Selamat malam om2 SM-ers sekalian, setelah lama vacuum sebagai car enthusiast, saya refresh memori dengan membaca-baca review mobil-mobil "rakyat" di sudut forum ini. Sekilas teringat dulu saya baca betul-betul review Suzuki New Baleno sebelum ayah saya berniat membeli. Nggak lama setelah saya putuskan di benak saya bahwa New Baleno adalah just another economy car.....tiba-tiba ada unit warna putih yang nongkrong di garasi saya

So, it has been one year and two months with the car, dan saya rasa cukup afdol lah untuk membuat review sebagai perbandingan ekspektasi saya dan kenyataannya.
Catatan: mobil sudah berjalan 18.[cencored] KM dalam kurun waktu 14 bulan, dan kondisi mobil betul-betul mobil perang untuk blusukan, angkut barang dan lain sebagainya. Pemakaian 90% dalkot Semarang, sisanya jalan tol dalam kota. Saya akan sering bandingkan dengan Mazda 2 lawas dan Swift gen 2 sebagai mantan daily driver.
On the First Glance

Baleno keluaran baru ini adalah mobil yang aneh dari Suzuki menurut saya.
First of all, mobil ini didesain di Suzuki house design di Turin, Italia....tapi dirakit di Indihe dan diekspor ke berbagai negara. Okelah, kalau mobil begini dijual di Indonesia. Kenyataannya kita juga banyak kelimpahan CBU Thailand seperti Swift 2013 up. Tapi kok di pasar Jepang dan Eropa kabarnya juga CBU India? Langkah yang menarik dari Suzuki. Masuk akal mengingat tumpuan Suzuki kini berada di India dan UK.
Kedua, mobil ini meninggalkan DNA Baleno klasik dari sedan kecil yang terjangkau untuk keluarga menjadi hatchback untuk kawula muda yang ingin kendaraan yang praktis. Mirip-mirip filosofi design VW Polo yaitu "Your First German Car". Bisa jadi ini pengaruh dari fokus market Baleno yang berpusat di India mengingat VW Polo dan Passat cukup laku sebagai mobil harian di sana. Dari Suzuki sendiri menyebutkan Baleno Hatch sebagai pengganti Swift, mobil anak muda yang ekonomis dan easy to drive.
Posisi Baleno sebagai penerus Swift dengan embel-embel nama Baleno saya rasa bisa dilihat dari dua sisi: the good side and the bad side. Sisi baiknya, akhirnya nama Baleno kembali sebagai mobil "normal", bukan sekedar Aerio atau SX-4 dengan pantat extra semlohay. Desain baru, filosofi baru, dan chassis baru.
Di sisi lain, ceruk pasar Swift sebagai alternatif hatchback murah yang sporty selain Honda Jazz jadi kosong. Sebagai enthusiast, saya suka gagasan dibalik Swift. Mobil underpower dengan handling yang menyenangkan, di mana kita bisa berkhayal sebagai pebalap sirkuit atau driver rally. Akomodasi sempit di kedua generasi Swift bukan masalah, toh mobilnya bukan didesain sebagai people mover. Agak berbeda dengan Baleno yang ini.
Ketiga, eksteriornya jujur agak membingungkan buat saya. Sekilas mobil ini oke dilihat, terutama dari sisi 3/4 depan. Desain sudah lebih modern ketimbang Swift....tapi entah kenapa mobil ini tidak membuat saya wah. Banyak krum-krum (grill depan, garnish headlamp, body moulding, dan garnish pintu bagasi) juga membuatnya tampak kurang elegan.

Di mata saya tarikan garis headlamp terlalu abrupt berhenti sehingga kelihatan terlalu kecil dari samping, dan ujung bawah bemper depan didesain mancung yang sporty ala-ala, sayang saya lihat malah terlihat aneh dan nanggung. Either way, eksterior saya lama-lama bisa menerima meskipun mobil ini tidak membuat saya berpaling ke belakang setelah parkir. Cek bawaan, pencet kunci remot, and that's it. Not a very impressionable car.

