Sebenernya ane belum pernah ada pengalaman dengan E39 5-series sebelumnya. selama ini pengalaman dengan 5-series itu cuma nyoba F10 520i dan G30 520i. newer generation BMWs. older gen itu seringnya pengalaman dengan seri-3 : 323i E36 M52 M/T, 318i E46 M43 & N42.
singkatnya ini mundur ke zaman waktu ane kuliah. pernah sekali waktu lagi macet-macetan di kota surabaya ngeliat seekor 528i E39. itu pemandangan yang nggak pernah ane lupakan. ditambah karena tetangga rumah yang punya cucian mobil juga ada seekor 528i E39, makin makin lah kita tiap hari liat tuh mobil.
ya kalau kata orang sih "cinta datang tiba-tiba"

lalu fast forward ke 2022, ini seperti pernah naksir cewek zaman SMA yang udah lama nggak jumpa tiba-tiba justru dia yang nyapa duluan. thread E39 mbah @pendoli jadi starting point. mulailah berpikir :
"well, what's the worst that can happen?"
ini mobil masih cantik walaupun sudah banyak tahun berselang. proporsinya semua perfect. nggak terlalu complicated macem E60, nggak terlalu panjang macem F10. nggak se-chubby seri 3 sebelum F30. wheelbase, size, styling, semua sempurna. bahkan teknologi juga masih di taraf wajar belum intrusif, masih mechanical feel (biarpun kata banyak orang tetep feel mekanikal terbaik itu di E34 yang sebelumnya, tapi stylingnya ketuaan untuk ane yang gen milenial


"The Perfect Balance" ini bukan basa-basi
doing mini research lah di internet. masalah-masalah, maintenance, dll. oh ternyata nggak mahal dan nggak ribet juga. emang engineering khas BMW banyak cerita-cerita konyol. kayak running gag di forum ini sama mbah @KielConstantine shirr repairing plisurrr benar adanya

keinginan buat punya E39 ini juga salah satunya, semacam bentuk resistansi terhadap tuntutan zaman (atau industry?) dimana semua harus electrified. hybrid lah, yang katanya irit tapi malah nambah maintenance gila-gilaan dengan batre yang tidak murah dan tidak green juga. dimana orang-orang kebanyakan membenci suara mesin (entah kenapa pada bilang kelebihan EV itu senyap, buat saya itu major drawback, seperti komunikasi searah, tidak ada feedback mekanis kalo rusak ya sesuka-suka dia aja mau gimana), saya malah kangen sama suara inline-six biarpun nggak lebih kenceng dari turbo four-pot di honda saya.
ya sudah, kalau memang mau ngomongin environment-friendly, kenapa nggak restorasi mobil tua aja? sesuai prinsip Reuse-Reduce-Recycle

Chapter 1 : The Hunt.
Memulai perburuan E39 ini nggak mudah. a bit stressful kalau saya bilang. saya hampir nyerah sebelum ketemu "the one" ini. bokap juga awalnya resisten berusaha melarang ane untuk tidak terjerumus apalagi doi cukup konservatif punya BMW mercy VW repairnya bikin males katanya.
tapi ya gimana lagi namanya cinta, toh duit duit sendiri, dilarang orang tua pun kita tetep ngotot kan

yang bikin sulit, faktor unitnya tidak se-pasaran seri-3 E36 atau E46. tapi demand nya cukup tinggi sehingga unit yang bagus dihargai sangat mahal. ditambah karena reliabel jadi pada nggak mau lepas murah. sementara yang bahan ya musti berburu sampe ke pelosok2.
incaran pertama ane itu 525i E39 thn 2001 in pristine condition, di awal dia ngebuka 119 juta. tapi berapa bulan dia turunin ke 89 juta karena BU. itu aja sebenarnya agak tinggi. tapi yah namanya mobil pristine banget like new, akhirnya laku juga, ke jakarta.
marketplace dan consignment di kota-kota besar rata-rata buka di atas cepek. apalagi tipe 530i M54 yang jelek aja di atas 90 dan unitnya jarang.
ya sudah, tipe saya abaikan dulu. nemu 2 unit lagi 520i sama-sama hitam satunya 2003 satunya 2004. kondisi semi bahan semua. tapi nawar gak dapet dan pajaknya pada off lama. yang 1 udah laku, yang 1 gak jadi dijual

