Dikarenakan kebutuhan untuk overland dan masuk jalan lumpur sedikit-sedikit dibutuhkan mobil SUV 4x4, sebelum ambil ini pilihan keduanya adalah ANPS 2021 Dakar 4x4, tapi dikarenakan sebelumnya sudah pakai ANPS 2016 Dakar 4x2, rasanya ingin naik kelas sekalian dan naik mobil yang kabinnya lebih luas.
Akhirnya ambil mobil ini setelah lihat lihat mobil lain di marketplace yang kondisinya terlihat kurang terawat dan interior dekil, Toyota Land Cruiser Prado TX 2.7L (TRJ150) tahun 2013 di showroom daerah Sunter yang kondisi interior n exterior yang immaculate. Mungkin ada orang yang kepikiran “kenapa gak vx200 sekalian?” Nah, mengingat ukuran vx200 yang kegedean buat jalan dalam kota dan offroad masuk kebon, kurang bijak rasanya ambil vx 200.
Lucunya berbulan-bulan mencari warna hitam karena terlihat gagah, lama kelamaan bagus juga warna putih karena mobil terlihat lebih besar dan lekukan bodynya lebih kelihatan, mungkin memang benar kata orang-orang, nyari mobil itu memang jodoh-jodohan hehehe.
Chapter 1 First Impression
Interior cukup mewah tanpa design yang lebay, konservatif n simple dengan balutan soft touch di segala sisi. Ada ambient light berwarna amber yang lumayan memanjakan penumpang, bikin kesan warm didalam mobil saat malam, dan terkesan mewah. Jok elektrik yang lebar dan empuk di kedua kursi depan berikut dengan pemanas, dan kursi row 3 bisa di naik turunkan secara elektrik. Sensor parkir depan belakang yang agak annoying pada saat macet, untungnya bisa dimatikan dari MID. Oh iya, sunroof yang besar jadi nilai plus juga
Design exterior kalem dan membulat, terlihat kurang intimidatif saat pakai ban standarnya. Sekilas mobil ini kelihatan kecil karena designnya yang membulat, tapi ketika disampingkan dengan saudaranya (Fortuner VRZ), mobil ini kelihatan besar secara signifikan. Kalau di perhatiin banget, design depan mobil ini kok mirip 2ND Gen Terios ya? hahaha
Interior dan exterior masih terbilang sangat apik, sang showroom hanya me-re-trim kulit stir yang diklaim bopeng-bopeng kena cincin dan paha atas kanan supir yang sudah mulai aus (paha kanan bawah masih kulit bawaan asli dan terlihat wearnya minim). KM masih sekitar 63rb, ini tadinya bikin ragu, tapi melihat kondisi keseluruhan dan service record mobil lengkap, masih tetap yakin buat ambil mobil ini.
Ada beberapa catatan saat baru ambil:
- Kampas rem depan super tipis, belakang masih cukup tebal.
- Kaca depan berkerak parah, ditandai saat hujan, swipe dari wiper berbayang seperti kabut.
- Rem agak nggelosor, dapet info dari user LC prado dan anggota LC owner’s ini salah satu penyakit Prado.
- Panel setir polos sekali, hanya ada setelan MID di jempol kanan, tombol untuk fitur audio benar benar kosong.
- Lampu depan walaupun sudah projie dan ada fitur adjustable masih menggunakan halogen yang redupnya minta ampun.
- Ada beberapa titik karat tipis di subframe depan, menurut SA pada saat general chekup, ini dikarenakan angin pantai, mengingat pemilik mobil ini sebelumnya tinggal di daerah utara.
Chapter 2 Mods n Repairs.
Kurang puas dengan fitur yang agak “polosan” dan tampang "polos" dari mobil ini akhirnya diupgrade dengan beberapa modifikasi:
- Talang air EGR.
- Upgrade audio di daerah Sunter.
- Upgrade spion auto folding ketika dikunci.
- Upgrade selang rem Hel di daerah Duren Sawit.
- Pasang peredam aspal 4 pintu di daerah Tambun.
- Panel steering set beli di AliExpress. Plug n Play!!
- Wrap smoke lampu sein dan lampu mundur belakang.
- Upgrade shock depan menggunakan Amada Xtreme Manual Adjustable type Soft.
- Lampu depan upgrade pakai HID dan High Beam menggunakan LED di daerah Semanggi.
- Ban diganti ke Bravo 980 285/70/17, alhasil mentok di control arm kalau belok agak patah, kedepannya harus ganti velg dengan ET 0 biar aman.
- Refresh A/C.
- Poles kaca depan.
- Ganti kampas rem depan
- General checkup n maintenance ganti semua oli dan filter.
Chapter 3 Ownership Experience.
Rasanya ketika naik mobil ini semua kendaraan jadi lebih kecil, perlu konsentrasi yang lumayan karena bodynya cukup lebar dan perlu “jam terbang tinggi” supaya terbiasa. Posisi duduk nyaman dan fleksibel, tinggi commanding bisa, pendek pun seperti bawa mobil crossover bisa juga, ditambah stir telescopic yang pas dekatnya dibanding Fortuner VRZ. Pengendara lain lebih aware dan “lebih mau ngasih jalan” dibanding pakai ANPS dulu. Body roll cukup minim di jalan luar kota, dan feedback stirnya cukup bagus karena masih menggunakan sistem rack n pinion. Fuel Consumption terbilang wajar 1:6an di MID bbm ron 95, untuk metode full to full belum tercatat nih.
Walaupun, secara teknologi mobil ini masih terbilang ketinggalan jaman dibanding ANPS Dakar 4x4. Misalnya, mesin terbilang underpower di torsi atas, transmisi masih 4 speed, nanjak daerah Jonggol dengan 4 penumpang pun masih perlu banyak effort, dan fitur safety yang terbilang "cukup." Bagasi pun sangat kecil ketika kursi row ke-3 di naikkan.
Semua terbayar dengan kenyamanannya walaupun sasis ladderframe, mungkin dikarenakan mobil ini bobotnya berat, di toll dan jalan luar kota seperti terombang-ambing naik kapal pesiar (bukan limbung bikin mual ya), di toll pun napak pada saat diatas 120 kmpj. Tenaga bawah untuk macet macetan dan akselerasi sebenarnya sudah cukup.
Conclusion
Mobil ini cocok untuk user dengan prioritas lebih ke kenyamanan dan kepraktisan berkendara, atau user yang menginginkan kabin yang lebih luas dan bantingan yang lebih nyaman dibanding duo market leader tetapi tidak kebesaran seperti vx200. Nilai lainnya dibanding duo juara ladder frame, mobil ini lebih dilirik orang dan lebih berwibawa. Fitur fitur yang ketinggalan zaman pun bisa jadi nilai plus karena sensor-sensor elektrik lebih minim dibanding mobil baru jaman sekarang. Berkendara dengan mobil ini lebih cocok untuk jalan santai, gak bisa lincah dan ajrut-ajrutan seperti ANPS.
Kalau mau supaya mesin jauh lebih bertenaga dan achieve perfect balance, siapkan biaya sampai 100jtan untuk upgrade mesin dan remnya, itung-itung dibanding facelift exterior ke 2020 yang tidak ada benefit sama sekali dari sisi performa dengan biaya yang bisa dibilang hampir sama.
Sekian..