Exterior 6.5/10: good enough to appear stylish, but not too stunning.
Inside The Car
Well......saya jadi merasa bersalah memberi skor 6.5 untuk eksterior karena interiornya masih belum bisa saya terima. Tapi mau diberi skor 7 juga rasanya muluk sekali


Cuma padang plastik bertekstur orange peel dari ujung pilar A ke pilar A seberangnya. Warna yang dipilih juga menurut saya tanggung, dark grey yang membuatnya sporty juga kurang, tapi klasik (aka mobil lama) juga ngga. Plus dashboardnya gampang terlihat berdebu karena pemilihan warna tersebut. Poin dashboard ini yang mematok Baleno sebagai just an economy car di bayangan saya dulu. Imej itu agaknya juga sulit berubah selama saya masih melototin dashboard Baleno ini. Setidaknya build quality Baleno solid, belum ada rattle sama sekali di sekujur interior.

Head unit bukan bawaan Baleno asli, unit JVC ini bonus dari dealer dan kata engkoh si owner semua unit beliau sudah pakai HU touchscreen tersebut. Okelah, fitur standar untuk HU Android dengan bluetooth, USB, Aux, dan ajaibnya ada fitur bluetooth phone. Fitur-fitur multimedia normal, ala kadarnya, dengan suara yang menurut kuping jelata saya f-l-a-t. Malah bagus HU Panasonic bawaan Swift dan Ertiga. Saya sudah upgrade speaker ex Swift saya (set Vox Research) di tweeter dan midbass, tanpa efek yang berarti. Wajar mungkin, toh saya rasa audiophile ngga akan angkut mobil ini untuk audio nya.
Fitur BT Audio dan USB cukup oke, tanpa banyak bug atau error selama pemakaian saya. Setidaknya ini mobil daily saya yang ada BT audio sebagai pengusir bosan menerjang macetnya dalam kota. Namun demikian, fitur BT phone cuma bisa untuk dengar saja sepertinya. Tidak ada microphone untuk menjawab telpon masuk sehingga biasanya saya disconnect BT Audio untuk mengangkat telpon. Nampaknya dengan HU bawaan (non-touchscreen) justru fitur ini lebih trouble-free. Sayang sekali padahal saya seumur-umur belum pernah punya mobil dengan fitur begitu (maklum katrok


AC sudah digital dengan fitur climate control, mudah digunakan tanpa embel-embel dan tetek bengek. Rupanya ini juga fitur favorit bapak, masuk mobil tinggal tunggu adem aja tanpa repot putar-putar kompor gas. Quite nice dan memang betul adem, saya pribadi selalu setel seperti di gambar dan jarang kepanasan. Selama 1 tahun, pernah ada suara bersiul dari kisi-kisi tengah. Belum sempat dicek betul eh hilang sendiri. Di luar itu, AC nya quite good, adem. Beda dari Swift saya apalagi Mazda 2 yang (mengutip dosen saya) seperti naik gerobak.
Interior: 6/10: banyak fitur, (mostly) trouble free, sayang dashboard terlalu plain
Seberapa Praktis Mobil Ini?
Lumayan.
Belum sampai sangat practical a la Avxen, Calsig, dan Agay. Tapi cukup praktis dan ekonomis untuk pemakaian sehari-hari. Bagasi yang jauh lebih luas dari daily driver saya sebelumnya (Swift dan M2), tapi jelas tidak seluas LMPV. Untuk hatchback sepertinya yang lebih fleksibel dan practical untuk membawa barang adalah Honda Jazz dengan konsep "Man Maximum Machine Minimum" dan "Ultra Seats" nya. Kedua fitur yang termasuk dalam kenaikan harga 30 jutaan (tipe S manual) hingga 70 jutaan (RS AT).