singkat cerita ke sebulan kemudian ane agak bebasin kriteria pre-FL gakpapa deh karena sulit dapet FL semi bahan yang harga murah. tapi tantangan cari pre-FL itu adalah : BARANGNYA. WKWKWKWKW.
Pertama coba lihat pre-FL itu 528i yang semua kabel interior keloloran, cupholder patah, intinya lihat barang dan penawarannya aja gak napsuin. yang kedua, 523i MT, wah seru nih MT, tapi sampe ke lokasi cat udah busem dan belang semua, interior jok fabric sobek-sobek, tombol AC hilang, mending kalau minta murah lah ini mintanya mahal pula.
sampe akhirnya sebuah iklan facebook marketplace yang dulu ane cuekin di awal pencarian (karena preFL dan penjualnya consignment, pikir ane sulit ni nawarnya) iseng tanya deh, eh belum laku dong. ok deh meluncur ke lokasi. gak expect banyak karena fotonya kurang seger.
begitu sampe lokasi disambut sama owner mobil. ngobrol-ngobrol. lihat interior wah kok masih intact semua, tombol bekerja semua, intinya lihat interior seneng deh keliatan mobil dirawat bukan mobil asal asalan yang udah males rawat. body emang cacat cacat pemakaian tapi cat sih sepengamatan masih ori. part mesin kaki kaki baru diremajakan. minusnya cuma velg standar gak ada aja.
setelah tawar menawar yang sepertinya ownernya musti semedi 3 hari dulu karena awalnya buka harga nett, akhirnya deal di harga yang cukup worth dengan kondisi mobilnya (nggak disebut disini demi kenyamanan bersama takutnya ngerusak harga pasar).
dan satu-satunya owner yang reasonable karena rata-rata pada belinya berapa, jualnya sama kayak waktu belinya dan bahkan lebih tinggi. emang fck para penggoreng harga bikin yang bahan pada emoh rugi juga.
Deal. Welcome E39 '97 528i Aspen Silver.
Part 2 : Driving Impression
Pertama jalanin langsung kena poldur kecil-kecil. sangat terasa mobil ini paling keras dari semua E39 yang ane coba. karena diberi velg 18 inch dengan ban yang asal gelinding dan keluaran 2019 semua (ATR Sport 225/45 dan BS Techno Sport 245/45). bahkan ownernya bilang karena velg variasinya sulit cari ukuran ban ya dikasih itu aja. dan terasa kompon bannya udah mengeras akibat jarang dipake.
tapi sekeras-kerasnya E39, tetaplah rasanya mantep dan nyaman. nggak rasa kekocok-kocok. sekali lagi kata siapa sih suspensi independent itu gak ngaruh? ini jalan tanah mas semarang terkenal dengan jalan yang tidak rata tapi mobil ini pake 18 inch juga nyaman-nyaman saja. lebih nyaman dari expander bahkan innova zenix yang sering ane kritik karena pakai torsion beam udah semahal itu juga. damping quality juga asoy banget better dari civic FK atau CRV RW.
malah on stock form, E39 itu lebih empuk daripada F10 atau G30 salah satu faktornya karena tidak pakai RFT. this is a fkin 26 years old car and it still keeps up with newer car. not in mercedes that era over engineered but still better than most cars.
malemnya pake sama bokap nyokap karena pengen nyobain, ke daerah ngaliyan semarang yang gelombang juga nyaman-nyaman aja. ada pertanyaan - pertanyaan lucu waktu bokap dan nyokap yang agak konservatif gw tawarin buat naik
"interiornya bau gak?" "ACnya dingin gak"

sampe rumah gak protes pegel cuma bilang pintunya berat khas mobil jadul. sebenernya gak cuma pintunya, semua semua di mobil ini berat.

