mesin bensin dengan efisiensi mesin diesel. Satu-satunya mobil yang sudah mengadopsi teknologi ini dan sudah dijual ke publik. Di saat pabrikan lain larinya ke turbo dan hybrid-electric, Mazda adalah satu-satunya yang masih percaya bahwa potensi mesin N/A internal combustion masih sangat besar. Mesin SKYACTIV-X 2.0 Liter ini outputnya cukup besar untuk mesin N/A 2.0 Liter, 177 hp / 224 Nm, dalam ukuran mobil jalan raya "biasa" tentunya, urusan hp/liter masih banyak mesin N/A lain yang lebih bagus, karena Mazda memang tidak fokus pada hp/liter. Fokusnya adalah pada engagement dan rasa "natural" - jinba ittai.
.... sayangnya di Indonesia seperti biasa, mungkin alasan kualitas BBM jadi masih diberi mesin 2.0 SKYACTIV-G biasa yang outputnya malah turun dari Mazda3 2017. Mazda3 2017 outputnya 165hp / 210Nm, yang terbaru ini 155hp / 200 Nm.
Ketiga, Mazda3 juga menggunakan MZD Connect versi terbaru. Dibuat lebih simpel tampilannya, warnanya justru dominan hitam ketimbang merah. Menunya lebih mudah dioperasikan.
Keempat, ini tidak ada kaitannya dengan teknologi, tapi Mazda3 adalah model Mazda pertama yang mendapat 5-years free service dan warranty, dengan kata lain, ini treatment yang sama dengan brand premium seperti BMW / Mercedes. Meski itu harus di justifikasi dengan OTR Price yang agak tinggi. 500 juta-an untuk hatchback dan 550 juta-an untuk sedan. 50 juta-an masing-masing lebih mahal dari kompetitor Jepangnya, Honda Civic (Civic Hatchback 410-450juta-an, Sedan 500juta-an).
Tanpa berbasa-basi lagi, mari kita amati...
Design : Clean, Fine Lines
Belakangan ini saya mengamati Mazda mulai menghindari menggunakan tarikan garis yang berlebihan. Mereka bermain dengan clean & fine lines. Rapi, dan lebih terkesan elegant. Tak terkecuali di Mazda3.




Versi hatchback pantatnya mungkin terlihat agak aneh di gambar, tapi percayalah, setelah lihat aslinya, jauh lebih acceptable dan garisnya terlihat cantik.


Salah satu bagian favorit ane dari Mazda3 adalah kap mesin yang keliatan "nyambung" semua, tidak keliatan motong grill sehingga bagian depannya terkesan rapih dan sedikit membantu aerodynamics.

Ngomongin aerodynamics, ada bagian yang mengganggu aerodynamics di depan. Yap, PLAT NOMOR. Berkat desain grill Mazda yang besar, plat nomornya terpaksa ditaroh di depan grill yang artinya :
1. Jelek
2. Ganggu aerodynamics
3. Potensi ganggu pendinginan. Untungnya bukan mobil performa. Plat nomor itu pengaruh besar sekali di pendinginan kalo mobil performa soalnya.

Sayangnya pantat pada Mazda3 sedan justru terlihat terlalu "biasa" untuk selera ane. Terlalu sederhana nggak ada aksen apapun.

Lampu belakang model LED 3D yang keren

Velg nya menggunakan 18 inch dengan ban Bridgestone Turanza T-005A. Kalo liat dari alurnya keknya ini ban premium touring semi performance gitu lah.



Interior : Simple, but Luxurious
Desain kabin Mazda3 juga beda total. Dibalut dengan bahan - bahan soft touch berkualitas dan kepresisian yang baik. Yang saya suka, Mazda membuat segala sesuatunya sangat simpel dan mudah dimengerti. Berbeda dengan ketika masuk ke dalam kabin mobil Eropa, BMW terutama, yang hobi banget bikin bingung. Semua kontrol di Mazda sangat mudah dimengerti dalam sekali lihat saja.
Bentuk setirnya simpel, seperti setir BMW ///M generasi sebelum ini, tombol - tombol di setir pun sangat mudah dimengerti fungsinya.

Cluster displaynya memiliki 3 macam tampilan yang dapat diubah - ubah sesuai selera, biarpun sebenarnya ini lebih ke fungsional ketimbang gimmick, karena ada tampilan yang menampilkan gambar mobil, sepertinya untuk memantau kinerja GVC Plus (G-Vectoring Control Plus) nya.



