mpvlover wrote: Fri Mar 13, 2020 1:50
Di indo sebenernya udah cukup banyak yg sampai skrg pemerintah ga bs deteksi.
Kamis kemarin di singapura positip dua orang WNI :
Another imported case, Case 181, is Singapore’s oldest patient to date.
The 83-year-old Indonesian man arrived in Singapore on March 9 and was confirmed to have the infection on Thursday.
A family member of his, a 76-year-old Indonesian woman, is Singapore’s Case 182. She arrived here on March 9 and was confirmed to be infected on Thursday as well.
NAH, keluarga dua manula ini kan sudah pasti ada yg positip juga. Logika aja, sepasang kakek nenek umur 76 dan 83 bisa naik pesawat ke singapura kan dari rumah aja pasti banyak orang yg bantuin. Anak atau cucu, kerabat, suster, pembantu, supir dll
Benar Ada kemungkinan keluarga dia kena jg. Udah masuk ke org dlm pengawasan kok itu. Udah ditrace. Tapi bisa juga wni itu kena nya di Singapore , dan lgsg cepat gejalanya, dan respon mereka jg cepat ,jd lgsg ketahuan. Yang kasian ,byk pasien kita yg berobat ke penang maupun sing untuk kemoterapi, berulang ulang, kondisi skrg lebih rentan jadinya.
Please... Tolong jgn bandingkan penanganan kita vs sing , mereka literasinya tinggi, ga mudah kena hoax rakyatnya, jauh lebih disiplin dan ga dipintir apa2 ke politik.
Nah skrg pusat dan daerah aja beda komando, itu gimana? Greget memang ,masukan kita yg dilapangan sbg medis , apapun itu , kembali lagi ke pengambil keputusan tertinggi negara ini. Trust me , yg semua org pertanyakan knp depok ga di lockdown, bali ga ditutup, knp identitaz alamat daerah pasien yg positip tdk dibuka, udah dr kemarin masuk draft. Kenapa lamban sekali ??? Hahaha... Susah memang kalo kesehatan dijadikan komoditas.