Pemakaian saya dan bapak belum heavy duty, paling banyak hanya angkut kertas plano (75x100 cm) 5 rim karena mobil box sudah full semua. Well, mobil tidak mentok dan masih ada sisa space cukup lapang di atas kertas tersebut, dengan catatan kursi dilipat rata dan cover bagasi ditaruh di sela kursi depan dan belakang. Selebihnya hanya kardus-kardus kertas A4 (maklum untuk stok toko) yang tidak sampai full capacity.
Mobil ini tidak hemat-hemat amat, hanya kisaran 10.x-12.x KM per liter bensin dengan penggunaan banyak idling, macet, dan diisi Pertalite. Angka yang dicapai mirip dengan Swift saya, wajar mengingat mesinnya sama persis plek. Setelah baca-baca forum BHP India, rupanya Baleno lebih irit lagi di sana dengan kombinasi mesin K12B (Splash) dan transmisi either CVT atau MT. Rata-rata bisa mencapai 1:17 dan 1:12.x seperti saya sudah dengan kaki tidak lulus SD


Selama 1 tahun dijadikan kaki, mobil ini ngga ada rewel sama sekali. Perawatan cuma ganti oli dan filter tiap 5000 km di Beres. Itu pun hanya 300-400rb an sekali servis. Beda jauh dengan M2 saya yang 900ribu an sekali servis

Ganti busi di 15rb km cuma abis 150 rb sudah incl jasa (di montir langganan), jauh dari iridium Toyodai dan Mitsu yang 1 set bisa 600rb ke atas.
Selama ini Baleno ngga minta jajan apa-apa. Swift saya dulu ada-ada saja jajannya: motor spion ki-ka gearnya jebol tanpa kesenggol, lampu di transmisi matik mati, dan klip plastik di dalam kap aus semua jadi bunyi-bunyi.
Practicality: 7.5/10: quite good in its class dan cukup irit dengan BBM jelata
Driving Impression
Tiba saatnya pada bagian paling penting untuk saya pribadi: how it drives. Kalau om-om pernah baca atau dengar Baleno ini cocoknya untuk cruising santai dan dalam kota, saya sangat setuju. This is not a fun to drive car
Sebelumnya, saya menganggap fun to drive sebagai berikut:
- underpowered
- engine dan/atau exhaust note yang merdu
- road feel terasa
- steering yang direct
- agak menakutkan di tikungan
Engine note berisik? Toh kan bukan luxury car.
Road feel terasa bikin capek? Well, mau yang ngga capek masih ada Livina, Camry, dkk yang hambar tapi nyaman.
Stir yang direct juga bikin capek? See the point above.
Kenapa seram di tikungan? That's where the thrill is!
Yang saya rasakan, Baleno *nyaris* fun to drive. Underpowered yes, engine note berisik? yes (suprisingly)......dan itu saja. Road feel dan steering Baleno hambar dan ringan. Di tikungan pun rasanya terlalu aman. This is not a fun to drive car. Sebagai anak muda yang berdarah panas, saya jauh lebih suka filosofi Mazda, BMW, dan Honda ketika mendesain handling mobil mereka. Baik itu Mazda 2, 3 series, maupun Jazz/Civic. Direct dan stiff, sehingga pengemudi betul-betul merasakan dinamika mobil dan aspal. Baleno agaknya menyasar pasar mainstream dengan handling yang terasa aman dan easy to drive. Langkah market yang logis, sih.....cuma kurang cocok dengan saya. Hambar betul. Ban Alnac yang eco-ecoan sedikit banyak berpengaruh, dibandingkan Turanza yang saya pakai di M2, Swift, dan sekarang Altis. At least ban ini empuk dan nampaknya tahan lama.

Beberapa enthusiast mungkin menyebutkan mesin M2 lawas, mesin Honda, dan N52 kurang "ngisi" di putaran bawah. Berlawanan dengan karakter mesin K14B yang kalem, terus ngisi, dan tidak tergesa-gesa. K14B Swift bahkan lebih responsif dan mau diajak ngebut dibandingkan Baleno. Entah tuning yang disengaja, perbedaan desain belalai intake, atau faktor apa, tapi Baleno ini saya rasakan lemot. Banget. Bahkan lebih lemot dari Livina CVT bapak yang dulu. Untuk santai dalam kota tidak masalah, untuk menyalip truk itu yang buat saya deg-degan. Mainkan tuas AT ke gigi 2 atau 3 (OD off) juga kurang membantu, K14B Baleno ini malas untuk di-rev ke putaran tinggi.
Selama kepemilikan, saya tahu mobil ini memang lemot. Saya coba kasih obat seperti Suip saya....yaitu (1) header O**, dan jika kurang ampuh (2) remap. Pada waktu itu, baru header yang kesampaian, tuner langganan yang handle remap Swift saya belum sanggup untuk remapping Baleno meskipun enjinnya persis sama dengan Ertiga dan Swift. Oh well. Berikut penampakan engine bay Baleno sekarang:

