Kalimat diatas kayaknya paling cocok untuk membuka review kali ini menggantikan kalimat "Entah kenapa tiba-tiba ada yang bawa kerumah... dsb".. Berhubung sudah lama saya gak ngasih review, untuk nebus dosa kali ini saya akan kasih review yang special; In-depth nya nggak cuman 2-3 jam seperti test yang biasa, tapi 3 hari (total 60 hours). Mobil yang di test pun termasuk "special" karena termasuk jarang di Indonesia, yaitu salah satu varian MINI.


Contoh gampangnya gini; jika seorang pria yang pakai full suit lalu turun dari Range Rover Vogue akan terlihat seperti aristokrat, beda cerita kalau turun dari Land Cruiser keliatan kayak gubernur korup, atau kalau dari Cadillac Escalade keliatan kayak bodyguard. Hal yang sama dengan Aston Martin, keluar dari pintu driver kelihatan kayak James Bond, beda cerita kalau keluar dari Maserati Granturismo keliatan kayak orang yang mau gaya tapi gak mampu beli Ferarri, atau dari Porsche Panamera yang pasti kelihatan kayak orang yang terlalu kompromi dan nggak punya karakter. Same thing happens for the MINI; nyetir MINI gak akan pernah kelihatan kayak orang yang ramah lingkungan layaknya Nissan March, atau speed freak seperti Volkswagen GTI, atau gay seperti Nissan March ..

That is why I always reserved British car for special occasion.. Melanjutkan acara resepsi saya yang ditemani oleh Jaguar E-type, yang nyaris semua ahli bilang merupakan mobil terindah sepanjang masa - which I agree, saya pengen rangkaian perjalanan honeymoon pertama juga ditemani british marque. Okay, first, the location settled in Bali, terkenal memiliki tata kota yang cukup unik dengan tanda jalan yang sangat minim, jalanan yang sempit selain di area bypass, dan sering rusak. MINI secara instan keluar sebagai jawaban, dan kok ya kebetulan anaknya yang punya Jaguar E-type ini punya MINI Cooper S JCW 2010 Limited Edition di Surabaya. MINI JCW 2010 ini hanya di produksi 250 unit di seluruh dunia. Dan kok ya kebetulan di tanggal mau pinjam mobilnya, si owner ini menyanggupi, langsung saya reserved mobilnya.

Sialnya, karena ada sesuatu dan lain hal, acara honeymoon harus ditunda seminggu, dan ternyata si owner harus pergi ke Aussie untuk sekolah, jadi JCW-nya nggak bisa dipakai. Ow kambing.

A Bit of History: Is a MINI still a Mini?
Kalau ada yang ngeh dari tadi saya nulis MINI dengan huruf serba kapital itu bukan karena tidak sengaja, "Mini" adalah tulisan asli dari brand Mini dibawah British Leyland, sedangkan "MINI" adalah brand marque terbaru Mini dibawah BMW.
Dan pertanyaan di judul chapter "Is a MINI still a Mini?" adalah pertanyaan awam yang seringkali menimbulkan pertikaian diantara enthusiast. Penyebab pertikaian ini secara general bisa di sortir jadi 2 hal:
1. Nationality. Apakah MINI masih merupakan produk asli Inggris atau sudah berubah total menjadi produk Jerman?
2. Size. Apakah dengan ukuran MINI saat ini masih layak untuk menyandang batch keturunan Mini?
Untuk pertanyaan pertama ini wajar banyak enthusiast yang bilang bahwa MINI bukanlah merk Inggris lagi setelah dimiliki BMW. Hal ini disebabkan karena dari early 60's sampai early 2000 Mini selalu berada dibawah marque Inggris dan variannya tidak pernah berubah, literally, karena dari Mark I, II, dan III Mini yang berubah dominan hanya ukuran pintunya dan jendela yang bisa sliding saja, mark IV dan V hanya berubah ukuran body berubah sedikit lebih besar dan bushing kaki-kaki juga lebih besar dengan desain luar dan interior yang sama, ditahun 1990 baru mesinnya jadi 1275cc dari 1000cc sampai berhenti produksi tahun 2001 nggak berubah sampai pada masa BMW (take over company 1993). Bayangkan, 40 tahun dengan kerangka badan dan teknologi yang sama, ujug-ujug BMW ngeluarin all-new MINI dengan semua serba baru.. Perasaan yang pasti sama dengan perasaan Indonesia ketika kehilangan Sipadan-Ligitan dan di klaim milik Malaysia, meskipun basicly merupakan salah Indonesia karena tidak merawat pulau tersebut, tapi unsur harga diri dan historis yang membuat kita terluka.

