Saya ada nih cerita yang mirip dengan cerita Oom Hariy di atas..
April 2010..
Waktu itu tim pendaki gunung kita dapat penawaran dari Taman Nasional Gn.Gede-Pangrango untuk kembali membuka jalur pendakian Gn.Gede-Pangrango lewat Salabintana-Sukabumi,saya menanggapi nya dengan antusias.. "waaah.. tantangan nih buat kita,ayo meluncur!"
Dan karena kita kerja jadi untuk mengurus administrasi kita hanya bisa melakukan nya di hari sabtu,dan kalo hari sabtu balai nya cuma bisa didatangi dipagi hari sampai jam 11 siang,kita pun take off dari Cibinong-Bogor menuju Salabintana-Sukabumi sepulang kerja (kebetulan saat itu masuk shift sore) sekitar jam 1 malam,jumat malam atau sabtu dini hari.
Dan ditengah perjalanan kita beristirahat selepas kota Cisaat (kota terakhir sebelum masuk kota Sukabumi) disebuah warung,waktu menunjukkan jam 3 lewat. Setelah kita panggil2 akhir nya datang yang punya warung dari dalam rumah nya,waktu itu kita bertiga jalan dengan 2 motor saya sendiri,YM (inisial),dan AR (inisial) yang belanja si YM sedangkan saya dan AR duduk2 di motor didepan warung. Yang melayani belanja kita adalah seorang bapak2 usia lumayan sekitar 50 mungkin dan dia punya ciri khas ada tompel di ujung dagu nya,dan selesai belanja kita pun istirahat,ganjal perut dan minum,dan pasti nya 'nyabatang heula' sekalian istirahat masih didepan warung tersebut.
Ga lama kemudian keluar seorang ibu dari dalam rumah dan bertanya kepada kita dalam bahasa sunda..
Si ibu; mas,mau beli?
Si AR ; oooh.. udah dilayanin bu tadi sama si bapak
(Saya diem aja,ga lancar ngomong sunda soal nya)
Si ibu; sibapak? sibapak yang mana?
Si AR ; sibapak.. tadi bapak nya udah masuk lagi kerumah
(Si ibu kelihatan tambah bingung)
Si YM ; bapak nya punya tahi lalat besar (tompel) didagu itu bu
Si ibu; iya itu benar suami sama,tapi suami saya baru aja meninggal kemarin siang,itu bendera kuning nya aja masih ada (sambil nunjuk bendera kuning di atas pagar rumah)
Kita bertiga; bingung sebingung-bingung nya
Trus tadi yang layanin kita belanja siapa?
