Setelah puas mecoba fitur-fitur dan berkeliling dengan C3 Aircross saya melihat ada sebuah MPV roti tawar berwarna biru metalik terparkir di salah satu slot parkir, sebuah Nissan Serena E-Power. Salesnya pun lansung menyodorkan kunci, seperti ini bentuknya…

Serena generasi yang baru ini terlihat lebih ganteng dan lebih modern dibanding generasi sebelumnya (C27), tapi masih mempertahankan siluet dari C27.

Tampak bagian depan dan belakang Serena C28 bersebelahan dengan kompetitornya sesama form factor roti tawar.


Dengan dimensi dimensi panjang 4.765 mm, lebar 1.715 mm, dan tinggi 1.885 mm, dengan ground clearance 135 mm. Secara diatas kertas Serena lebih panjang 7 cm, lebih tinggi 3 cm, tapi lebih ramping 1.5 cm dan ground clearance lebih rendah 1.5 cm dibanding Toyota Voxy di seblahnya. Namun desainnya yang lebih curvy membuatnya terlihat lebih kecil dibanding Voxy yang cenderung lebih boxy.
Mobil ini memiliki dua konfigurasi pembukaan bagasi, kita bisa buka secara full atau bagian atasnya saja. Keduanya masih manual, tidak ada fitur power tailgate.


Sliding door di Serena generasi ini punya kick sensor yang lokasinya berada di bawah body sejajar dengan pillar B. Selain kick sensor sliding door ini bisa dibuka melalui kunci, tombol pada pintu, dan dari driver.

Dari sisi kaki-kaki Serena menggunakan velg dual tone ukuran 16 inch dengan profil ban 205/60, di unit tes ini dibalut oleh ban Dunlop Enasave. Keempat roda menggunakan disc brake. Suspensi depan menggunakan MacPherson Strut dan suspensi belakang torsion beam sama dengan kompetitor disebelahnya.


Masuk ke dalam kabin kita akan disuguhkan dengan interior modern dan kekinian, layar besar dan tombol perseneling, yup, tombol persneling. Entah kenapa saya kuran suka tren ini, tidak ada yang bisa menggantikan sensasi tombol atau tuas fisik yang lebih PD, hal yang saya rasakan juga ketika mengendarai Hyundai Palisade, harus liat ke tombol untuk ganti persneling. Mungkin kalau pakai dalam jangka waktu yang lama kita lama-lama terbiasa, who knows. Poin plusnya untuk setingan AC masih pakai knob fisik.


Rear view mirror sudah pakai kamera. Buat saya pribadi masih sulit untuk menentukan jarak atau persepsi kedalaman menggunakan jenis spion yang seperti ini.
Setirnya cukup pas di tangan, ukurannya tidak terlalu kecil atau terlalu besar, dengan berbagai tombol untuk mengoperasikan beberapa menu pada head unit dan untuk mengatur semua menu pada instrument cluster. Posisi mengemudi commanding dan mudah untuk mendapatkan posisi yang pas karena sudah tilt & telescopic. Yang menurut saya kurang pas adalah armrestnya yang kekecilan bahkan untuk saya yang tingginya cuma 170cm.

Sebelum menceritakan rasa berkendara kita mundur ke kursi penumpang dulu…
Mobil ini memiliki konfigurasi 7 seater dengan 2 captain seat di baris ke-dua dan bench seat di baris ke-3. Kursi baris ke-2 bisa kita geser depan-belakang sangat jauh dan bisa digeser ke samping, tapi menurut penilaian bokong saya kursinya mirip-mirip dengan Zenix, dengan minus armrest yang kecil. Untuk baris ke-3 masih bisa recline dan bisa digeser maju-mundur, kursinya juga tidak terlalu rendah seperti mobil 3 baris pada umumnya, jadi masih cukup proper untuk orang dewasa, untuk penumpang baik di baris ke-2 maupun baris ke-3 sama-sama punya meja kecil dan port untuk charger hp, lumayan meminimalisir kesenjangan sosial antara penumpang baris ke-2 dan ke-3.



Lalu bagaimana rasa berkendara mobil Listrik berbasis genset yang satu ini?
Satu kata yang cocok untuk mobil ini adalah… Smooooooooooooooth…
Mobil ini adalah mobil EV yang ditempel genset dengan power motor yang cukup, dengan 160 hp dan torsi 315 nm figurnya mirip mesin diesel, tapi di motor Listrik yang powernya bisa dikontrol penuh oleh komputernya dapat menghasilkan tarikan yang halus dan terkendali. Bisa disesuaikan dengan kebutuhan dengan mode normal, eco, atau sport, bisa juga menggunakan EV mode dengan jarak tempuh sangat terbatas. Waktu saya coba mobil ini jarak 3km mesin gensetnya sudah mulai menyala lagi, posisi memang baterai tidak full waktu itu, jadai saya belum punya data real world untuk jarak EV modenya. Dan jangan berahrap banyak dengan mode sport pada mobil ini.
Untuk pemakaian kecepatan rendah mobil ini sangat halus, sura mesin 3 silinder 1.5L genset samar-samar terdengar tapi kalau kita bejek atau ketika dipakai di kecepatan tinggi mesin genset mulai meraung-raung kepayahan, seolah dengan susah payah memberikan daya ke motor listriknya.

Soal handling cukup baik untuk sebuah MPV roti tawar di kelas harganya, tidak seperti merek sebelah yang handlingnya hambar, walau tidak senikmat Honda Freed (beda kelas tapi yo wes lah hahaha). Bantingan suspensinya nyaman, tidak kaku tapi tidak mantul-mantul juga. kabin tidak rattle (CBU Jepang gaes) dan kalau secara kasat mata masih pantas untuk mobil 600 Jt-an dibanding Zenix yang punya fitur Driver & Passenger Allert, yaitu fitur untuk memberikan suara kreot-kreot ketika melewati jalan keriting.

Konsumsi BBM untuk mobil ini bisa dibilang irit, untuk pemakaian dalam kota dengan penggunaan e-pedal bisa dapat angka 15.6 km/l pada MID. Fitur e-pedal cukup membantu deselerasi tanpa harus pakai rem dan pengeremannya cukup halus.
Kesimpulannya…
Kelebihan :
- Smooth & comfy
- Irit
- Lega
- Konfigurasi jok yang luas
- Kursi baris ke-3 oke
- Power cukup untuk dalam kota
Kekurangan :
- Kecepatan tinggi ngempos
- Armrest kecil
- Jok agak kekecilan (untuk saya)
- Tidak ada power tailgate
Sekian ulasan singkat mengenai Nissan Serena e-Power C28. Saya belum bisa kasih Kesimpulan yang lebih mendalam untuk mobil ini atau mengulas fitur-fitur Pro-Pilotnya karena belum coba untuk long term.
Terima kasih…