But, the thing is; Mini enthusiasts are wrong. MINI is as British as Mini. Gini ceritanya; desainer asli dan pemimpin project Mini adalah Sir Alec Issigonis, orang Inggris keturunan Turki yang karena desain Mini nya dia termasuk orang paling berpengaruh dalam sejarah otomotif dunia. Sedangkan orang yang melakukan merger BMW-Rover untuk mendapatkan Mini bernama Bernd Pischetsrieder, merupakan orang Jerman yang lahir di Munich yang pada saat itu menjadi Chairman BMW. Tapi banyak yang nggak tau kalau si Pischetsrieder ini sebenernya memiliki keturunan Inggris (not directly) dan ternyata merupakan keponakannya keponakan Sir Alec Issigonis. Lucunya, meskipun Pischetsrieder merupakan orang Jerman yang belajar di Jerman dan kerja di BMW, tapi dia paling hobi mobil-mobil Inggris, terutama Jaguar dan Mini. Oleh karena itu, saat BMW merger dengan Rover (yang saat itu memiliki Mini), Pischetsrieder tau persis bahwa agar Mini dapat hidup lagi dan mengulang kesuksesan (saat itu Mini mengalami drop penjualan besar-besaran), maka developernya harus orang Inggris asli, karena orang Jerman tidak akan memiliki visi yang dimiliki engineer Inggris. "I want to make it clear that Rover's and Land Rover's design and engineering operations will remain fully functional and largely independent from us here (in Munich)".
Bahkan Pischetsrieder mengambil langkah lebih jauh.. Sebagai project leader Mini padahal ia menjabat sebagai Chairman BMW.


Kerusuhan internal antar Rover-BMW terus memanas, hingga setahun kemudian, 1995, dalam sebuah rapat rahasia di markas BMW di Munich, diadakan rapat akhir untuk pengambilan keputusan konsep akhir new Mini. Rover, mengikuti prinsip Issigonis yang selalu mendesain mobil secara radikal, membawa konsep yang bernama "Spiritual".

Radikalisme nya disebabkan karena mesin Mini didesain memanjang dan kecil sehingga bisa diletakkan dibawah dek lantai bagian belakang (mirip desain Brabus Smart Fortwo), Hydragas subframe suspension, dan space besar untuk 4 orang dewasa (ukurannya melar dari ukuran Mini lama). BMW, membawa desain Frank Stephenson sebagai salah satu jagoannya. Frank ini adalah seorang jenius desain asal Amerika yang levelnya setara dengan Chris Bangle. Karya Frank berikutnya setelah Mini adalah Ferrari 430, MP4-12C dan terakhir executive editor Mclaren P1. Kedua desain gacoan masing-masih kantor ini intinya beneran bikin puyeng Pischetsrieder, bahkan sampai 6 bulan setelah rapat masih belum ada keputusan jelas dan akhirnya proyek Mini seperti terlupakan. Di 1996 BMW secara resmi mengundurkan diri dalam pengembangan Mini tapi mengharuskan ada trademark BMW jika proyeknya tetap dilakukan; yaitu penggunaan MacPherson strut di depan dan Z-axle di belakang. Rover dengan heroik mengambil alih proyek ini dibawah Chris Lee, dan memutuskan hanya disitu pengaruh BMW secara teknikal, hal sisanya seperti geometri mobil, kekakuan chassis dan komponen, durability, mesin, transmisi, desain interior, dan eksterior ditentukan (meskipun akhirnya berpatokan pada konsep Frank Stephenson), dirancang, dibuat, dan dirakit di pabrik Gaydon Rover di kota Warwickshire Inggris, dan dikerjakan oleh pekerja Inggris. What could be more British than that? The rest is history, Rover went Brit all over MINI.. And crazily, MINI berhasil menjadi mobil modern pertama yang sukses menerapkan 4 konsep sekaligus; Economical+Radical+Performance+Fashion Icon.


Untuk jawaban pernyataan kedua, bahwa secara size, apakah MINI tetap Mini? Well, pernyataan kedua ini yang memang susah untuk dijawab... Secara konsep, yes, it is, tapi secara konsep, no, it isn't. Nah loh.. Bingung kan? Saya juga bingung..

So... Is MINI still a Mini?.... I don't care, really... All I know is, MINI still as British as it used to be..

