imsus2c wrote:ZombiEE wrote:imsus2c wrote:
Dulu sekali pernah ngobrol sama yg punya gerai olimart
Tapi karena sekedar omongan basa-basi bengkel, tentunya jangan dipertanyakan validitas-nya ya...
Banyak produsen oli yg beberapa active ingredients -nya itu sama supplier/merk-nya
Apesnya, rata2 produsen additif itu dari luar negeri
Nah produsen lokal yg kilang/blending-nya disini, tentunya barang tersebut mesti diimport, yg akhirnya timbul biaya2 (transport, tax, dll..)
Termasuk oli merk import tapi produksi lokal, mereka juga harus import material2 ini
Yah, saya sih ngga tau peraturan diluar sana, tapi mestinya, jika lokasi produksi sama dgn asal produsen additif, tentunya ini bisa pangkas biaya...cmiiw looh
aa ya tetap masukan berharga juga ini meneer..ehehe
jadi maksud ane perbandingan yang sama ,... misalkan saja mobil 1 dgn viskositas yang sama kala diimpor kesini harga nya jadi mahal gak ketulungan...mungkin ada faktor pajak atau mungkin sang pengusaha cuan nya mau besar? cuma asumsi dan tebak2an ya...validitas jgn dipertanyakan
Begini Meneer,
Kita tentunya ngga tau komponen biaya internal suatu barang, karena itu rahasia perusahaan dan kita hanya sebatas menduga2
Tapi kalau untuk biaya import, supaya dugaan2 tsb bisa lebih akurat, ada kok trik-nya
Yang pertama, kita cari tahu dulu nomor HS code komoditas tersebut
HS code, singkatan dari
Harmonized Commodity Description and Coding System, link kebetulan sdh tersedia di Bahasa Indonesia
Setalah tahu nomor kode HS-nya, kita bisa lacak lewat web Departemen Keuangan kita.
Dugaan saya, jenis oli yg kita bicarakan disini, HS Code-nya 2710.19.620
Nah, sesuai tarif resmi pemerintah jika import Pelumas Cair sudah jadi adalah:
BM (bea Masuk) 30%
PPN 10%
Seingat saya, rumus perhitungannya:
(Invoice+BM)+PPN
Jadi, misalnya harga pelumas (sesuai invoice) 100, kena BM 30%, jadinya 130
Dan dasar pengenaan pajak (PPN) tadi adalah harga invoice yg sudah ditambah BM
Jadinya 130+(130x0.1)
= 143
Artinya, jika barang tersebut aslinya berharga 100, jika diimport kesini, komponen pajaknya sudah 43
Jadi, supaya balik modal saja, barang yg aslinya seharga 100, mesti dijual 143, belum termasuk biaya lain yg dihitung sebagai HPP (misalnya ongkos, freight, handling, THC, dll...) dan tentunya "cuan-nya"
Jadi, bisa saja komoditas yg sama, diluar dihargai 100, disini bisa selisih 50-70%nya, malah malah bisa berkali lipat dari harga invoice asal
Oya, besaran BM, PPN, PPN-BM, berbeda-beda antar komoditas, sekali lagi berdasarkan HS-Code nya
Ini dugaan saya, HS Code utk pelumas cair yg sudah jadi:
http://www.tarif.depkeu.go.id/tarif/HS9 ... &hs2dig=27
2710.19.620 ----Pelumas cair 30 10 -
Untuk HS code komoditas lainnya, bisa dilacak dari web itu juga
CMIIW lhaarrr....