tapi justru itulah kelebihan mobil ini : mechanical feel. ane gak kebayang gimana serunya bawa E34 since katanya E34 lebih asik lagi rasa mekanikalnya.
handling-wise, inilah yang bikin ane nggak selingkuh ke mercedes meski banyak suara nyuruh ane beli mercedes aja karena simple dan lebih badak. mercedes zaman ini rasanya seperti bawa kapal pesiar - besar, lamban, dan berat. BMW 5-series tidak. menggunakan aluminium chassis di E39. tidak bisa dikatakan solid seperti newer F10 atau G30, bahkan even civic atau CR-V modern saja masih lebih kaku dari ini. tapi I guarantee experience nya bener bener aneh - in a good way. satu sisi kita ngerti ini mobil sedan gede tidak untuk bermanuver, seluruh bobot mobil sangat terasa, tapi di sisi lain setir suspensi dan sasisnya bikin kita lupa ini bukan seri-3 karena sangat lincah dan menapak. hydraulic power steeringnya punya bobot yang sangat balanced. cukup untuk kita merasakan feedback setir, tidak isolated seperti modern EPS. ini sedan 4.7 meter dan ane tidak ragu-ragu buat injek gas dan belokin buat salip-menyalip sambil bawa penumpang tanpa penumpangnya ketakutan merasakan excessive G-Force karena linear power dari inline-six nya betul-betul halus. rem ya khas mobil jerman rear wheel drive, dari dulu karakternya selalu ada ngeloyor dikit baru gigit biar smooth. ga kayak jepangan yang langsung gigit.
dan soal engine characteristics, ini yang menarik. salah satu menu signature dari old BMWs adalah inline-six engine, dan M52 series engine adalah bagian dari M5x engine yang merupakan inline six terbaik BMW menurut banyak enthusiast.
mesin ini berkode M52B28, 2.8L dengan output [email protected] / 280Nm @ 3.950rpm.
figure akselerasi 0-100 klaim pabrikan di 7.5s, frickin fast buat mobil di zamannya. figur yang sama dengan civic turbo standar hari ini. tapi karena inline six naturally aspirated dan ini seri-5, jadi feel yang didapatkan adalah halus, nggak meledak-ledak, tapi nggak pelan. picking up power slowly dari 0-40 nya emang lambat dan berat tidak seperti mesin 4-silinder, tapi selepas itu seperti ada surge of power yang perlahan-lahan meningkat dan melesatkan mobi ini dari 60,80,100,dst. bahkan karena karakter torque nya yang besar dan linear khas mesin cc besar jaman dulu kita sampe lupa kalau transmisi matic 5-speed nya rada blo'on dan ogah pindah ke gigi 1 kalau jempol kita kurang neken ke pedal gas.
ini matic 5-speed berkode ZF 5HP18, nggak bisa dibilang fenomenal. perpindahannya lambat, mungkin mirip matic matic LMPV zaman sekarang. masalahnya dia punya logic rada-rada o'on. kalau kita lepas gas mau gliding, dia langsung turunin gigi berpikir kita lagi ada di turunan jadi harus engine brake. ane kirain pertama suara gardannya kok kalo lepas gas keras bener, ternyata emang dia downshifting buat engine brake.
akibatnya ya jelas nyetir mobil ini gak bisa mengandalkan momentum buat gliding, mesti ngegas lagi. yang dampaknya nggak bisa irit ini mobil. dari kemaren pake seharian cuma dapet 15L/100km paling hemat. ya 1:6-7 an. hemat sih klo dibandingin CR-V gen 3. udah gitu tangki bensinnya dalem banget. 70 liter. lebih wkwkwkwk. baru aja ngisi full tank habis 800 ribu pertamax.
dan salah satu yang paling mengganggu : mobil ini cup holdernya udahlah kecil banget cuma muat gelas kopi panas bahkan gelas plastik kopi k*nangan reguler aja nggak bisa masuk tanpa ane harus hati-hati, apalagi gelas m*xue yang tinggi. dan diletakkan di depan tombol AC. BMW sepertinya sangat yakin bahwa AC E39 sangat dingin sehingga driver ga perlu minum. yang repot karena beberapa hari ini harus ane sering bawa kerja krn mau ngerapihin, jadi botol tumbler yang biasa muat di cupholder Civic dengan aman harus taroh di jok samping.
Part 3 : the "Horror Story", maintenance and countermeasures
Oh tentu saja the infamous horror story. the shirr repairing plisurrr. kalau kata beberapa orang yang lihat story ane kemaren, "kalo BMW tua nggak ada yang nyala malah bahaya, jangan2 indikatornya dimatiin"

pertama kata ownernya ini mobil jangan dipakai kalau hujan lebat banget karena risiko air masuk ke light control modulenya. lumayan sekali ganti 1 jutaan.
kedua unit yang ane terima ini indikator SRS nya nyala. ownernya coba beresin nggak bisa akhirnya didiemin juga.
ketiga mobil ini baru aja overheat habis dipakai luar kota, waterpump nya kena. ya sisi positifnya jadi aman karena baru diganti

keempat naik-turun electric seatnya itu kebalik

udah sih kayaknya yang horror itu aja. repairnya ya model kanibal kanibul kampakan karena kan susah cari part orinya


enaknya lagi ini thermostat udah diganti aluminium housing, visco fan udah diganti electric fan, head gasket udah ganti, shock ganti semua. semua countermeasures dan perbaikan udah dilakukan. ane dapat tinggal pake dan rapi rapi dikit aja

Jadi apakah mobil ini akan jadi moneypit atau german tank yang tidak nyusahin? stay tuned. yang jelas karena ini BMW akan banyak hal-hal konyol nan bodoh terjadi



Coming soon :
- ganti velg ke oem 15 apa 16inch lagi pesan velg 16inch oem 530i biar lebih nyaman karena pake 18 keras banget karena pake ban ATR Sport dan techno sport. ban embel embel "sport" yang cuma dapet keras, berisiknya doang tapi ngegrip kaga nyaman juga apalagi.
- bodykit alpina / mtech / hartge. kayaknya si condong ke alpina/hartge karena gak perlu ganti bumper.
- full body refreshment (repaint), coating.
- ganti lampu dan grill LCI.