Review
So.. MINI yang di review akan di review ini merupakan varian Cooper S Cabriolet tahun 2012. Cooper adalah sertifikat kalau varian MINI-nya versi performance, dan badge S menunjukkan even more performace tweaking. Singkatnya, Cooper S hanya berada 1 tingkat di bawah level JCW dan 2 tingkat dibawah JCW GT dalam hal performa. Dan cabriolet.. Well,.. Artinya bisa [cencored]..

Versi yang saya coba ini merupakan facelift paling akhir dari varian MINI dan mesin supercharger MINI desain Rover-Chrysler sudah dipensiunkan diganti dengan mesin BMW 1.6L Turbo + Getrag gearbox 6-speed auto dari German.
Performance figure : 4-cylinders 1600cc Direct Injection+Turbo, rated 171 HP @ 5500 rpm & 240 Nm @ 1600 RPM.. Atau bahasa orang awamnya, torsinya lebih gede 20 Nm dari All-new CRV 2.4 yang cuman 220 Nm, dengan berat lebih ringan 250 kg dari CRV.. Masih belum kebayang? Kalau dibandingin sama All-new Jazz yang katanya hatchback paling kenceng dikelasnya, Jazz powernya 117 HP dan torsinya 144 Nm. So, bisa dibilang MINI Cooper S tenaganya 2x ANJ.
Transmisinya sendiri BMW kerjasama dengan Getrag karena paling cocok dengan karakter mesin MINI untuk define experience. Getrag ini salah satu produsen transmisi terbesar di dunia setelah Aisin Seiki dan ZF. Di MINI transmisinya diposisikan transverse (melebar) agar bisa masuk ke dalam ruang yang sempit. Hasilnya adalah top speed MINI Cabrio adalah 220 km/jam dan akselerasi 0-100 km/jam dalam 7,6 detik, masuk ke ranah hot hatch dan small sedan seperti seri-3. In comparison, Jazz RS 0-100 km/jam di 11,1 detik.
Nanti akan lebih diperjelas bagaimana rasanya angka-angka diatas ketika diajak jalan, but first, saya review eksterior dan interiornya dulu.
Eksterior
First thing first, saya nggak pernah suka atap fabrik pada mobil kabriolet, karena selain warnanya biasanya kontras dan cenderung butek, atap kabrio fabrik selalu bikin mobil jelek jika dilihat dari belakang terutama pada bagian lipatan paling belakang pasti ada bagian yang terlihat tidak rata. Looks cheap and wobbly. Sayangnya pada MINI ini penyakitnya sama, saya jauh lebih menyukai MINI Cooper S biasa ketimbang Cabrio jika dilihat dari looks dengan atap tertutup. Tapi, cerita yang sangat berbeda ketika atapnya diturunkan.. Atap fabriknya terlihat menjadi ducktail menyambung ke garis badan MINI, dipadu dengan jok yang lucu dan roll bar solid chrome dibelakang... Wow... This car looks expensive, sophisticated but retro at the same time.. The look of pure heritage.. I love it!






Every single piece reflects its predecessor; proporsi badannya, kelengkungan atapnya, bentuk spion, bentuk grill, posisi emblem dan hood stripes, wheel arches, ketegakan windshield, lebarnya jendela sekeliling, lampu depan belakang, bahkan handle pintunya di desain semirip mungkin dengan old Mini walaupun pengoperasiannya berbeda. Beneran nggak kerasa kalau MINI ini melar 70 cm dari Mini, karena saking indah desain modern-retro nya semua orang pasti langsung instant recall : That is a Mini!

Hal aneh yang lain sama eksterior mobil ini adalah, kayaknya ini satu-satunya mobil yang terlihat nggak alay, malah bagus, dengan segala macam chrome dan stripes, velg hitam, dan warna body 2 tone dari plastic skirts.. How the hell?.. Secara gak langsung seperti mengukuhkan posisinya sebagai fashion icon.
Ngomongin kaki-kaki, mobil ini pakai optional velg 17" hitam, dengan ban Potenza low profile run-flat tire 205/45, and yes, no spare tire at all.. Secara proporsi ban ini bertengger sangat manis di kolong mobil walaupun ada sedikit space antara ban dan fender, tapi hal ini malah menambah nuansa retro-nya.

Interior
Nah... Berbeda dengan eksteriornya yang hanya evolusi dari model lama, interiornya mendapatkan total make over dari pendahulunya. Bahkan sewaktu facelift di tahun 2008, detail interior nya kembali berubah tapi eksteriornya malah berubah sedikit. Dan.. Wow.. This new interior reminds me why classic cars need to be loved and preserved. Jaman sekarang semua pabrikan udah kejebak dengan pola desain interior itu lagi, itu lagi.. Semua polanya sama..