Bahkan setelah obat O**.....this hatch is still a cold one. Not even a warm hatch. Performa rasanya nyaris sama saja, tidak seperti saudaranya yang ketika saya kasih header langsung lebih ngisi. Putaran atas juga tidak berubah, tetap lemot di atas 100 kpj. At least bapak mengakui suaranya lebih halus ketika nanjak, tidak ngeden seperti sebelumnya. Toh DC obatnya ngga mahal, di bawah 500rb saja.

Bonus gimmick: fitur ini memang betul-betul tidak perlu, agak alay, tapi ada nilai novelty untuk saya. Novelty yang cukup untuk mengobati hambar dan lemotnya mobil ini......yaitu torque meter di MID ala-ala Audi (mentang-mentang 1 grup VW?

Driving it: 6/10 for enthusiasts, but...
Ada Tapinya!
Oke, saya merasa mobil ini ngga asyik.....tapi apakah semua berpendapat sama? Not at all. Bapak suka sekali mubil ini, even more than the old M2 and Swift. Mobil yang kecil untuk manuver, enak dibawa santai, easy to drive (and park), lumayan irit, harga terjangkau, free jasa hingga 50.000 KM, ground clearance tinggi (170 mm), dan cukup nyaman. Yes, this car is easily the most comfortable in its class, hanya Livina yang lebih nyaman menurut saya.
Mulai dari jok yang empuk dan pas di posisi saya dan bapak, yang mana bahkan nonik saya bilang "enak duduk di Baleno, ko....daripada di Altis"

Kekedapan Baleno juga good, suara luar sedikit lebih kedap dari Swift, dan peredaman atap agaknya lebih bagus. Swift saya dulu kaya perang kalau hujan deras, klontang-klanting tidak keruan. Dibandingkan Altis, saya rasa hanya one step behind. Ngga sejauh itu bedanya. Anehnya, kekedapan ke arah mesin (firewall) justru kurang, suara mesin kadang masuk terutama ketika menanjak dan kondisi kabin dan jalan hening.
Bantingan? Empuk sekali. Saya mengeluhkan steering dan handling yang hambar, tapi inilah hasil pengorbanan driving dynamics. Baleno ini enak sekali untuk menghajar jalan tidak rata dengan kecepatan yang wajar. Ah, bahkan sesekali hajar lobang agak ngebut juga masih nyaman (meskipun tidak dianjurkan hehehe). Kontras sekali dengan pengalaman saya bawa M2 dan Swift yang obrak-obrakan rasanya. Baleno ini lebih kalem melibas jalan keriting seperti di daerah Tanjung Mas dan Tanah Mas Semarang. All in all, sisi nyamannya Baleno ini yang membayar segala keluh kesah saya di atas.
Comfort is where Baleno is not just an economy car.
Ride Quality: 9/10: nearly the best in its class!
In Conclusion

Saya ingat di review lain (Om Vulvy kalau saya tidak salah), bahwa Baleno ini menang di price to value nya. Saya sangat setuju, dengan harga di bawah kompetitor, Baleno adalah pilihan yang nyaman, practical, dan ekonomis dipelihara. Di Beres saja murmer servisnya.
Kebandelan mesin sudah terjamin di Ertiga, suspensi empuk ngga cepat aus, elektronik simpel (seharusnya) tidak rewel. Tidak heran ketika saya diberi kabar oleh engkoh empunya dealer bahwa unit Baleno sudah inden lagi karena laris manis tanjung kimpul (well, Suzuki yang kurang impornya). Sayangnya tipikal Suzuki Indo, produk oke secara value dan fitur, tapi ATPM nya yang kaya malas jualan

Rerata review dari saya sebetulnya 6.8/10.....tapi mengingat value yang ditawarkan rasanya lebih pantas New Baleno menyandang skor 7/10 secara keseluruhan. A perfectly decent car priced lower than its equals