Saking Mazda ingin terlihat simpel, tombol AC nya pun dibuat se"irit" mungkin


Detail kecil lain, handle pintu dibuat seakan nyambung dengan trim krom di pintu.

Untuk interior, pembeda antara hatchback dan sedan ada di warnanya. Sedan single tone hitam, hatchback merah-hitam dual tone. Termasuk di joknya.
Hatchback

Sedan

Yang ane suka lagi, MZD Connectnya kini layarnya lebih besar, tapi tidak mengganggu pandangan, dan warna UI nya hitam. Tidak mencolok mata seperti merah pada MZD Connect yang lama, karena jujur saja itu distracting sekali. Selain itu, MZD Connect yang ini layarnya bisa dimatikan.


Knob selectornya juga berubah bentuknya jadi lebih bagus dan tidak lagi "keras" seperti yang lawas, karena memilih - milih menu pada MZD Connect lawas itu cukup melelahkan mencet tombolnya.

Kelemahan pada interiornya adalah (masih) sempit di belakang. Legroomnya terutama paling parah dan kaca belakangnya kecil terutama di model Hatchback, sehingga tidak nyaman bagi orang yang menderita claustrophobic.


3. Driving : Fun, but needs more juice
Unit test kali ini adalah sedan, warna soul red.


Mazda3 spek Indonesia (sayangnya) tidak dibekali mesin 2.0 SKYACTIV-X, tapi diberi mesin SKYACTIV-G 2.0 Liter yang sama dengan di Mazda3 terdahulu. Ironisnya, mesinnya justru diturunkan speknya, sepertinya supaya lebih "friendly" dengan bahan bakar, since di Mazda3 lawas justru minta bahan bakar RON95 minimal (cek tangkinya, jelas banget tulisannya).