Tidak di MINI.
Interior MINI seperti blend design antara old Mini, MG, dan old Rover yang di modernisasi, bahkan nyaris nggak ada bau BMW dari interiornya. Every single piece didesain berdasarkan fashion, bukan function, dan sampai tahap produksi, tim desainernya mempertahankan konsep itu. Jika ada tambahan fitur apapun yang ingin ditambahkan kedalam kabin, harus mengikuti layout yang sudah ada dan tidak merusak desain, nggak peduli pada akhirnya peletakan atau tombol fitur tersebut menjadi sangat kecil atau tidak terjangkau.



Sebagai contoh, seluruh tombol power window diletakkan di bagian bawah dashboard dengan tuas kecil chrome yang indah dan peletakannya saling berdekatan satu sama lain, dipisahkan oleh bar chrome kecil diantara tuas-tuasnya, singkat cerita orang yang obesitas akan kesusahan menjangkaunya, dan orang yang punya jempol gede terpaksa pakai telunjuk agar bisa buka tutup jendela. Bukan hanya itu saja, yang nggak habis pikir tombol central lock dan fog lamp diletakkan tepat di tengah-tengah urutan kontrol jendela, bagi orang awam, silahkan ngabisin 1 jam untuk nyari tau gimana caranya nyalain foglamp.


Hal aneh yang sama ada di belakang setir; pada MINI biasanya hanya ada rev counter disini (karena speedometer ada di tengah dash), tapi di varian kabrio ini ada 1 gauge yang mungkin bisa jadi juara kalau ada perlombaan internasional "The Most Useless Gauge In The World", yaitu Openometer. Apaan tuh? Yaitu gauge untuk mengukur berapa lama atap kabrioletnya kebuka selama mesin dinyalakan.. Dan, se-aneh kelakuan Rover biasanya, Openometer diletakkan tepat di depan lubang AC dashboard sebelah kiri driver.... Jadinya ya.. Angin dari kisi-kisi AC itu bisa dibilang 99% kehalang untuk dapet mendinginkan kabin, karena mau diarahin ke kiri juga hanya bisa sedikit sekali bergerak.. Jadi disaat kabin panas karena terik matahari, hanya Openometer yang dingin duluan... Dan masih banyak keanehan-keanehan yang lain..

Belum lagi bicara mengenai space penumpang belakang. Agar tidak mengurangi estetika eksteriornya, maka kabin belakang didesain seminimal mungkin hingga secara logika, MINI ini hanya didesain untuk 2 orang dewasa di depan dan 2 bayi di belakang, atau 2 orang dewasa di depan dengan 2 orang dewasa dibelakang yang dua-duanya sudah di amputasi kakinya.


But, they did it so Britishly.. So beautifully.. Every single circular thing di kabin mobil ini terbuat dari chrome; kisi-kisi AC, lingkaran tengah setir, gauges, midbass, hand brake, indikator AC, bahkan cupholder dan bukaan drawer dilapisi chrome. Dan berhubung varian yang saya dapat ini full optional interior termasuk upholstery dan hi-fi, maka didapatkan leather sport seats, drawer dengan motif carbon fibre, dan lis tebal dashboard berwarna kontras merah. Dipadu dengan speedometer dengan layar 7-inch MINI-Connect di tengahnya dan tuas-tuas chrome pengendali atap kabrio dan kaca yang didesain langsung oleh tim dari Rolls Royce membuat MINI memiliki kabin kelas super-mini dengan desain paling mewah hingga saat ini. Saingan terdekatnya; Fiat 500 Abarth, bahkan tidak memiliki desain kabin seindah MINI. Flaw yang timbul karena obsesi desainer akan estetika menjadi tidak terasa, karena naik MINI selalu menjadi pengalaman berbeda, meskipun terbiasa naik mobil European lainnya.




Build quality? Frankly, poor. Pintunya berbunyi kasar saat di tutup, most of the cabin terbuat dari hard plastic, handrest driver gak ada lock nya dan hanya bisa 2 posisi (kalau gak di naikkan, maka direbahkan maksimal), leathernya tidak mewah, plastik dashboard mudah kusam dan berubah warna. But, really, who the f*ck care about that? Because you get so much more from MINI than your usual car..

