Suryaputra wrote: ↑16 Jul 2024, 13:30
yah apalagi market sini hobinya mudik dan hiling ke sana kemari luar kota pk mobil pribadi.
- Brp orang yg sanggup beli dan miara 2 mobil (1 ICE dan 1 EV)?
- Nekat banget klo beli EV sbg mobil daily satu2nya
- SES C (middle) dan ke bawah, menjadi mayoritas di sini.
- Kaum middle, ngelihat harga sebagian cell-battery aja dah takut
Biasanya apa yg terjadi di amrik, bakal kejadian terulang di sini.
Dalam POV bisnis, contoh:
1. Di US, beberapa dekade lalu, Silicon Valley mengalami Startup Bubble, sekarang, bukannya sustain, Mayoritas mengalami Startup Burst (yess meledug).
Badai PHK menerjang
(karena ternyata product market fit dan adoption rate gak sesuai mimpi, EAT minuss), bahkan sekelas Giant Tech Company juga melakukan efisiensi karena satu dan lain hal.
2. Indonesia, it's begun to happen now, lihat aja bbrp tahun lalu salah satunya $GOTO sebagai pioneer unicorn anak bangsa.. sekarang sahamnya banyak yg nunggu sampai Rp 1
Jadi apakah salah?
ya nggak, namanya investor, mereka akan invest uangnya di sesuatu hal yg baru, ke inovator2 cerdas, ini yg bikin dunia berkembang.
ujungnya yg bertahan dan sustain, hitungan jari.
Market EV?
Sebagai penentu masa depan Business EV di Indonesia, selama Income Per Kapita belum Rp 20 juta, ya mimpi sih.
Currently (average income per capita) masih di angka 5-6 juta per bulan
USA aja yg income per kapitanya jauh lbh tinggi, malah spt itu surveynya
& Survey tsb masuk akal:
1. Infrastruktur listrik
2. Cost ownership: Ketika ngecharge, antri atau nunggu waktu, harus stay di resto dan pesen makan minum, malah klo antri, bisa2 cari hotel yg ada chargernya; Effort dan Costnya bisa lbh tinggi dibanding ngisi BBM fulltank
Data, Fakta dan Logika finally Talks
Ujungnya yg bertahan, ya waktu yg akan jawab.
Mungkin... bisa jadi BEV from mainland yg support runwaynya panjang.
- ICE dan (malah) Hybrid tetap dominan, or sumber energi baru yg refill energynya cepet spt ngisi BBM aja