aspsilver wrote:ah2 aja kan tulis perbandingan yang kesannya menjelek2kan.
sebenernya gak juga.
dia kan kasi fakta. ok ada fakta yang aalah kaprah seperti cara melipat bangku deret2.
dan masalah fwd or rwd.
namanya marketing produk, kecap gua no 1, gak ada kecap no 2.
teman baik saya itu sales toyota. dan kelihatannya astra pintar untuk mengindoktrinasi karyawannya tentang hebatnya produk mereka, bahkan mereka cinta mati sama perusahaan tempat mereka kerja. pokoknya Astra tuh nomor 1.
di negara yang lebih liberal cara seperti ini biasa aja koq.
malahan ada salah satu iklan di media cetak di USA bilang gini
"kamu beli ada produk saya dan kompetitor. dan kamu kembalikan yang kalah"
(diUSA ada kebijakan dalam 30 hari suatu produk bisa dikembalikan kepenjual, full refund and no question ask)
iklan yang kayak ertiga dan Avanza Xenia tadi ada di televisi dan produk kompetitor Tidak disamarkan.
ya akhirnya konsumen yang harus pandai2, mencari info tentang apa yang mau dibeli.
jangan nyalahin sales.
tapi kan indonesia bukan negara liberal :p
btw, bicara soal iklan, sebenarnya kita bicara soal konten, fungsi, dan teknik pengemasan. Bicara soal fungsi, sebenarnya fungsi iklan tidak hanya melulu untuk memberikan informasi ttg keberadaan produk dan mempersuasi mereka untuk membeli, tetapi juga fungsi hiburan. loh kok hiburan? ya, bagi mereka yg sudah mengenal produk tsb atau sedang tidak terpikir untuk memilikinya, iklan lebih besar fungsinya sebagai media hiburan, 'keberhasilan' iklan juga dinilai dari sebesar apa apresiasi yg diberikan pada pembuat/pemilik iklan (divisi marketing atau agensi periklanan). Apresiasi disini bisa diterjemahkan sebagai: Apakah kita menyaksikan iklan itu hingga selesai dan menikmatinya, langsung memindahkan channel ketika iklan itu tayang, atau bahkan berbalik antipati dan mencemooh?
kalau iklan diatas dikatakan wajar, ya tergantung makna kata 'wajar'nya dulu, kalau dari segi konten, yg namanya iklan memang akan menyajikan superioritas produk sendiri dibanding kompetitor, semua iklan akan seperti itu, yg membedakan hanya pengemasan dan angle yg ditonjolkan.
Tapi kalau kita bicara soal teknik pengemasan, saya yg berselera rendah saja, sulit memberikan jempol untuk iklan seperti itu, dan saya juga yakin di "negara liberal seperti USA" pun

tidak akan ada yg mencalonkannya sebagai nominasi peraih penghargaan sejenis emmy award
jadi mungkin kata yg tepat: "itu iklan yg jelek"
saya pribadi melihat iklan tsb bukan buah kreatif jempolan yg lahir dari SDM yg cerdas, melainkan lahir dari kepanikan atas produk kompetitor. sayang sih sebenarnya, toh dari segi penjualan avania ini masih jauh lebih unggul. Seperti Barcelona yg asyik memainkan bola, tapi begitu dapat serangan balik, lini pertahanannya langsung kocar-kacir, padahal lawannya hanya persib

ga bagus kan untuk image barca, "ah masa diserang sekelas persib saja panik begitu"..
bukan nyalahin salesnya, tapi feedback atas 'pesan yg disampaikan', itu tergantung dari 'cara yg digunakan untuk menyampaikan pesan tsb'. Konten pesan boleh sama, kecap gw no 1, ga ada yg no 2, tapi cara yg digunakan untuk menyampaikan pesan itu, bisa menghasilkan feedback yg berbeda.
kalau saya sih, lebih suka iklan yg smooth tapi 'kena' dan bikin senyum mengembang. Seperti iklan mx-5 yg di tritnya mootcing/om sukribo, itu kan ngejek tp lucu dg kemasan yg seolah konyol, tapi kena, mx-5 seperti ingin mengatakan "kalian memang lebih superior, tp gw yg paling tepat untuk dimiliki". atau duluu bgt ada iklan pepsi yg ane suka, ceritanya ada anak kecil didepan mesin minuman kaleng. posisi pepsi diatas tak terjangkau. pertama, si bocah masukin koin, keluar cocacola, masukin koin lagi, keluar fanta, cocacola&fanta ditumpuk terus dinaikin (diinjek), masukin koin lagi, keluar pepsi, diambil lalu pergi dg tampang innnocent.
kalau di media lokal sih, yg menarik ga jauh2 dari iklan rokok ya..
dan satu hal yg sering dilupakan, karakteristik budaya manusia di satu negara belum tentu sama dg manusia di negara lain. sependek pengetahuan saya yg memang sok tahu, masyarakat indonesia secara umum adalah masyarakat yg berbudaya kolektif yg tercermin dari sifat2 yg menyukai kebersamaan, harmoni, kehangatan dan persahabatan, dll. Jadi kalau tidak mampu membuat iklan "yg menunjukkan keburukan kompetitor secara 'cerdas', lebih baik hindari saja", karena bisa jadi bumerang. karena di dunia melankolistik, simpati akan mengalir ke pihak teraniaya
menurut saya, sales yg menempatkan diri sebagai 'tempat bertukar pikiran' akan lebih berpotensi menarik hati calon konsumen dibandingkan dg sales yg 'menjelekkan' produk pesaing secara vulgar.
cmiiiiiwwww sangat...........