Test Drive
Hari pertama saya ketemu sama si kabrio ini adalah hari Senin jam 1 siang di Seminyak, Bali, dan kebetulan lagi banyak sekali bule-bule. Pertama mau jalan rada tengsin juga ada di MINI cabriolet merah, karena stigma yang biasanya muncul kalau liat cowok nyetir mobil super-mini atap terbuka, apalagi warna merah, kalau gak itu mobil pacarnya, ya gay. Ah tapi saya cuek aja (bukan karena gay beneran loh ya..


Pertama kali masuk ke kabin MINI baru ini terasa familiar layout-nya, karena sebelumnya seorang kerabat dekat memiliki MINI Cooper S tahun 2004-an yang mesinnya masih Supercharged punya Rover-Chrysler, hanya nyaris setiap detail parts interiornya berbeda. Bahkan rev-counternya pun berbeda. Kunci MINI adalah keyless entry, hanya untuk menyalakannya ada 2 opsi berbeda, bisa di colok di "lubang kunci" atau disimpan di kantong layaknya keyless pada umumnya, walaupun tentu saja saya selalu lebih suka memasukkan kunci ke lubangnya karena lebih stylish..


Berikutnya yang selalu paling familier adalah.. Posisi duduk. Seperti mobil jadul, duduknya agak tegak, rendah, dan posisi setirnya secara natural lebih rendah dari your average car. Ini karakter kuat pertama yang defining MINI driving. Lalu mesin dinyalakan dengan memencet tombol start-stop.. "Brrummm...." Suara knalpot garing dan merdu mengingatkan kalau kita sedang berada di varian Cooper S. Suaranya tidak seperti mobil modern kebanyakan yang cenderung synthesized, suara valve dan hissing turbo berlanjut ke raungan exhaust terasa natural dan intriguing.. Hal yang nggak akan pernah di dapat di Golf GTI standar. Engine note ini yang jadi defining character dari MINI yang kedua.

Pertama kali coba dengan atap tertutup, coba jalan keluar dari keramaian Seminyak menuju jalan Bypass. 5 menit pertama yang dirasa adalah setirnya yang perfect-weighted tanpa EP-Sh*t.. Masih old-school hydraulic. Suspensinya yang as always cenderung firm dengan rebound minimum, dipadu dengan putaran bawah yang penuh tenaga membuat menyetir mobil ini, bahkan di kala penuh mobil, sangat menyenangkan. Pada mobil biasa, pasti kesal kalau ada lubang di jalan, di MINI saya bersyukur jika melihat lubang di jalan, karena dengan begitu saya bisa manuver menghindari lubang dan sekaligus mobil yang berlawanan arah. Begitu mudahnya memprediksi moncong depan mobil ini bahkan setelah melar 70cm dari pendahulunya.. Seakan headlamp hanya seraihan tangan.. This car control is telepathicly accurate!..


15 menit pertama, istri berpikir bahwa MINI ini mobil yang aneh.. Bentuknya lucu, interiornya juga lucu, tapi kok nggak nyaman ya suspensinya.. Masuk di jalan tol baru Bandara-Nusa Dua "Kok mobil cewek 700 juta keras gini ya yank suspensinya?" Hmmm... Saya bilang "Mobil cewek?", istri nimpalin "Iyalah... Kan mobil cewek.. kecil gini imut-imut.. MINI is a cute car..", saya bales "Kalau gini masih cute nggak?"
Saya pencet tombol sport, exhaust note bertambah keras dan garing, tekan paddleshift kiri untuk mengaktifkan manual mode nya, setting di gigi-2 sambil jalan 30 kpj, dan langsung tancap gas. Semua kepala terbenam di jok.. Torque-steering mobil ini sangat besar karena tenaganya sangat besar untuk bobot dan wheelbase-nya yang kecil! 5 detik pertama yang saya lakukan adalah mengkoreksi setir karena torque-steering mengarahkan mobil ke kiri dan kanan baru setelah itu upshift.. Gigi 3-4-5 dalam 5 detik kemudian dan kepala masih terbenam di jok.. Dalam 10 detikan dari awal bejek, mobil ini dengan mudahnya mencapai 150 kpj, and still climbing!...
"Ayank!... Udah!!.." Teriak istri begitu jarum nyaris menyentuh 160 kpj.. Saya lihat kekiri dan mendapati istri lagi meringis sambil pegang seatbelt, padahal biasanya dia juga speed-freak. "Masih cute?" saya bilang, istri hanya menggelengkan kepala sambil nabok kepala saya...