Mazda3 lawas bertenaga 165hp/210Nm sedangkan Mazda3 baru 155hp/200Nm. Keduanya sama - sama menggunakan transmisi 6-speed Automatic SKYACTIV-DRIVE. Suspensi depan Mcpherson Strut dan Suspensi belakang Torsion Beam. Tapi ok lah, ini Mazda, seharusnya tidak mengecewakan di sektor pengendaraan. Review mobil ini juga sangat positif di banyak media lokal maupun internasional.
Mengatur posisi duduk, terasa kalau posisi nyetir mobil ini sangat sporti, joknya rendah, lebih rendah dari Civic hatchback ane, mungkin hampir menyamai BMW rendahnya, tidak sulit mendapat posisi nyetir yang enak di mobil ini. Setirnya sangat nyaman digenggam.
Yang pertama terasa adalah ground clearance mobil ini yang pendek, terutama bibir depan. Ini keluar dealernya saja ane ngerasa kayaknya gasruk dikit. Jadi musti berhati - hati di beberapa poldur dan parkiran ruko di negara +62 yang desain sudut kemiringannya lebih curam dari tanjakan pegunungan, kayak ketakutan kena air bah...
Keluar dari dealer, terasa punch awal dari mesin ini lebih kuat ketimbang Civic, wajar karena 2.0 NA, raw powernya lebih kuat, tapi di mode normal, ane sudah curiga posisi shiftingnya terjadi sangat rendah, jadi punch tadi langsung berasa ilang powernya karena shifting. Ini seperti penyakit automatic di mobil - mobil Mazda yang mode normalnya seperti mode eco.
Satu hal yang ane notice dari mobil - mobil modern sekarang adalah fitur self-learning ECU nya, terutama di ECU Mazda yang berubahnya sangat cepat. Dalam hitungan menit respon gas, rem, dan transmisi mobil bisa berubah - ubah sesuai kondisi pengendaraan. Cilakanya, kita tinggal di +62 yang macet. Bad news lain, kondisi saya nyoba adalah puncak - puncak kemacetan di kota Semarang : jam 2 siang! Dan tau apa yang terjadi berikutnya? Yup, ECU nya self learning, memperlambat bukaan gas, dan pedal rem pun jadi agak kurang pakem somehow. Shifting transmisi dan respon kickdownnya juga lambat.
Tapi di beberapa menit berikutnya ketika ane masuk ke jalan lancar, ummm... ane jujur agak kurang percaya diri menyalip kendaraan besar dengan Mazda3. Ntah apa faktor ane yang terbiasa menggunakan hatchback turbo 220hp bertransmisi CVT yang nyalipnya gampang banget, tapi enggak deng bahkan dibandingkan civic ane waktu standar, tenaganya masih lebih kuat civic... penyebab lainnya adalah transmisi 6-speed nya di mode normal seperti eco, sehingga agak malas untuk kickdown. Setiap mau nyalip mesti pindah mode ke Sport. Masalahnya mode Sport buat saya agak kurang nyaman untuk pengendaraan normal. Di CX-5, karakter transmisinya masih terbantu dengan torsi mesin 2.5 Liter yang kuat, masalahnya di Mazda3 (dan Mazda2) yang saya rasakan justru di mode normal terasa underpowered...
So di sektor tenaga ane tidak impressed sama sekali. Dibanding Mazda3 lama? Saya lebih merasa Mazda3 lama tenaganya lebih kuat, ya efek 10hp lebih besar dan bobotnya juga lebih ringan sekitar 80kg. Menurut pengetesan media lokal sih 0-100 nya 10 detikan. Nggak heran terasa kurang nendang.
Bagaimana dengan pengendalian ?
Steeringnya padat, bobotnya pas dan tidak terasa "melayang" meskipun EPS. Center of gravity mobil ini terasa cukup rendah sehingga memberi rasa percaya diri saat bermanuver. Mobil terasa asik untuk dipakai menikung kencang karena tidak ada tendensi bodyroll, semuanya terasa composed, grip ban juga kuat. Di track, mobil ini akan terasa sangat menyenangkan. Pada pengendaraan sehari - hari, kita tidak akan notice kalau mobil ini memiliki suspensi torsion beam di belakang. Mungkin terbantu juga dengan fitur G-Vectoring Plus nya yang memberi kepresisian saat menikung.
Jujur setelah merasakan Mazda3, nyetir Civic jadi berasa ada bodyrollnya, padahal biasa bawa Civic rasanya mantep-mantep aja. Mazda3 terasa lebih solid di tikungan, lebih pede untuk dibawa nekuk - nekuk. Untuk rasa fun nya, jujur sedikit berkurang karena powernya kurang nendang tadi. Mobilnya memang terasa composed dan presisi, tapi menurut saya, jadi kurang playful karena tenaganya kurang. Mungkin platform baru ini lebih cocok dengan mesin SKYACTIV-X nya.
Meskipun ane ragu kalau sudah dijajal pindah jalur agak kenceng di tol apakah ada feel seperti "nyeret-nyeret" bokongnya karena pengalaman dengan hatchback / crossover torsion beam bokongnya kurang terasa "mantep". Since ini bukan kelas hot-hatchback yang memang didesain untuk itu.
Di sektor suspensi bantingan mobil ini cenderung ke keras, khas Mazda. Keras tapi tidak terlalu menyakitkan, cuma untuk sektor suspensi Civic masih lebih nyaman. Insulasi kabinnya juga top notch untuk mobil kelas harga segini. Terdengar sedikit road noise tapi yaaa cukup wajar masih.
Kesimpulan : Worth Trying, tapi Versi SKYACTIV-X bakal lebih menggoda...
Ini adalah sebuah Mazda. Itu sudah sebuah justifikasi untuk membeli mobil ini. Mazda sekarang menjadi jaminan kualitas merk Jepang 2nd tier (first tiernya Lexus, tentu saja), urusan kualitas tidak lagi menjadi isu di sebuah Mazda.
Mobil ini layak dibeli karena kualitasnya itu sudah pasti. Harga yang 50 juta lebih mahal dari kompetitornya, saya rasa layak dengan trade-off semua teknologinya dan kecanggihan Mazda merancang sasisnya sedemikian rupa, tentu saja saya belum sebutkan di atas mobil ini punya radar cruise control dan fitur radar i-ACTIVSENSE sebagai standar (I'm not interested in talking about features, sudah terlalu banyak yang bahas).
Power mesin yang kurang mungkin bukan pertimbangan sebagian besar orang yang membelinya, yah sayangnya tidak untuk saya. Karena sehari - hari pakai hatchback kompetitornya yang kondisi standar saja sudah lebih kencang, apalagi sekarang sudah kena jampi - jampi mbah bebonk, jadi power di Mazda3 ini agak jadi letdown buat saya.
500-550juta selain product yang didapatkan adalah full support Mazda untuk 5 tahun, program yang sama dengan Service Inclusive di BMW dan Mercedes. Mobil ini bisa menenggak bensin oktan 90 paling rendah, meskipun kalau mau optimal ya jelas pakai 95 / 98.
Layak beli, tapi saran saya, jika mesin adalah faktor penting, tunggu versi SKYACTIV-X, daripada susah-susah buang duit buat remap dan exhaust eh ternyata gak lama keluar SKYACTIV-X ...