New E300 yang tenaganya jauh lebih besar dari ini terasa jauh lebih civilized and not as exciting as the MINI, not even close. Bahkan istri saya yang duduk jadi passenger bisa ikut merasakan mesin, transmisi, dan chassis mobil ini selalu bekerja as hard as possible.

Adapun kekurangan dengan atap tertutup, yaitu insulasi suara yang seharusnya bisa lebih baik, plus rear view untuk reverse bener-bener bisa dibilang sangat buruk. Hal lain yang cukup mengganggu adalah kaca mobil ini sepertinya bahannya agak berbeda dengan kaca pada umumnya, karena cenderung tipis dan "lentur", buat weight saving I supposed, tapi mudah sekali baret, dan mudah membekas ketika terkena stonechip.


Sore hari berikutnya, cuaca Bali sangat bersahabat. Matahari terlihat tapi tidak terik, suhu pun terasa moderat, dingin untuk ukuran Bali. Saat yang tepat untuk menurunkan atapnya. Dengan memencet tombol, atap mobil terbuka full otomatis dalam 15 detik.







Sore hari ini tujuannya adalah ke El Kabron di daerah Pecatu yang penuh dengan belokan dan tanjakan terjal, serta jalannya pun kecil tapi sepi - perfect untuk test handling mobil ini. Aktifkan mode sport, matikan TSC, dan melesatlah saya dengan semangat. Hal pertama yang terasa adalah, betapa banyaknya angin yang masuk bahkan saat jendela dinaikkan. Biasanya pada kabriolet modern, (yang pernah saya coba E250 convertible) meskipun atap diturunkan, kebocoran angin ke dalam kabin sangat minim. Ya karena merasakan sama aja antara jendela naik atau turun, sekalian aja turunin jendela full. Meliuk-liuk di daerah pecatu saya bisa merasakan chassisnya dengan baik, setir, pedal, dan posisi duduk align dengan sempurna. Dengan TSC dimatikan, mobil ini understeer nya cukup besar, dan pada tikungan tajam, bagian depannya agak bouncing mengurangi kenikmatan berkendara. I have to say, dengan setup seperti ini baru terasa kalau Cooper S standar lebih stabil ketimbang yang kabriolet, karena selain chassis yang standar lebih kaku (karena ada atap), kabriolet lebih berat 100 kg. Tapi setelah dinyalakan TSC nya, wow..





Malam harinya mengantar istri jalan-jalan sekitaran seminyak, dengan atap diturunkan kita window shopping dari mobil. Sambil menyalakan Maroon V di Harman/Kardon nya, yang ternyata suaranya lebih punchier ketimbang di E300, kita sambangi satu persatu toko yang terlihat menarik. Sepanjang jalan bule-bule ngeliatin aja mobil ini.. Ada yang nunjuk, ngasih jempol, ada juga yang motret.. Everybody loves a MINI!

Sampai suatu tempat dimana istri lagi cari baju di satu toko dan saya ke seberang untuk beli Aqua, saya di kagetkan satu cewek bule blonde dengan muka mirip Malin Akerman (I kid you not! Beneran mirip!) dengan blouse terbuka, top bikini, hotpants and sandals diatas body yang perfect yang lagi berdiri di sebelah MINI yang atapnya memang lagi diturunkan. "Is this your car?" kata dia, "....yes... why?" jawab saya setengah gak sadar, "Can you give me a ride to Petitenget (nama salah satu Cafe)?" jawabnya.. Hah? Saya celingak-celinguk kiri kanan dulu, takut ada tendangan tanpa bayangan.. Fiuhh.. Aman! "I'm sorry.." kata saya sambil lihatin cincin kawin, "I'm married.. An.." Sebelum saya ngomong lebih jauh kalau saya lagi nunggu istri saya, itu bule bilang, "Of course!.. Nevermind.. Thank you..." sambil senyum, melambai, dan ngeloyor pergi gitu aja meninggalkan saya bengong di pinggir jalan dengan botol aqua yang akhirnya batal saya minum..




Verdict
Uncomfortable, unreliable, overpriced, lack of space, old-school, but does everything else so differently and beautifully it makes you feel special. Very special. Like an iPod.
Does everybody need one? No. Does everybody want one? Yes, and Should.
Base price: Sekitaran 750 juta. Up to +-1M dengan segala option yang tersedia.
Rival : Mazda MX-5, Fiat Abarth Cabrio, Pug 208 GTi, Scirocco.
Stig Score : 9,5/10